Chapter 8!

3 2 0
                                    

Hari ini SMA Patimura melangsungkan pertandingan voli antar sekolah lain yang di lakukan di lapangan outdoor kebanggaan SMA Patimura itu.

Lean yang baru saja mengganti pakaian nya menelusuri lorong menuju lapangan outdoor namun terhenti dengan lagi lagi kehadiran gadis itu. Lean menatap Jenna yang menghalangi jalan nya dengan senyum lebar dan antusias.

"Apa?"tanya Lean lebih tepatnya ingin segera menyelesaikan ini.

"Semangat tandingnya! Jangan mikirin apapun karena gue bakal support lo disana"setelah itu Jenna memasangkan finger support volleyball pada ruas jari jari Lean"Okey, byebye semangat tandingnya emot batu!"

Gadis itu lantas berbalik badan meninggalkan Lean yang terdiam dan menempati salah satu tempat duduk di area tepi outdoor. Lean lantas menatap jari jemari nya sambil mengerjab pelan.

Pertandingan di mulai pesona Lean dan team nya semakin membuat suasana menjadi panas karena lagi lagi sekolah mereka mencetak poin tertinggi. Lean menghela nafas sebentar dan sedikit melirik pada gadis yang menonjol di matanya lalu ia kembali mempassing bola yang mengarah pada nya. Tepat disaat Lean mulai mengakhiri pertandingan dengan cara memukul bola dengan keras pada saat itu pula Lean tergelincir dan terjatuh dengan hebat menimbulkan suara keras yang mampu membuat para gadis meringis terutama Jenna yang dibuat terkejut dan meneriaki nama lelaki itu.

"Lean!"

Lean terbaring meringkuk di atas lantai outdoor ia memegangi tangan nya yang terasa sakit dan kaki nya yang terseleo. Lean memejamkan mata kuat menahan sakit yang menjalar di seluruh tubuhnya. Segera Jenna berlari menghampiri lelaki itu dan duduk di sebelahnya.

"Lean, lo gapapa? Lean jangan bikin gue takut!"lelaki itu samar samar menatap Jenna sekilas.

Dapat Jenna lihat tangan kanan Lean yang mengeluarkan darah apalagi bagian ruas jari lelaki itu, mungkin dikarenakan pukulan Lean yang terlalu keras pada bola voli yang ia smash barusan.

"Lean tangan lo"ujar Jenna menyentuh"Lo harus ke klinik"

"Ck, diem"titah Lean menggeram sakit. Ketika Lean merasa sakit lelaki itu memang tidak suka di ganggu dan mendengar kebisingan.

"Lean tapi tangan lo berdarah! Lo harus ke klinik biar gue bantu"

"Lo bisa diem ga sih?!"

Hening. Ketika suara Lean berhasil membentak Jenna disaat itu pula kebisingan di lapangan langsung terasa senyap. Jenna sendiri tersentak kecil sambil menatap Lean yang terbaring di sebelahnya.

"Gue bisa urus diri gue sendiri!"bentaknya lagi lalu berusaha bangkit sendiri tanpa mau menerima bantuan siapapun.

Gadis itu menatap langkah Lean yang terseok seok sungguh ia ingin berada di sebelahnya dan membantu lelaki itu menuju klinik sekolahan nya, tapi jika Lean sudah menolak nya dari awal haruskah ia memaksakan diri untuk membantu nya? Ini membingungkan Jenna juga takut karena kali pertamanya ia di bentak oleh laki laki tersebut.

***

Michel dan Mellin terus memperhatikan teman nya yang bergerak gelisah, hampir membuat Michel berfikiran yang tidak tidak.

Mellin mendekatkan dirinya pada Michel dan berbisik"Jenna kenapa sih?"

"Gatau"geleng gadis itu"Karena yang di lapangan tadi ga sih??"

"Soal, Lean?"bisik Mellin yang di angguki"Bisa jadi sih"

"Jen, lo gapapa?"tanya Michel akhirnya"Jangan di pikirin banget soal di lapangan tadi, gue yakin Lean cuma ga mau di bantuin aja"

Gadis yang sedang gelisah itu menoleh pada teman teman nya dan menatapnya satu persatu.

"Emang iyah? Ya tapi mikir aja ini kali pertama nya dia bentak gue"ujar Jenna"Gue takut nya dia bakal marah selama nya sama gue"

Menghela nafas. Michel menjawab"Tenang aja kali Jen, lagian dia bukan pacar lo kan gausah di khawatirin banget"

"Justru itu Michel, kalo dia marah gue takut dia ga mau jadi pacar gue"

"Astaghfiullah"

Jenna tercengir"Dia yakin ga marah sama gue kan? Semoga dia ga marah"

"Terserah deh, lo coba chat aja dia trus minta maaf"

"Ga punya nomernya"

Michel dan Mellin bersamaan menghela nafas mereka entahlah menghela nafas adalah kegiatan paling melegakan di saat segala sesuatu hampir membuat mereka pusing.

"Gimana sih? Lo niat deketin dia tapi ga punya nomernya"

Mellin mengangguk"Cari sana nomernya, minta ke siapa kek"

"Yee, kalian pikir gampang dapetin nomer dia. Gue aja ga tau temen nya yang mana biasa nya dia jalan sendirian aja kan"grutu Jenna kesal.

"Jenna sayang yang cantik nya menuhin sejagat raya! Lo bisa coba cari temen seteam voli nya Lean kan? Gitu aja kok susah sih"ucap Michel di ambang kesabaran nya"Coba sana lo mulung nomer dia ke temen temen nya"

"Tau, sono lu"Mellin pun ikut ikutan mendorong bahu Jenna agar pergi.

"Sadis"umpat Jenna"Gue juga malu lah masa gue duluan yang ngechat dia?"

"Yallah segala tau malu! Udah deh gue mau ke kelas capek ngurusin lo deh gatau gue"Michel bangkit dari duduknya dan melangkah keluar menuju kelas nya.

Sementara itu Mellin hanya mampu diam menemani Jenna ia juga tak tega meninggalkan Jenna sendirian bagaimana pun Jenna itu adalah teman nya.

"Udah ya Jenna sabar aja jodoh mah ga akan kemana"ucap Mellin mengelus pundak Jenna"Nanti kalo ketemu Lean, gue mintain deh nomernya"

"SERIUS?!"

"EH ANJIR KAGET!"

Jenna mengabaikan Mellin yang terkejut karenanya ia harus memastikan Mellin mau membantunya.

"Serius lo mau bantu gue minta nomernya Lean? Jawab gue Mel!"

"Iyah ihh, udah jangan cemberut aja ga cantik lagi loh"Jenna tertawa dan memeluk Mellin dengan erat.

"Sayang lo banget aaaa, makasihh"

"Emang ya orang kalo ada mau nya begini"dumel Mellin di pelukan Jenna.

"Ihh jawab dong! Gue sayang lo Mellin"

"Iyah gue juga sayang lo Jenna, kita temen"Jenna menanggapi nya dengan tawa geli. Jika begini paling tidak ia tak segelisah tadi ia akan meminta maaf jika bertemu dengan Lean.

Yash, jika bertemu.

_Passio!_

PASSIO'Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα