Chapter 22!

1 1 0
                                    

Suara dentingan sendok dan garpu yang saling beradu serta alunan musik klasik yang mengalun lembut dan merdu mengisi keheningan makan malam keluarga Selan.

Lean terlihat menyeka bibir nya dengan selembar serbet dan menatap kosong ke depan pada air mancur yang menimbulkan suara air.

"Son, kamu mau tambah sesuatu?"tanya seorang pria berkaca mata yang terlihat sudah sangat tua dengan rambut yang berwarna putih tetapi masih sangat terlihat tampan dan sekilas mirip dengan Lean. Wajah tampan yang mendominan dengan expresi dingin nya itu menoleh menatap dengan mata elang nya dan melirik pada botol soju yang tersedia di sana

Ia meraih dan menuang nya pada gelas kecil milik nya lalu meneguknya. Terlihat sekilas cuplikan kehidupan Lean Arkano memang terlihat sangat mewah dan elegant namun justru bergelimpang harta saja tidak cukup bagi Lean ada suatu hal yang masih ia butuhkan.

Bukan tidak bersyukur lahir di kalangan orang terhormat dan terpandang apalagi Lean adalah keturunan putra kerajaan di California , anak kedua ini membongkar suatu ke busukan pada orang tua nya yang sangat membuat Lean muak berada di rumah besar dengan harta yang mereka miliki.

"Bisa kita langsung masuk ke pembahasan nya?"tanya Lean tidak santai menatap pria disana lalu mata nya sedikit melirik pada wanita berpakaian elegant dengan gaun merah dan rambut panjang tebal berwarna choklat serta polesan make up tebal yang terlihat cantik sedang menikmati makanan nya dengan santai. Entah mengapa ia semakin muak dan benci berada disini ketika melihat keberadaan sang ibu.

Pria berkaca mata itu mengangguk"Son, ayah menyuruh kamu kemari perihal tentang pewarisan pekerjaan ayah di California"

Lean terdiam mengangkat sebelah alis nya lalu menyeringai kecil.

"Ayah maksud aku harus meneruskan perusahaan itu? Aku tidak ingin"

"Son"

Lean terkekeh menoleh ke arah lain"Putra yang tinggal dirumah besar ini bukan cuma aku, bahkan aku ga pernah mau tinggal disini"ujarnya"Ada Richath dan sialan itu"

"Putra Lean!"

Lean menoleh menatap Gama—sang ayah"Kenapa? Aku bukan anak pertama di keluarga ini, kalian masih punya anak sialan itu yang bisa pegang perusahaan ayah di California ayah!"

"Dan kenapa kamu harus tolak kalo kamu sendiri ga bisa jadi apa apa disini, son! Apa yang mau kamu perjuangkan? Sekolah kamu? Selesai SMA ini ayah akan kirim kamu ke California belajar tentang perusahaan teknologi disana"

Lean berdecih dan menyeringai "Aku gamau, ada hal yang harus aku perjuangkan disini"ucap nya penuh penekanan"Kalo si sialan itu aja bisa nolak, kenapa aku ga bisa yah?"

"Karena kamu putra kedua di keluarga Selan, jika putra pertama gagal dalam didikkan keluarga Selan. Maka putra kedua harus menjadi yang paling terbaik lebih dari putra pertama keluarga Selan"jawab Gama lantang yang lagi lagi membuat Lean ingin mengobrak abrik isi rumah besar ini.

Ia membuang muka dengan deru nafas tidak santai dan kedua tangan yang berada di atas meja terkepal. Wanita yang sedari tadi menghabiskan makanan nya kini menatap putra kedua nya itu.

"Lean"

panggil nya sangat lembut. Namun Lean tak menoleh ia hanya melirik sekilas enggan menatapnya.

"Kamu bisa turuti apa yang ayah kamu mau kan? Kamu bukan putra yang pemberontak, seingat mama kamu anak pintar dan penurut kamu cuma butuh waktu kan seperti biasa? Mama dan ayah akan kasih kamu waktu yang kamu perlu kan asal jawaban itu tak jauh jauh dari menerima"ujar nya lagi dengan lembut "Bisa, Lean?"

"Bisa gila"celetuk Lean pelan lalu menatap tajam wanita itu "Aku ga butuh waktu kalo sekarang aku bisa nolak! Apalagi permintaan anda yang ga akan pernah saya turuti lagi"

Mungkin sedikit ada rasa sakit pada hati seorang Gabriel—sang ibu namun dengan professional ia tetap tenang dan tak sedikit pun merubah expresi tenang nya.

"Lean, mungkin kamu fikir mama masih seorang yant sama? Mama sudah berubah"

"Berubah?"ia tertawa kecil dan melirik Richath—sang adik. "Nyokap lo bisa berubah? Jadi apa?"tawa nya lagi.

Yang di tanya pun hanya menunduk ia seorang adik dan putra bungsu di sini, ia tak bisa menjadi seperti kedua kakak nya ia harus menurut di bawah kuasa orang tua nya.

"Anda berubah? Boleh aku ga percaya sedikit persen pun?"

Gama memejamkan matanya sekilas"Lean, kamu tidur disini dulu jangan pulang ke tempat tinggalmu. Silakan tempati kamar mu"

Lean menatap Gama dengan seringaian kecil"Ayah, are you okey? Ayah masih terima mama begitu aja?"

Lean lagi lagi terkekeh tak habis pikir dengan Gama si kepala keluarga Selan yang paling berkuasa namun sangat lemah jika sudah berada di depan Gabriel, Lean bangkit dan menatap Gama lagi.

"Get well son Dad, kalo wanita ini mulai menyerang ayah bisa minta bantuan aku bahkan aku rela dan ikhlas kehilangan seorang ibu yang ga bisa lagi di anggap seorang ibu!"setelah nya Lean meninggalkan tempat makan tersebut dan memasuki lift yang akan mengantarnya pada kamar tempat yang selama ini ia tinggal bertahun tahun.

Setelah tiba disana Lean masuk dan menutup pintu nya dengan kasar lalu bersandar disana dengan keheningan, rasa sesak mulai menyeruak di dalam diri nya bahkan paru paru nya terasa kosong dan jantung nya memompa sangat kencang. Kedua tangan yang berada di sisi tubuh nya kembali terkepal menimbulkan urat urat di lengan nya.

Tatapan Lean menajam menatap foto besar seorang putra kecil dengan pistol milik Gama. Itu adalah seorang Lean kecil saat berusia 10 tahun ia selalu di ajarkan bela diri yang harus ia kuasai. Namun setiap melihat foto itu Lean jadi teringat sesuatu yang membuat nya benar benar benci bahkan berkali kali Lean menghancurkan foto itu namun selalu ada kembali karena Gabriel yang memiliki banyak foto cadangan tersebut.

"AARGHH! SIALAN!!"

_Passio!_

Note:

Lanjut? Kenapa ya di vote dulu biar bisa dapet kelanjutan nya?

See u next time, good bye brokh!

PASSIO'Where stories live. Discover now