10

55 4 0
                                    

Jangan lupa buat pencet tombol bintang sebelum membaca yah.

Aku tunggu nih.

Selamat membaca
🤗🤗🤗🤗🤗🤗

********

*Isla's POV*

Kami tiba di kediaman Kak Radika setelah menginap di hotel semalam. Berada di pusat kota dan di suguhi pemandangan yang indah, aku takjub dengan view dari penthousenya. Fiks, kalau lagi lelah atau stress, pemandangan ini bisa jadi obat yang manjur banget.

Kalau berdasarkan penjelasan panjang lebar Kak Radika yang tidak terlalu ku gubris di mobil tadi, penthouse ini sudah dia tempati sejak 3 tahun lalu. Katanya supaya lebih dekat ke kantor milik papanya yang hanya 5 menit dari sini. Singkatnya, dia nggak mau menghabiskan banyak waktu di jalan buat ke kantor.

Penthouse Kak Radika bergaya modern, cukup luas dengan berbagai perabotan minimalis. Tidak hanya itu, penthousenya juga terasa comfy dengan ruang santai outdoor yang bisa di jadikan tempat barbecue atau kumpul-kumpul.

"Oh iya, ini kamar kita" tutur Kak Radika menarik gagang pintu berwarna hitam di sebelah kiri yang terletak di sebelah kanan setelah pintu masuk.

Aku berusaha mencerna omongan Kak Radika dan menghampirinya yang sibuk menarik koper-koper ke dalam kamar.

Kamar kita? Maksudnya satu kamar bareng? Seranjang gitu?! NGGAK MAU!
Setelah tadi pagi bangun dalam keadaan di peluk sampai sesak begitu, mana mau aku seranjang sama orang modelan seperti ini? Nanti yang ada aku dipepetin sampai jadi pipih kayak koin seribuan.

"Kamar kita? Kita gimana? Saya nggak mau sekamar dan seranjang sama Kak Dika!"

Dia menoleh ke arahku, terlihat tidak peduli. "Terus kamu mau tidur di mana? Di sini cuman ada satu kamar tidur. Pintu lain di sebelah sana itu toilet, di tengah itu ruang kerja saya dan di sampingnya itu kamar yang sudah dijadikan gudang. Memangnya kamu mau tidur di gudang?"

Wajahku berubah cemberut dan terdiam tanpa jawaban. Iya kali tidur di gudang. Gimana kalau di sana ada tikus atau kecoak yang paling di benci olehku? Tapi aku juga nggak mau sekamar sama Kak Radika.

Udah deh, pikirnya nanti aja.

"Nggak tahu ah!"

"Iya, nggak usah ngegas begitu sama suaminya"

"BODO AMAT!"

Kak Radika si kanebo kering pergi menaruh koper kami ke walk in closet di sebelah kiri kamar lalu aku sibuk melihat-lihat ke sekeliling kamar. Kamarnya luas, di dominasi oleh warna putih dan di lengkapi dengan kamar mandi dalam ber-bathtube dan walk in closet besar yang entah sejak kapan sudah memuat berbagai pakaian, sepatu dan tas perempuan di sisi kanan.

"Semua baju, sepatu dan tas itu hadiah dari mama. Minggu lalu dia turun tangan buat pergi milih langsung sendiri dan minta asistennya ke sini buat atur semua ini buat kamu" Kak Radika menjelaskan saat mendapatiku melirik ke arah lemari yang penuh.

Drt...drt...

Baru aja bahas Mama Rose, eh, orangnya menelepon dong. Aku meraih ponselku dan mendapati panggilan video call dari Mama Rose.

"Halo, ma" sapaku tersenyum menyapa Mama Rose yang juga tersenyum lebar dari seberang sana.

"Hi, sayang. Kamu sama Dika udah tiba?"

Radisla: The Arrange Married [COMPLETE] ✔✅Where stories live. Discover now