1

205 12 0
                                    

Isla Krystal Utama adalah gadis berusia 21 tahun yang terkenal cantik, pintar, ramah dan mandiri, meski kadang moodnya suka naik turun kayak roller coaster dan senang mengusili orang-orang rumah. Terutama ke kakaknya, Bram Ardiansyah Utama yang lebih tua 8 tahun darinya. Isla sebagai putri satu-satunya dan anak bungsu di keluarganya, selalu menjadi nomor satu bagi semua orang. Mulai dari ayah hingga kakaknya yang sama-sama over protective akut ke Isla.

Tidak main-main, dulu kakaknya, Bram, rela bolos bekerja untuk jadi detektif dadakan yang mengawasi Isla karena Evan, teman dekatnya, mengajak nonton Harry Potter berdua pas SMA. Kata Bram, perempuan sama laki-laki tidak bisa benar-benar pure berteman.

Memang kakaknya ini agak mirip sama ayahnya, wajah tampan dan pemikiran kolotnya 11-12. Untungnya sekarang, ayah dan kakaknya udah nggak se-kolot dulu berkat mamanya yang tidak pernah lelah memberi ceramah dan pencerahan.

Oke, demikian perkenalan singkatnya. Sekarang masuk ke masalah inti.

Hari itu, keluarga Utama menikmati makan malam mereka dengan seorang tamu spesial. Radika, anak Om Satya dan Tante Rose yang adalah sahabat dekat mama papanya Isla datang bertamu.

Suasana cukup hening dan khidmat sebelum Papa Isla membuka mulut dan membuat keadaan menjadi rumit berkat ucapan blak-blakannya.

"Isla, papa sudah jodohkan kamu sama Radika, anak Om Satya dan Tante Rose. Hari ini kedatangan Radika ke sini untuk bertemu kamu,"

Jedar!

Jedar!

What the heck?!

Bak tiang listrik disambar petir, kemampuan berpikir Isla langsung mati total. Hampir saja potongan daging ayam yang masuk ke mulutnya, meluncur ke saluran yang salah. Perlahan, gadis itu meraih gelas berisi air di depannya dan meneguk isinya hingga habis untuk menenangkan diri.

Tidak lupa ia mengambil banyak-banyak udara ke dalam paru-parunya agar tidak sesak. Sekilas, ia melirik ke arah Radika yang terlihat santai tanpa beban dan melihat ke arah papa mamanya.

Lempeng banget mukanya kayak jalan tol, bikin gue pengen lindas.

Semua mata masih tertuju pada Isla, seolah menunggu jawaban gadis itu. Isla membalas lirikan orang-orang yang melihatnya.

"Nggak bisa! Aku nggak mau dijodoh-jodohin!" bantah Isla tidak terima.

Dijodohkan? Memangnya ini abad pertengahan? Apa papanya udah kehilangan akal? Lebih gilanya lagi, bagaimana bisa kakak dan mamanya diam tidak mengatakan apa-apa?

Papa Isla menghela napas. Dia tahu kalau putrinya sudah tidak mau, bakal sulit untuk dibujuk. "Isla, ini demi kebaikan kamu. Papa sama Om Satya udah janji dan Radika udah setuju buat menikah sama kamu"

Isla menggeleng keras. "Aku nggak mau, pah. Aku nggak kenal dekat sama Kak Radika, mana bisa mau terima aja. Papa juga kok bisa-bisanya main janji-janji sama Om Satya?!"

Laki-laki gila mana yang mau-mau saja dijodohkan? Heran, Isla tidak habis pikir. Otaknya di buang ke mana? Di buang ke sungai nil? Apa dipikir orang nikah buat main-main?

"Isla, mama sama papa setuju karena kami yakin ini yang terbaik buat kamu" tambah mama Isla berusaha meyakinkan putrinya yang tentu saja sudah menolak mentah-mentah ajakan perjodohan itu.

"Iya, Isla. Radika orangnya baik kok. Dia pasti bisa jaga kamu. Kakak yakin" komen Bram. Secara dirinya mengenal betul sikap Radika yang dulu sempat jadi juniornya di SMA dan di universitas. Anaknya baik dan rajin. Tidak hanya itu, ia selalu jadi kejaran anak-anak cewek karena parasnya yang rupawan. Sayangnya, Radika tidak pernah menggubris.

Radisla: The Arrange Married [COMPLETE] ✔✅Where stories live. Discover now