Chapter 14!

3 2 0
                                    

please vote first!!
_________

Jenna memejamkan mata nya dan menghirup dalam dalam nafas nya untuk mengisi ke kosongan yang terasa pada paru parunya.

Mata gadis itu menatap secarik kertas lusuh yang ia temukan di bawah gelas yang di letakkan di atas kertas tersebut. Jenna mengambil nya perlahan dan membaca tulisan disana yang masih terlihat jelas.

'Happiness start within your soul, Jenna. Jangan biarkan dunia mengambil senyum mu"

Tangan itu mengusap tulisan tangan Sean di atas kertas lusuh itu. Ingatan Jenna terputar pada ucapan Sean yang pernah lelaki itu ucapkan pada nya.

"Kenapa sesakit ini, Se? Kamu pergi tanpa membawa kenangan kita, seolah meninggalkan kenangan itu bersama aku untuk membuat aku terus mengingat kamu"

"Waktu yang terlalu cepat mempertemukan kita dan memisahkan kita, atau aku yang kurang mensyukurinya"

"Yang aku tau Se, banyak cara untuk pergi tapi kenapa kematian yang justru kamu pilih?"

Mata yang memanas itu perlahan menjatuhkan buliran bening yang ikut menetes di atas kertas tersebut.

"Kamu bilang kamu memilih untuk aku yang pergi duluan dari dunia ini kan Se? Nyatanya kamu bohong, atau kamu yang salah memilih? Sebenarnya waktu kamu bilang kaya gitu justru adalah sebuah tanda kalo kamu yang mau pergi duluan. Bukan aku"

Jenna mengusap air matanya sambil meremat kuat kertas di tangan nya.

"Maaf karena aku fikir cuma aku yang paling tersakiti di dunia ini, Se. Maafin aku karena ga pernah ngertiin perasaan kamu"

"Karena kamu yang selalu mikirin perasaan aku dan kebahagiaan aku, justru buat kamu ga punya kesempatan waktu untuk mikirin diri kamu sendiri"

"Aku bahagia Je, saat kamu terlihat bahagia"ucapan Sean saat itu terdengar kembali membuat Jenna semakin menangis.

"Se, kalo aja aku bisa bahagiain diri aku sendiri. Mungkin kamu ga akan pergi, kamu ga akan kecelakaan cuma karena terlalu mikirin aku"

"Aku kangen kamu, Se. Cara kamu panggil nama aku, cara kamu ngertiin sikap aku, cara kamu tersenyum, cara kamu bahagiain aku dengan hal sederhana"

Gadis itu meringkuk menangis hingga jatuh dari kursi yang di dudukinya, menangis dengan posisi terduduk ia memeluk tulisan tangan milik Sean dengan isak tangis yang tak ia tahan.

Sementara itu Risma yang sudah melihat sejak awal ikut memangis tersedu sedu di ambang pintu kamar putranya, apalagi saat melihat keadaan Jenna membuatnya sangat tidak tega.

"Sean!"panggil Jenna di sela sela tangisnya"Kamu yang jahat atau tuhan punya rencana indah? Tapi gada keindahan nya dengan cara kehilangan kamu!"

Risma memasuki kamar putranya dan menghampiri Jenna memeluk gadis itu karena tak tahan lagi membiarkan Jenna memangis terluka mengingat putranya.

"Jenna, kamu bisa sayang"

Jenna menggeleng kuat"Tante, Jenna yang selalu berharap Sean kembali. Sean kembali hidup"

"Sayang dengerin tante, Sean selalu hidup di hati kita nak"

"Se.."

Risma perlahan membawa Jenna berdiri dan duduk dan di tepi kasur, ia mencoba menghentikan tangis Jenna yang perlahan berhenti. Risma memberikan segelas air untuk gadis itu agar bisa memenangkan diri nya.

"Sabar ya sayang, cara terbaik untuk mengikhlaskan adalah sabar. Ketika kamu sabar mungkin belum tentu ikhlas, tapi kamu bisa mencoba ikhlas untuk tetap sabar pada setiap ujian dari tuhan"

Jenna memandang kosong ke depan ia tak tahu bisa mencerna ucapan Risma atau tidak. Gadis itu mengeluarkan ponsel miliknya dan menyalakan sebuah lagu yang sering mereka dengarkan.

My Love - Westlife

Selama lagu terputar mata Jenna kembali memanas dan pandangan nya yang buram karena air mata yang menumpuk di pelupuk matanya. Risma menggenggam dan mengelus Jenna ia akan menemani anak gadis itu selama apapun.

'An empty street
An empty house
A hole inside my heart
I'm all alone
The rooms are getting smaller'

Dalam diam buliran air mata Jenna kembalu jatuh membasahi wajah sembab gadis itu. Ia ingat Sean pernah ikut menyanyikan lagu ini bersamaan saat lelaki itu menyetel nya.

Bahkan Jenna bisa mendengar suara Sean ketika lagu itu terputar.

"Lagu nya bau bawang Je, tapi enak"

"Kalo abis nganter kamu pulang. Aku suka setel lagu ini padahal kita baru pisah beberapa menit"

'I wonder how
I wonder why
I wonder where they are
The days we had
The songs we song toghter'

Isakan Jenna pun kembali terdengar tubuh gadis itu kembali bergetar hebat, segera Risma mematikan musik itu dan memeluk Jenna kembali.

"Udah sayang, semakin kamu mengingat semua tentang Sean. Semakin kamu merasakan kerinduan yang menyakitkan"

Jenna tak kuat rasa nya tubuhnya sangat lemas ia terlalu banyak memangis dan menahan rasa sakit hingga kesadaran itu hilang. Jenna jatuh pingsan dalam keadaan menangis merindukan seseorang yang tak bisa lagi di harapkan kembali nya.

Sesakit ini terlalu menahan kerinduan yang tak bisa lagi untuk di tampung, namun mau bagaimana? Kerinduan yang tak bisa di terobati ini sangat menyiksa.

Jenna tak lagi mampu menggegam senyumnya, ia tak lagi mampu mengingat tentang Sean karena benar kata Risma.

Semakin ia mengingat seseorang itu, semakin ia merasakan kerinduan yang menyakitkan.

Sampai Jenna melupakan bahwa kehidupan nya pun telah mati. Kini yang tersisa hanya serpihan cerita yang harus di akhiri oleh diri nya sendiri.

_Passio!_

Note:

See u, good bye!

PASSIO'Место, где живут истории. Откройте их для себя