20

36 3 0
                                    

Hari keenam di Italy, satu hari lagi dan bulan madu mereka usai. Isla dan Radika asik bercanda ria sambil tertawa—sesekali menatap langit malam dari sofa kamar untuk menghindari cuaca dingin.

"Wleh, nggak kena-nggak kena" ejek Isla asik berlari menghindari Radika yang berusaha mengejarnya karena berani menyinggung peristiwa memalukan Radika di saat mereka bertemu pertama kalinya setelah sekian lama, di depan rumahnya. Di dalam kamar utama berukuran super besar itu keduanya kejar-kejaran bak kucing dan tikus.

"Awas yah kamu. Kalau aku tangkap, nggak akan aku lepasin" balas Radika gemas sama kelakuan istrinya yang terus lari dalam keadaan terkikik. Aduh, bidadari dari mana sih? Pikirnya saat melihat tawa lepas Isla yang selalu berhasil mencuri perhatiannya.

"Then, I dare you" tantang Isla menyunggingkan seulas senyuman usil pada Radika.

Hap.

Ia berhasil menangkap Isla—lebih tepatnya menerjang gadis itu hingga mereka jatuh ke ranjang bersama. Radika menelusupkan rambut yang menghalangi wajah cantik Isla ke belakang telinga lalu menatap kedua bola mata indah yang selalu membuatnya mabuk dan gila. Jantungnya berdetak tidak karuan, sementara Isla di saat bersamaan bisa merasakan jantungnya memacu lebih cepat dari biasanya.

Cup.

Cup.

Sedetik kemudian, ia mencium bibir Isla lalu melumatnya hingga gadis itu kehabisan napas. Tangan Isla menepuk-nepuk bahu Radika hingga orang yang menciuminya itu terpaksa melepas pagutannya.

Fyuh..

Isla menarik napas dalam-dalam sambil menetralkan denyut jantungnya yang menggila. Ia melirik Radika yang masih belum berhenti menatapnya. Mata hitam suaminya berubah sayup dan berkabut, sukses membuat seluruh badan Isla menegang di tatap seperti itu.

Cup.

Damn, kenapa Isla terlihat lebih cantik dari biasanya? Radika mengelus lembut kepala Isla. "Babe, will you give me the honour? Can I make you mine?"

Gimana ini? Isla semakin deg-degan. Ia tahu sekali maksud dan arti ucapan dari Radika. Pada akhirnya Isla mengangguk mengiyakan.

"Make me yours"

Radika tersenyum simpul setelah mendapat lampu hijau. "I love you, Isla Diningrat" bisiknya sedikit serak lalu kembali menautkan bibirnya dengan bibir Isla dengan menggebu-gebu.

Buat selebihnya, kalian nggak boleh tahu. Privasi orang soalnya. Hehehehehe.

********

Setelah bangun tidur dan mandi yang cukup memakan waktu hingga mereka kesiangan untuk sarapan, keduanya duduk menikmati pemandangan belakang mansion yang cukup indah.

Isla yang masih kesakitan, memilih untuk tidak banyak bergerak apalagi berjalan. Apa sekarang ia harus membeli kursi roda untuk dirinya?

"Kamu kok masam begitu? Sakit banget yah sayang?" Tanya Radika mengelus-elus punggung tangan Isla yang sejak pagi tadi setia ia gendong ke mana-mana karena kesakitan tiap berjalan. Hitung-hitung dengan menggendong Isla ke seluruh penjuru rumah ia bisa membayar rasa bersalahnya ke wanita itu.

Menurut anda?

Ingin sekali Isla menjitak kepala Radika yang menjadi biang keladi nya. Memangnya rasa sakit yang ia rasakan bisa hilang secepat kilat setelah betapa brutal nya Radika menyerangnya? "Hmm"

Radisla: The Arrange Married [COMPLETE] ✔✅Where stories live. Discover now