7

49 4 0
                                    

Vote dulu sebelum membaca.

Tandai typo juga yah

Selamat membaca
🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗
*********

18.00 pm

Isla tengah duduk di ruang tamu lantai 2, menyunting dan mengedit skripsi yang baru selesai ia kerjakan bab akhirnya. Setelah beberapa bulan penuh perjuangan, tetes darah, air mata dan keringat, dia berhasil menyelesaikan skripsinya.

Setelah selesai mengedit dan menyunting, gadis itu memutuskan untuk mengirim filenya ke dosen pembimbingnya buat final check. Semoga tidak ada yang perlu di ubah lagi. Sambil menunggu orang tuanya dan Kak Bram pulang, ia kembali melirik cincin di tangannya dan berniat untuk melepasnya. Namun semua buyar karena kata-kata Radika tadi mendadak berputar di kepalanya.

'Isla Krystal Utama, terima kasih karena sudah percaya dan bersedia menjadi istri saya di saat seperti ini. Sebelumnya saya tidak punya kesempatan untuk melamar atau berterima kasih kepada kamu dengan pantas.

Di terima dan di pakai selalu yah'

"WAHH!!! KENAPA JADI KEPIKIRAN TERUS SIH!" Isla memegang kepalanya agar berhenti memainkan kata-kata Radika tadi siang. Gadis itu melompat-lompat frustasi di atas sofa seperti monyet gila. Ia tidak tega untuk melepaskan cincinnya karena dikepalanya terputar ingatan dan kata-kata Radika, tidak lupa senyumannya yang tulus.

Isla menarik napas dalam-dalam lalu kembali menempelkan bokongnya ke sofa.

"Hi dek, kamu lagi ngapain?" Tanya kak Bram yang baru saja selesai ngantor.

"Baru selesai kerja skripsi bab akhir," jawab Isla menunjuk laptopnya yang sudah mati dengan dagu.

"Widih, cincin darimana nih di tangannya. Silau banget shay," goda Bram menyenter cincin berlian yang terpasang cantik di jari manis tangan kiri Isla dengan mata elangnya. Memang giliran menganggu adiknya nomor satu.

Mulai lagi deh. Kenapa juga aku nggak tega buat lepas cincinnya sih? Kan sekarang jadi malah di godain sama Kak Bram. Sesal Isla gemas sama dirinya sendiri. Ini semua gara-gara omongan Radika yang bersarang di kepingan memori otaknya dan terputar otomatis saat dia melihat atau mau melepas cincin di tangannya. Ini cincin ada peletnya atau gimana sih?

"Nggak usah ganggu aku. Ini aku juga terpaksa pakai kok" Iya, gara-gara ucapan Kak Radika tadi aku jadi nggak tega buat mau lepas.

"Oh, dari si calon suami nih. Cie-cie.."

"Nggak usah iri. Kalau mau, kakak bisa beli juga kok. Ada banyak di toko, tinggal pilih aja. Mau satu atau selusin juga boleh. Cuman yah itu, calonnya harus di cari dulu" balasnya berhasil membalikkan keadaan jadi 1 sama berkat menyinggung status jomblo kakaknya yang kini sudah jalan 3 tahun. Laki-laki yang akan berusia genap 30 tahun depan itu memang terlalu sibuk bekerja sampai akhirnya jomblo.

"Nanti juga ada kok, Sla. Ngomong tentang pernikahan begini kakak jadi sedih deh kamu udah mau menikah dan tinggalin rumah ini"

Mata Isla mulai berkaca-kaca mendengar ucapan kakaknya. Selama ini meskipun kakaknya suka usil, tetap saja dia selalu menjadi orang pertama yang mendukung, membela dan melindungi Isla.

"Bagian paling sedihnya adalah kamu malah langkahin kakak menikah dan biarin kakak jomblo sendiri" sambung Kak Bram buat Isla jadi batal mau nangis. Baru juga air matanya mau keluar, eh, dengar omongan Kak Bram malah jadi buntu tuh kelenjar air mata.

Radisla: The Arrange Married [COMPLETE] ✔✅Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ