Chapter 18!

3 2 1
                                    

"Jen, tolong di bawa kesana ya"

"Jen, maaf tolong bantu ibu cuciin itu"

"Jen, kamu bisa gantiin ibu dulu?"

"Jen"

Gadis yang di panggil lembut oleh Afni menoleh dan tersenyum, ia bangkit dari duduknya dan menghampiri ibu Afni.

"Iyah bu kenapa? Butuh bantuan lagi?"tanya Jenna pelan dan sopan.

Afni tersenyum dan menggeleng"Anak anak bilang masakan malam ini lebih enak, ibu bilang yang masak untuk malam ini adalah teman baru mereka yaitu kamu"Jenna terdiam mendengarkan sampai Afni mengeluarkan sesuatu "Dan saat ibu bilang itu kamu, mereka kasih ini untuk kamu dan ucapan terima kasih untuk masakan nya"

Jenna menatap beberapa uang lembar merah dan biru yang terlipat menjadi satu, uang? Untuk apa bukan kah posisi Jenna sama seperti mereka kenapa harus di beri uang? Jenna lantas menatap Afni.

"Ibu cerita alasan Jenna ada disini?"Afni mengangguk membuat Jenna menghela nafas"Uang ini karena mereka kasian ya bu?"

"Enggak cantik, mereka jutsru mau kamu jadi juru masak mereka disini hitung hitung sekalian bantu ibu kan? Nanti tiap minggu nya kamu dapat uang dari mereka"

"Bu tapi Jenna ga bis—"

"Rezeki ga bisa kamu tolak Jenna, ini artinya tuhan kasih ke kamu lewat tangan orang orang yang memberi"

Mendengar itu Jenna menelan kalimatnya yang terpotong dan menarik nafas pelan lalu membuangnya perlahan.

"Jenna terima bu, gimana pun ini rezeki buat Jenna. Makasih bu Jenna juga makasih sama ibu karena mau tampung Jenna disini"

Afni mengangguk"Kamu anggap kita semua keluarga kamu ya? Jangan sungkan minta tolong sesuatu kalo kita mampu kita tolongin"

Jenna membalasnya dengan anggukan kecil dan menatap uang di tangan nya, sejak selesai memasak untuk teman teman kost nya ia juga ikut makan dan membantu membereskan semuanya.

Setelah itu Jenna memilih duduk di luar menatap langit malam dan merenungkan beberapa hal yang datang secara tiba tiba membuat Jenna sadar tak sadar jika itu adalah kenyataan.

"Assalamualaikum"

Kedua perempuan itu menatap seseorang yang baru saja datang dengan pakaian seperti seorang dokter.

"Walaikumsalam"jawab Afni"Kamu baru pulang Ram? Tumben malem banget"

Pria itu menyalami tangan Afni"Iyah bu, ada kerjaan tambahan"

"Yasudah, kamu udah makan Ram? Kalo belum kamu ambil sendiri ya di dapur masih ada kok"

"Rama udah makan bu, ini langsung tidur aja deh besok pagi masih ada praktek lagi"

"Yaudah sana masuk, bersih bersih dulu ya Ram"

"Iyah bu" sebelum benar benar masuk lelaki itu melirik Jenna dan tersenyum ramah, Jenna secara reflek pun hanya mengangguk.

Sekepergian nya laki laki itu Jenna menatap Afni"Itu siapa bu?"

"Yang tadi? Namanya Rama dia mahasiswa fakultas dokter yang akhir akhir ini lagi praktek di klinik deket deket sini sih, cuma emang kadang dia pulang nya suka larut kalo banyak kerjaan kata dia. Ibu percaya aja lagian ga boleh Seudzon kan"

Jenna mengangguk"Tapi dia kaya non muslim ya bu?"

"Iyah, Rama itu dari agama protestant. Cuma dia emang sering ucap salam ke ibu ya ga salah juga kan cuma sekedar salam, Jen. Kamu juga boleh ucapin salam kaya Rama"

"Iyah bu, Jenna paham"angguk gadis itu"Kalo gitu kita masuk ya bu? Di luar dingin lama lama"

Afni terkekeh dan mengangguk kemudian merangkul Jenna seperti anaknya untuk ikut masuk.

***

"Hari ini ga sekolah, Jen?"tanya bu Afni sambil membuat jus sehat untuk anak anak kost nya.

Jenna sendiri yang sedang memasak nasi goreng dan menyiapkan roti dan selai menoleh.

"Enggak bu, kan hari sabtu biasa nya libur"jawabnya.

"Kalo gitu kamu bisa tolong ibu? Anter sarapan ini ke kamar di sebelah sana ya paling pojok, depan nya ada rumah pohon"

Jenna mematikan kompor dan menerima kotak makan dan segelas jus sehat itu.

"Kenapa di anterin bu? Dia orang sibuk?"Afni tersenyum mendengarnya.

"Dia siswa juga kaya kamu, mungkin kalian sepantaran? Nanti saling ngobrol aja"ucapnya"Dia anaknya susah gabung kesini bahkan kadang ga pernah nongol sampai yang lain sering nanya ke ibu yang ibu sendiri juga gatau"

Jenna mengangguk paham"Yaudah kalo gitu Jenna anterin ini dulu ya bu, Jenna permisi"

"Iyah"

Gadis itu keluar dari dapur dan berjalan ke samping rumah kost, sebenarnya struktur rumah kost ini adalah tingkat dan berjejer kamar nya tidak hanya ada di dalam rumah tetapi ada juga yang berada di samping kanan dan kiri.

Setelah pergi ke arah yang Afni tunjukkan dan menemukan rumah pohon klasik yang terlihat sangat nyaman, Jenna berdiri di depan pintu satu satu nya pintu disana lalu mengetuknya.

"Permisi?"ia kembali mengetuk lagi"Permisi"

Namun tak ada sahutan sampai ia ingin mengetuknya kembali namun suara seseorang langsung membuatnya membalikkan badan dengan cepat.

"Ngapain?"

Kedua mata Jenna membola dengan mulut yang sedikit terbuka antara terkejut dan terpesona melihat penampilan khas orang bangun tidur dan suara serak laki laki di hadapan nya. Rambut yang berantakan dan wajah putih pucat yang kusut menatapnya dengan malas malas seperti biasa saja? Tapi mengapa Jenna justru terkejut.

"Lean!"ujar Jenna setelahnya"Kok lo disini anjirt? Lo ngapain!"lanjutnya heboh.

Tapi tidak dengan Lean, ia mengerjabkan matanya yang terasa perih dan menggosoknya pelan.

"Kamar gue disini, kenapa nanya?"

Jenna semakin dibuat terkejut"K-kamar lo? Jadi! Jadi lo ngekost disini?"

"Hmm"angguk Lean sambil mengambil sarapan nya di tangan Jenna dan membuka pintu kamarnya.

Sejak semalam ia memilih tidur di rumah pohon buatan nya sendiri karena terkadang lebih nyaman berada disana, Lean duduk di atas karpet dihadapan meja kecil dan membuka kotak bekal itu.

Sementara Jenna yang berada di luar mengerjab beberapa kali dan mengatupkan bibirnya yang terus terbuka, ia tersenyum geli dan masuk lalu duduk di depan Lean yang sibuk memakan sarapan nya.

"Kemarin lo nganterin gue kesini! Kok lo ga nanya atau seenggaknya kaget gitu karena kita satu kost?"

Lean mendongakkan tatapannya"Gue bukan lo"jawab nya santai.

"Anjir, makin demen nih gue cowok begini"gumam Jenna terkekeh "Trus kemarin kenapa lo muter balik bukan nya ikut masuk?"

"ke warnet, gue gamau langsung pulang. Kalo tau kita satu kost gue gamau anterin lo balik"

"LOH KOK GITU ANJ—ir, mwheheh sorry gue hampir toxic"

Jenna memperhatikan Lean yang sedang sarapan dengan tenang dan karena tidak ingin mengganggu lelaki itu Jenna memilih menopangkan wajahnya dan menikmati pemandangan di depan nya dengan hati berbunga bunga mengingat ternyata mereka berdua satu kost.

_Passio!_

Note:

Pesan untuk Jenna?

Pesan untuk Lean?

Pesan untuk kedua nya??

Jangan sampai lewat yaa kalian harus vote terlebih dahulu untuk lanjut part selanjutnya dan jangan lupa ramein cerita ini dengan spam komen di bawah sini!

Happy teruss pren! See u next time, good bye.

PASSIO'Where stories live. Discover now