17

30 3 0
                                    

Akhirnya hari yang di tunggu oleh Isla tiba juga. Wisuda kelulusan! Rasanya bangga dan lega sudah menyelesaikan pendidikannya sebagai seorang mahasiswa. Sekarang Isla bisa lebih fokus kepada bisnis-bisnisnya tanpa perlu khawatir memikirkan tugas-tugas kuliahnya.

Radika, Mama Papa Isla, Mama Rose, Papa Satya dan Kak Bram beserta Dara ikut menghadiri acara wisuda Isla dan memberi selamat. Beberapa junior dan teman satu angkatan Isla yang tahu jika idola pujaan hati mereka lulus, tak lupa memberikan selamat dan juga buket bunga yang sekarang jumlahnya sudah tidak terhitung.

Selamat kakak cantikku...
.
.
Yah, nggak jadi semangat ke kampus kalau Kak Isla udah nggak ada.
.
.
Ih kakak bidadari bukan sih? Tambah cantik aja.
.
.
Coba kalau pawangnya belum ada, aku bakal maju nih kak.
.
.
Mendadak mau jadi pebinor.
.
.

Isla tetap memasang senyuman ramah dan menyapa semua orang yang memberinya selamat. Sesekali ia melirik suaminya yang dongkol, apalagi setelah mendengar omongan para cowok-cowok mengenai Isla.

"Wah, populer banget nih Isla. Sampai yang kasih selamat sama buket bunga banyak banget. Malah yang datang semuanya ganteng-ganteng buat kasih selamat" ucap Papa Satya sengaja agar Radika semakin panas melihat bagaimana istrinya tersenyum lebar menerima semua buket bunga dari juniornya yang kebanyakan adalah kaum adam.

"Ah iya, om. Isla ini primadona kampus kita yang fans nya banyak banget. Nggak usah di tanyakan lagi" beo Dara yang di balas anggukan setuju oleh Papa Radika. Bagaimana tidak? Orang-orang yang memberi selamat pada Isla sudah seperti orang antri minta sembako, sama-sama membentuk barisan panjang.

"Putri Om memang tidak pernah mengecewakan. Bejibun tuh yang ganteng antri buat Isla"

"Ganteng apanya? Orang aku yang lebih ganteng. Lagian buket yang paling pertama Isla terima juga dari aku" decih Radika bertingkah seolah ia tidak terpengaruh padahal di dalam sudah mengepul sampai tumpah-tumpah. Itu mobil udah kayak mobil pengantar bunga aja. Ia melirik Pak Amir yang sibuk memasukkan buket bunga ke dalam bagasi mobil. Bunganya mau di buat apa?

"Nggak usah cemburu, Kak Radika. Ini cuman sedikit kok yang datang. Dulu waktu baru masuk kuliah, waktu Isla masih belum sold out, jumlahnya 3 kali lebih banyak. Soalnya itu masih ada kakak senior yang ngejar-ngejar" timpal Dara yang di lirik tajam oleh Radika. Sementara yang di lirik tidak peduli dan asik foto-foto sama Isla.

******

Kediaman keluarga Utama.

Untuk merayakan hari kelulusan Isla, semuanya berkumpul di rumah keluarga Utama. Dara yang kebetulan sudah selesai sidang skripsi dan tinggal tunggu wisuda, juga ikut bergabung memeriahkan.

Setelah makan siang, Isla mendapati wajah suaminya kusut. Ia duduk menyendiri di kursi taman belakang. Pasti cemburu nih, begitu pikirnya lalu menyengir santai. "Hey, kamu kenapa kusut gitu? Nggak senang nih aku udah lulus? Mau aku kuliah lagi? Kalau kamu mau aku bakal pilih S2 di Prancis"

"Nggak, nggak bukan begitu. Nggak ada yang main pergi kuliah S2 jauh-jauh dari aku. Nggak boleh" hardik Radika tidak terima.

Isla terkekeh. Ia meraih kedua tangan suaminya. "Terus, kamu kenapa? Mukanya lecek gitu kayak mau di setrika. Kamu cemburu lagi kak? Kan tadi itu dari teman-teman aku semuanya. Nggak baik menolak pemberian dari teman. Lagipula dari semua bunga itu, aku kan terima bunga dari kamu yang paling pertama. Bunga itu juga yang tadi terus aku peluk" terang Isla menjelaskan. Bahkan bunga pemberian teman-temannya tadi ia berikan semua ke mamanya yang penyuka bunga. Kata Mama Airin bunga-bunga itu bakal di taruh dalam beberapa vas yang tersebar ke seluruh ruangan di mansion keluarga Utama.

Radisla: The Arrange Married [COMPLETE] ✔✅Where stories live. Discover now