59-Mulai pulih

1K 84 9
                                    

Setelah menunggu dengan rasa khawatir, Dokter pun keluar dari ruangan. Abi dan yang lain serempak menghampiri Dokter dan menghujani dengan pertanyaan.

"Dok, bagaimana kondisinya?"

"Baik-baik aja kan?"

"Dokter, cepat jawab!"

Sang Dokter yang diserbu pertanyaan pun kebingungan untuk menjawab, tapi sebisa mungkin ia mengontrol emosinya karena dia sedang berhadapan dengan seseorang yang memiliki kuasa besar.

"Untuk sekarang bisa dibilang kondisi Nona sudah stabil. Hanya perlu beberapa pemeriksaan terutama bagian kaki, tapi tetap perlu diawasi untuk mengontrol kondisinya. Setelah luka luarnya sembuh, bisa mulai untuk konsultasi terapi kakinya," jelas sang Dokter.

"Baik Dok, terima kasih!" Setelahnya kelima pria berbeda usia itu dengan semangat masuk ke dalam menghampiri Putri dan adik satu-satunya bagi mereka.

Semua masuk saling berebutan hingga menimbulkan suara bising cukup keras. Senja yang masih belum sepenuhnya sadar atau bisa dibilang belum 100% fokus pun tersentak.

"Senja, ada yang sakit?" tanya kelima Pria itu dengan kompak.

"Ayah, Kakak, jangan berisik!" titah Senja sebelum memejamkan matanya meninggalkan Ayah dan Kakaknya yang menunggu tanggapannya.

"Wah, baru pertama kali dicuekin," keluh Varent yang diacuhkan oleh adiknya itu.

Yang lain hanya bisa menghela napas kasar sebelum memilih duduk kembali di sofa. "Di sini orang khawatir, bukannya dijawab dulu," gerutu Varent yang masih kesal.

"Udahlah Rent, mungkin Senja masih lemes," sahut Gara mencoba menenangkan adiknya.

Memangnya diacuhkan itu tidak enak!

Akhirnya mereka pun memilih mengobrol seraya menunggu Senja bangun dari istirahatnya. Menjelang malam Senja membuka matanya.

"Ayah!" ucap lirih Senja, tapi masih bisa di dengar.

Abi yang sedang mengurus pekerjaannya pun bangkit setelah meletakkan laptopnya begitupun Aezar yang sedang melakukan hal yang sama, sedangkan Hayden dan Varent tertidur di sofa yang dijadikan kasur, dan Gara pulang ke rumah untuk melihat keadaan rumah.

"Mau minum, sayang?" Senja mengangguk kecil. Aezar yang dekat pun mengambilkan air dengan sedotan untuk memudahkan Senja minum.

"Pelan-pelan!"

"Udah." Perlahan Aezar meletakkan kepala Senja ke bantal lagi.

"Masih ada rasa sakit, Sayang?"

"Iya, walau nggak terlalu," jawab Senja dengan suara yang masih terdengar parau.

"Sabar ya, sebentar lagi waktu makan dan setelah minum obat rasa sakitnya pasti lebih berkurang!"

Senja pun mengangguk mengerti, memejamkan mata seperti menahan rasa sakit.

Tidak sampai 15 menit makanan yang Senja tunggu datang, Aezar membantu Senja untuk duduk dan membenarkan posisi bantal agar nyaman.

Secara perlahan Aezar menyuapkan buburnya. Namun, pada suapan kelima Senja menolak dengan alasan sudah kenyang.

"Satu suapan lagi, yuk!" bujuk Aezar dengan cepat Senja menggelengkan kepalanya.

Aezar menghembuskan napas kasar. "Okey, sekarang kita minum obat ya."

"Ayah!" Abi yang selalu berada di sebelah Senja pun semakin mendekat.

"Ada apa sayang?"

"Mau sama Ayah," balas Senja membuat Abi mengambil alih obat yang dipegang oleh Aezar.

Senja " Di Siang Hari " Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang