Chapter 23!

2 1 0
                                    

"Son, cepat tembak burung itu"

"Ayah apakah itu sangat kerterlaluan?"

Gama terkekeh dan mengusap kepala putranya"Terkadang hidup memang harus seperti itu nak, kamu akan terus di bodohi jika selalu bersikap lembut tanpa pergerakan cepat"

"Aku ga ngerti"

Gama tersenyum dan menyamakan tinggi nya pada bocah sepuluh tahun itu.

"Son, anggap burung itu adalah orang paling baik yang pernah kita kenal bukan kah seharusnya kita juga harus bersikap baik pada orang yang baik?"Lean mengangguk "Tapi jika burung itu ternyata adalah musuh paling jahat yang menyamar sebagai orang baik dan menyerang kita dengan memainkan kelemahan kita, apa yang akan kamu lakukan?"

Lean terdiam menatap kedua mata Gama yang mirip seperti miliknya. Choklat terang yang sering Lean sebut.

"Jawaban nya, bingung bukan? Kamu pasti bimbang kamu ingin menyerang dia tapi kamu berfikir bahwa dia adalah orang baik dan berharga untukmu. Tetapi saat ini yang ada di depan mu bukan lah orang baik yang pernah kamu temui"ucap Gama "Lalu apa argumen yang kamu punya?"

"Dengan tega dan keterlaluan aku terpaksa harus menyerang dia, karena keadaan yang menjepit"

"Itu"ujar Gama menangkup wajah Lean"Anak ayah selalu pintar, ayok lanjutkan latihanmu kali ini tembak burung yang ada di pohon itu"Gama bangkit dan mengarahkan tangan Lean pada burung itu"Apa sudah pas, son?"

"Hum"angguknya dan mulai menarik pistol itu sehingga mengeluarkan suara keras dan peluru yang menembak burung di sangkarnya.

"Hari ini cukup latihan nya, ayah ingin istirahat kamu juga ya?"

Lean hanya mengangguk dan membiarkan Gama memasuki rumah besarnya sementara itu Gama tidak khawatir dengan pistol berisikan peluru yang berada ditangan Lean, ada dua penjaga yang mengawasi Lean ketika bocah itu bermain sendiri dengan benda tajam.

Saat sedang berlatih sendirian Lean melihat kehadiran Gabriel yang sudah pulang namun yang Lean lihat ibu nya tidak pulang bersama supir pribadi yang pagi tadi pergi bersama nya, melainkan dengan mobil lain dan pria di dalam mobil itu. Gabriel terlihat mengecup bibir pria lain yang entah siapa ia lalu Gabriel memasuki pekarangan rumah besar nya dan melewati Lean dengan senyum lebar sambil mengusap puncak kepala Lean.

Lalu siapa pria yang di kecup sang ibu? Yang Lean tahu tindakan itu sering Gabriel lakukan pada Gama suami nya, apakah pria tadi juga suami nya? Pikir bocah kecil itu.

***

Suasana malam yang hening di penuhi dengan lampu terang dan musik yang mengalun serta orang orang yang meramaikan rumah besarnya, banyak makanan dan minuman yang menjadi jamuan para tamu dan aula rumah besar keluarga Selan yang menjadi lantai dansa.

Lean si putra kecil itu sudah mengenakan kemeja yang di balut jas berwarna choklat serta celana dengan warna senada di atas lutut nya. Ia berada di beberapa lantai tangga memperhatikan keramaian yang ada. Pesta yang di laksanakan untuk memperingati hari ulang tahun putra kedua Gama Selan yaitu Lean Arkano benar benar sangat megah dan tak jauh dari kata mewah.

Mata Lean menangkap sosok wanita dengan gaun panjang berwarna ungu dab rambut gelombang yang terurai diam diam menikmati kue dan minuman bersama pria lain, ah tidak itu adalah pria yang pernah Lean lihat saat mengantar sang ibu pulang.

Lean mengepalkan tangan kecil nya ia sudah berusia 12 tahun dan selama itu pula Lean selalu melihat ibu nya bersama pria yang sama yang pernah mengantar nya pulang lalu menerima kecupan manis di bibir nya dari Gabriel. Lean sudah mengerti apa yang di lakukan sang ibu saat bertanya dengan seorang guru di sekolahnya.

Saat itu Lean pernah bertanya apakah seorang istri boleh mencium pria lain selain suami nya? Dan Lean mendapat jawaban nya sehingga ia mengerti saat ini.

Pesta ulang tahun kembali terlaksanakan saat Lean kecil memasuki aula dan berdiri di atas panggung sambil meniup lilin yang menancap di atas kue miliknya.

"Selamat ulang tahun putra ayah"ujar Gama memeluk putranya"Sekarang kamu sudah besar, bagaimana dengan menjadi seorang perisai keluarga Selan? Apakah masih berlaku?"tanyanya sedikit terkekeh.

Lean mengangguk"Sure, ada kebusukan yang perlu di bongkar suatu saat nanti"ujarnya melirik Gabriel yang awalnya tersenyum jadi terlihat aneh.

Gama terdiam sesaat melirik Gabriel yang kini tersenyum pada nya lalu Gama mengangguki ucapan bocah itu, pikirnya Lean hanyalah anak kecil yang sembarang bicara.

***

Suatu saat Lean semakin tumbuh menjadi laki laki dewasa yang sangat pintar berfikir dan memecahkan teka teki di kehidupan keluarga nya. Suatu malam pula saat Lean hendak turun untuk meneguk segelas susu dingin di dapur ia melihat Gama yang masuk ke dalam rumah sambil menyeret Gabriel yang menangis itu.

Lean menghentikan langkahnya di atas tangga dan memperhatikan kedua orang tua nya itu.

"Apa yang kamu lakukan, Gabriel!"bentak Gama penuh amarah lalu menjambak Gabriel"Jawab saya!"

Namun Gabriel yang biasa nya selalu tampil cantik dan elegant kali ini terlihat kacau dan berantakan sambil terus menangis kesakitan, Gama terus menerus menendang melempar dan menampar Gabriel dengan siksaan lain nya.

"Kamu buat saya marah, Gabriel! Kamu khianati saya hah?!"

Gabriel terisak menangis"Enggak sayang, dengerin penjelasan aku dulu"

"Cih! Kamu wanita paling hina selain seorang jalang dan pelacur! Kamu yang palint hina Gabriel!"

Plak!

Gabriel berteriak sakit saat Gama mencambuknya dengan ikat pinggang pria itu.

"Apa yang kamu butuh kan? Apa harta yang saya berikan serta fasilitas mewah di rumah ini tidak cukup hah?!"

Plak!

Lean yang menyaksikan itu menyeringai menarik bibirnya tersenyum miring apalagi saat mendengar jeritan seorang ibu, durhaka? Entahlah Gabriel juga pihak bersalah saat ini.

Gama berjongkok dan menarik rambut Gabriel dengan kasar.

"Berapa lama hubunganmu dengan Sedan?"tanya Gama geram"Jawab Gabriel!"

"S-sayang ak-aku-"

"Kamu sudah bersalah Gabriel, jangan memanggilku dengan sebutan menjijikkan itu! Sekarang jawab sudah berapa lama hubunganmu dengan Sedan!"

Sambil menangis Gabriel menjawab"Sebelum mengandung, Lean"jawab nya terisak "Aku juga melahirkan seorang putra dari Sedan, 5 tahun sebelum kelahiran Lean putra kita"

"Sialan"

Seringaian Lean luntur mendengar itu"Bodoh"

_Passio!_

Note:

Ehem, jadi apa yang anda pikirkan? Konfliknya seringan ini kan bahkan kalian bisa tebak.

Okey lanjut yuk! Tinggalkan jejak berupa vote dan spam komen jugaa.

Jangan pelit!

Jangan jadi pembaca gelap!

Kalian baca sampai sini artinya kalian tertarik kan? Tapi kenapa ga mau vote coba? Muak banget dehh kesel dong akuu liat kalian baca doang tapi ga kasih vote.

Pokoknya kali ini akuu mau kalian yang sebelumnya jadi pembaca gelap, harus vote!

See u next time, good bye!

PASSIO'Where stories live. Discover now