4

65 5 0
                                    

Jangan lupa buat pencet tombol like sebelum membaca yah.

Selamat membaca
🤗🤗😊😊😊🤗🤗

*******

Setelah jauh dari taman, Isla menarik lepas tangannya yang di genggam Radika.
"Lepasin! Nggak usah pegang-pegang!" Tegurnya tidak suka. Kenapa orang ini tiba-tiba sksd? Malah pakai genggam- genggam tangan lagi. Najis! Umpat Isla dalam hati.

Sebelah alis Radika terangkat. "Kenapa? Saya kan tidak buat macam-macam. Memang salah kalau saya gandeng tangan kamu? Kamu kan calon istri saya," entengnya ngomong. Tidak ada salahnya jika dia mengenggam tangan Isla yang akan menjadi istrinya, kan?

Mata Isla melebar. Tangannya spontan membungkam mulut Dika. Bagaimana kalau ada yang dengar? Suara Radika tadi cukup nyaring untuk bisa didengarkan oleh orang-orang di sekitar mereka. Calon istri?! Dia tidak menyangka kalau laki-laki yang mirip kanebo kering itu selain bisa jadi batu juga bisa bercandain orang sampai kesal.

"Minta ditabok yah?! Calon istri apaan?! Nggak usah ngomong keras-keras gitu" bisik Isla mengomel sambil mendaratkan pukulan beruntun ke badan Radika.

Radika mengunci kedua tangan Isla yang sibuk memukulnya lalu menarik gadis itu ke arahnya. Tak lupa, ia memberi tatapan dan senyuman maut ciri khasnya yang selalu sukses menggaet hati para kaum hawa. Kecuali Isla yang justru malah meringis geli dan semakin ilfeel melihat tingkah Dika.

Ini cowok sakit jiwa apa gimana sih? Nggak sadar umur banget

"Memangnya kenapa kalau saya ngomong keras-keras? Kamu memang calon istri saya kok" selorohnya percaya diri.

Isla menarik kedua tangannya dari genggaman Radika. "Di bilang nggak usah pegang-pegang!" Serunya menatap garang. "Calon istri-calon istri. Memangnya saya ada bilang kamu calon suami saya?!"

Radika mengangguk kalem yang membuat darah Isla semakin mendidih. "Saat kamu bilang setuju sama perjodohan ini, artinya kamu juga sudah menerima saya"

"Itu karena terpaksa!" Sentak Isla membela diri. Masa' nggak bisa lihat sih kalau dia terpaksa? Buta apa bagaimana sih?

"Iya deh, kamu yang paling benar" balas Radika memilih mengalah setelah mengingat satu tips ampuh dari papanya.
Cewek selalu benar, cowok selalu salah. Apapun situasi dan kondisinya, kembali lagi ke aturan awal. Singkatnya, lebih baik ngalah aja kalau loh mau hidup tenang.

"Lagipula Kak Radika pasti juga terpaksa kan buat nerima perjodohan ini? Nggak mungkin ada laki-laki yang mau aja dijodohin begitu" tutur Isla logis. Yang benar aja kalau Radika memang mau iya-iya aja. Kalau Isla sih nggak mau. Ini cuman terpaksa karena papanya.

"Saya tidak terpaksa sama sekali. Itu keinginan papa mama saya dan sudah sepantasnya sebagai anak, saya menuruti kemauan mereka. Lagipula saya tidak punya alasan untuk menolak kamu" balas Radika tanpa beban.

Sebenarnya, alasan terbesar dia setuju karena sudah jatuh hati ke Isla. Meskipun Isla agak galak dan suka main hantam kalau kesal, tetap saja mata, telinga dan hatinya tidak bisa lepas dari gadis itu. Perasaannya bakal tetap sama sebelum dan sesudah di tabok Isla.

"Tapi saya kan nggak mau sama Kak Radika!" Kata Isla frustasi.

"Kalau itu sih urusan kamu, bukan urusan saya" senyumnya tidak bersalah.

Dasar kanebo kering!

"Nyebelin!" Desis Isla berjalan pergi meninggalkan Radika sambil menghentak-hentakkan kakinya.

Radisla: The Arrange Married [COMPLETE] ✔✅Donde viven las historias. Descúbrelo ahora