31

39 2 0
                                    

"Sla, aku mohon. Berikan aku kesempatan buat jelasin dan buktiin semuanya. Aku nggak sanggup kalau kamu pergi dan pisah sama aku," kembali Radika memohon pada Isla. Kali ini kedua tangannya melingkar pada kaki Isla yang hanya terdiam.

Aku harus gimana?

"Tolong lepaskan. Saya mohon jangan seperti ini, tidak enak kalau ada yang lihat" tegur Isla menarik tangan Radika dari kaki nya. Radika tidak akan melepas kaki Isla sebelum istrinya memberi kesempatan padanya untuk menjelaskan semuanya.

"Aku nggak bakal lepas sampai kamu mau dengerin penjelasan aku"

"I-iy-"

Batas kesabaran Bram hampir habis. Berani sekali Radika memelas di depan Isla setelah melakukan kesalahan besar. "Nggak usah maksa adik gue. Kenapa Isla harus dengar dan percaya sama orang yang udah berani khianatin dia? Biar loh bisa sakitin dia lagi? Loh beruntung gue atau pun kita yang ada disini belum ngomong sama papa mama gue. Coba bayangin kalau mereka tahu loh tidur sama JALANG, gimana perasaan mereka? Nyesel gue pernah percayain Isla ke loh, sumpah. Sekarang gue ngerasa jadi kakak yang paling jahat dan nggak guna karena pernah dukung loh sama adik gue, Ka"

Air mata Isla luruh. Ia tidak bisa menahan beban emosi yang bercampur di dadanya. Ucapan kak Bram barusan meruntuhkan seluruh pertahanan Isla. "Kak, jangan ngomong gitu. Ini bukan salah kakak. Kak Bram selalu jadi orang yang paling baik buat Isla"

Radika ingin sekali memeluk Isla dan menenangkannya, tapi pasti Isla menolak. Kesalahpahaman yang ada menarik dinding pembatas di antara mereka. Ia harus segera menceritakan dan menunjukkan semuanya ke Isla. Harus.

"Isla, kamu jangan nangis. Kasihan sama anak-anak kamu kalau mereka tahu mamanya sedih" ucap Aisyah mengusap lembut punggung Isla yang tengah terisak di pelukan Dara.

"Iya, Sla. Nggak usah nangis karena cowok brengsek ini" tambah Askara menatap tajam ke arah Radika yang juga melempar tatapan tajam padanya. Bisa-bisanya dia mengatai Radika brengsek di hadapan Isla?

Bajingan luh Askara.

"Sla, tolong kamu dengerin Dika dulu sama kita. Biarin kita jelasin dan berikan kamu semua bukti-bukti ini" celetuk Ian yang datang bersama ketiga sahabat lainnya. Mereka berempat datang untuk mendampingi dan mendukung Radika, sekaligus ingin menyerahkan beberapa bukti lain mengenai jebakan Anya.

"Iya, Sla. Kita semua punya bukti kalau Radika nggak bersalah dan dia di jebak. Selama satu bulan ini kita berlima sibuk kumpulin bukti dan rekaman-rekaman cctv yang sempat di hapus sama orang suruhan Anya," kali ini Joe yang angkat bicara.

"Bukti apa? Kamu ingin menutup-nutupi kesalahan kamu dengan bukti palsu?" Tuduh Bram. Sejak mendengar Radika tidur dengan Anya, pandangan dan rasa percaya nya pada Radika tidak lagi sama. Bisa saja bukti-bukti itu hanya akal-akalan Radika, kan?

"Isla, aku mohon. Setelah jelasin semuanya, aku janji bakal pergi kalau kamu mau aku pergi. Tapi tolong biarin aku ngomong dan jelasin semuanya baik-baik sama kamu" ucap Radika pasrah. Jika setelah ia menjelaskan semuanya dan Isla masih ingin dia pergi, maka ia akan pergi.

Isla menatap iba Radika yang menatapnya penuh harap. Haruskah Isla mendengar penjelasan suami nya?

"Saya akan dengar semua penjelasan yang mau anda jelaskan. Sekarang, ayo kita semua masuk ke dalam. Ngomongnya di dalam saja"

******

Sofa putih panjang di ruang tamu Isla yang biasanya kosong, kini penuh oleh tamu-tamu nya. Joe, Ralph, Ian, Rey dan Radika yang duduk di sisi kiri dan Bram, Dara, Askara, Isla dan Aisyah yang duduk di sisi kanan.

Radisla: The Arrange Married [COMPLETE] ✔✅Where stories live. Discover now