Chapter 15!

3 2 0
                                    

"Seharus nya dulu kamu ga usah ambil anak haram itu"

"Ibu! Ga seharusnya juga ibu bicara kaya gini"

Di sebuah ruang tamu terdapat beberapa orang dewasa yang sedang berdebat kecil dengan suasana yang sangat dingin dan mencengkram. Seorang wanita tua yang umur nya sekitar delapan puluh tujuh tahun namun masih terlihat awet muda dan terawat.

"Kenapa kamu larang larang ibu? Seharusnya kamu tunggu beberapa tahun dulu untuk Rossa mempunyai anak, kenapa kamu harus kelepasan dengan selingkuhan kamu itu?"

Gianda terlihat menghela nafas berat"Bu, waktu itu aku cuma di jebak temen dan ga sengaja rusak perempuan itu. Kita ga selingkuh aku ga pernah sekali pun khianati Rossa"

"Kamu bohong kan pi, kamu mau cari pembelaan disini? Emang yaa kamu tuh mau nya selalu bener!"timpal Rossa yang merasa sangat kesal mengingat masa lalu nya.

"Mi, dengerin papi dulu bisa? Ini masalah udah lama banget udah seharusnya kita selesaikan"

Wanita tua itu berdecih"Ibu sama sekali ga sudi anak itu tetap tinggal disini dan menikmati harta kamu, bukan nya dia seharusnya hidup liar di luar sana? Dia bukan darah gading kamu dan Rossa. Gianda"

"Bu tapi dia udah besar, aku juga ga akan tega untuk bilang kalo Jenna—"

"Apa?"

Hening sesaat sebelum ketiga orang itu menatap kehadiran seorang gadis dengan wajah sembab nya terlihat seperti habis menangis, namun kedua wanita itu sama sekali tidak perduli berbeda dengan Gianda yang langsung menghampirinya.

"Sayang, kamu kenapa? Habis nangis? Ada apa?"

Jenna menatap Gianda yang mengkhawatirkan nya namun segera ia menepiskan tangan Gianda jauh jauh dari nya.

"Papi maksud tadi apa? Apa yang Jenna gatau? Dan kenapa Jenna ga boleh tau?"tanya gadis itu bertubi tubi"Ck, jawab pi!"

"Sayang, gada apa apa kamu masuk ke kamar ya istirahat atau mau makan dulu?"

Jenna menggeleng"Jenna mau kelanjutan ucapan papi"

Gianda terdiam melirik kedua wanita dibelakang nya yang masih setia terduduk. Wanita tua itu berdecak dan menatap Jenna dengan sorot tidak suka.

"Kalo kamu bukan anak kandung papi mami kamu ini!"

Jantung Jenna terasa mencelos begitu aja nafas nya juga terasa hilang sesaat, gadis itu lantas mengerjab untuk menyadarkan diri nya.

Jenna tertawa kecil"Ini karena nenek ga suka sama aku kan? Makan nya nenek bilang kaya gini?"tanyanya kembali tertawa kecil dan menatap ketiga orang itu satu persatu.

"Ibu bener Jenna! Kamu bukan anak kita!"kali ini Rossa yang berujar dengan penuh kelantangan"Masih ga percaya? Perlu saya ambilkan bukti hak asuh kamu?"

"Hak asuh?"beo Jenna lalu tertawa sekeras mungkin sampai tak sadar air mata yang kembali keluar memenuhi pelupuk mata gadis itu.

"Jenna, jangan dengerin mereka ya mereka itu—"

"Pi! Udahlah kenapa sih harus si sembunyikan lagi? Biarin anak ini tau kalo dia bukan siapa siapa kita!"ujar Rossa bangkit berdiri dan berteriak pada sang suami.

"Tapi kita sepakat buat asuh Jenna sejak kecil! Kamu juga terima keputusan ini, kamu yang suruh aku ga balikin dia kan? Kamu pernah bilang kamu percaya kalo aku ga selingkuh!"

Jenna menatap Gianda dengan cepat"Selingkuh? Sekarang apa lagi? Apa aku ini anak selingkuhan papi?"

"Benar"jawab wanita tua itu santai"Kamu anak selingkuhan papi mu ini, anak haram"

Jenna menggelengkan kepala nya tidak percaya tubuh nya sudah mengeluarkan keringat dingin bahkan darah nya yang berdesir sudah berhenti mungkin. Gadis itu mengerjabkab mata bersamaan dengan air mata yang meluncur, ia berusaha mencerna apa yang tengah terjadi di depan nya.

"Kalian.."ucapan Jenna terpotong karena lidah gadis itu terasa kelu"Kalian mau bohongin aku kan? Enggak—maksudnya kalo kalian mau aku pergi kalian ga harus ngomong kaya gini"

"Tapi itu kenyataan!"

Jenna menatap lantai di bawah nya ia menunduk kan kepalanya dengan senyum di bibir dan mata yang kembali memangis, sakit. Sesakit ini harus mmdi kroyok oleh beribu masalah.

Sesakit ini ketika Jenna harus mengetahui fakta tentang dirinya, anak selingkuhan, bukan anak kandung. Lantas apa peran Jenna di dunia ini jika tak ada hal menarik untuk nya?.

Jenna mengangguk mengusap air mata di wajahnya dan mendongak masih dengan senyum yang terbit di bibirnya, ia menatap Gianda yang terlihat khawatir.

"Bagus pi, cara papi menyembunyikan kebenaran bener bener bagus"puji nya dengan hati yang terasa sakit"Papi pikir apa? Papi pikir hal kaya gini ga bikin Jenna sakit hati pi?"

Gadis itu lagi lagi tertawa pedih memberi jarak antara diri nya dan Gianda.

"Pantes ya pi, kehidupan di keluarga kita gada yang menerima Jenna layaknya keluarga mereka. Ternyata Jenna emang bukan keluarga disini"

"Jenna, dengerin penjelasan pali ya? Tenang sayang semua nya masa lalu, kamu keluarga kita sekarang"

"Berhenti pi"Jenna mengangkat tangan nya di depan Gianda untuk menghentikan langkah lelaki itu yang akan mendekat"Intinya sekarang Jenna tau, Jenna bukan siapa siapa disini. Jenna anak menjijikkan yang di hasilkan dari selingkuhan papi"

Gadis itu mengusap air matanya"Sesakit ini pi, apa papi tau sakit apa yang Jenna rasain sejak tumbuh? Apa papi tau Jenna ga sekuat itu?"tanya gadis itu bertubi tubi"Andai papi tau pi, mungkin papi akan nangis"

"Papi sebenarnya tau, tapi papi ga perduli. Iya kan?"tanya Jenna lagi"Pantes ya papi ga berani lawan mami, karena papi takut mami bocorin fakta tentang aku?"

Gianda terlihat sangat menyayangkan hal ini andai ibu mertua nya itu sama sekali tidak membahas persoalan tentang Jenna. Memang benar Jenna bukan anak kandung nya dengan Rossa tapi setidaknya Jenna adalah darah daging nya.

"Pi, makasih udah besarin Jenna dengan beribu luka dari papi dan kalian semua. Makasih udah buat Jenna ngerti kalo Jenna ga bisa seenaknya disini, makasih juga atas sifat kalian yang sebenarnya adalah kode kalo Jenna bukan bagian dari keluarga ini"Jenna tersenyum sambil menghapus air matanya"Sekarang Jenna tau apa yang harus Jenna lakuin kali ini, keputusan detik ini gada siapapun yang bisa larang"

Jenna memejamkan mata sesaat dan menghela nafas sambil kembali menghapus air matanya. Sudah cukup menangis nya ia tak mau terlihat begitu sedih menerima fakta tentang diri nya.

Gadis itu melangkah pergi menuju kamarnya dengan cepat. Sampai di dalam kamar ia membanting pintu dengan keras dan terdiam sejenak sebelum dada nya kembali bergemuruh dengan rasa sakit dan tangis yang kembali pecah.

Kali ini Jenna membiarkan diri nya memangis tersedu sedu tanpa di tahan ia begitu kacau, begitu sakit dan begitu kecewa karena terluka dengan banyak hal.

Orang orang di sekitarnya bahkan keluarganya sendiri, kepergian Sean yang membuatnya terpelanting.

Selanjutnya apa lagi tuhan? Tolong jika ini adalah permainan hentikan.

Jenna bukan orang yang sanggup untuk hal ini, ia hanya gadis biasa yang menginginkan sebuah ketenangan dan kebahagiaan.

_Passio!_

Note:

So? Apalagi?

Vote dulu yaa dan berikan komenan kalian di bawah ini! Jangan sampai jadi pembaca gelap okey!

See u, good bye!

PASSIO'Where stories live. Discover now