CHAPTER : 28

4.1K 172 4
                                    

Sksksk ciee nungguin yya?

-Happy Reading!-

"

Kalian ada yang ngeliat satria ga?" Pertanyaan yang di lontarkan oleh Arya mampu membuat mereka bungkam. Evan dan Zaky langsung berpikir keras kemana Satria.

"Kalian ngerasa ada yang aneh dari Satria ga?" Satu pertanyaan lagi yang di lontarkan oleh Stella, juga membuat mereka tidak tenang.

"Sekalipun ada yang berkhianat, tunggu pembalasan dari gue." Ujar Evan penuh penekanan.

"Satria... lo juga udah jarang ngechat gue." Batin Cia

"Jangan overthinking dulu, kita ga tau yang sebenarnya." Tegur Icha.

Mereka mengangguk paham.

Rusia.

"Bagaimana perkembangannya?" Tanya Queen to the point.

"76% Queen." Queen mengangguk

"Jaydan, telfon stasiun tv lalu suruh mereka membuat beeita palsu. Pesawat pribadi kita jatuh dan hilang kendali. Bayar berapun mereka mau." Setelah mengucapkan itu Jaydan langsung menghubungi stasiun tv internasional terutama indonesia.

Queen menatap figura keluarga dan teman temannya, Queen meneteskan air matanya.

"Hey... i'm sorry" ucap Varissa, merasa bersalah.

"Gapapa kok, karna lo gue sadar. Thanks."

Indonesia

"Liat berita!" Panik Aurel pada mereka smeua disana.

Xavier menghidupkan tv besar yang berada di sana. Ia mengeraskan volume nya.

"Berita terkini, pesawat pribadi milik Aqueena Sheila Permata Xendrick anak dari tuan Sagara Xendrick mengalami hilang kendali, kini tim sar sedang mencari keberadaan jasat putri tuan Sagara. Pesawat mengalami hilang kendali lalu jatuh pada lautan. Kemungkinan besar tidak ada yang selamat."

Deg

"Ngga ngga! Ngga mungkin!" Pekik Amanda histeris.

"Dad! Bilang sama Rey bahwa ini bohong!" Rey menangis, ini ke dua kalinya ia menangis hari ini. Berbeda dengan Xavier ia mengepalkan tangannya kuat dengan wajah memerah. Xavier menghubungi orangnya untuk mencari tahu kebenarannya.

"Rel... gak mungkin ade gue pergi secepat ini." Lirih Seline memeluk kembarannya kuat.

"Cucuku...." oma Zela menangis dengan kencang.

"Hiks... hiks... Queen!" Angga yang sering menganggu adiknya kini hanya bisa menangis.

Markas Alvagos

"Yahh, tukang berita nya boong!" Ujar Stella.

"Apaan sih beritanya! Gak masuk akal banget." Tambah Cia.

"Queen.... hiks hiks." Icha kini memeluk Zaky dengan erat .

"Queen... makasih and good bye." Arya turut sedih atas kehilangan Queen.

"Lo semua bodoh!" Bentak Evan, ia mencari kontak Queen lalu menelfon nya. Namun nihil nomornya sudah tak aktif.

"Bang Xavier telfon gue. Dia bilang bener Queen udah gak ada." Daniel memberitahukannya pada mereka semua. Tangis icha makin kencang.

"Gak mungkin! Queen... ayo balik! Aku nunggu kamu loh, kamu juga gak pamit sama aku! Queen! Gue sayang sama lo... hiks." Hancur sudah, mereka smeua di selimuti dengan tangisan dan kesedihan.

Rusia

"Maaf, gue harus ngelakuin ini." Queen ikut menangis melihat orang orang tersayangnya menangis.

"Miss, saatnya sarapan." Ucap Jaydan pada Queen. Perbedaan Jakarta dengan ibu kota Rusia moskow 4 jam. Kini di Moskow jam 8 pagi sedangkan jakarta jam 12 siang.

Queen mengelap air matanya lalu bangkit dari kursinya. Kini rencananya sudah 80 %. Satria, Queen tengah mencari latar belakang pria itu.

"Jaydan, bagaimana?" Tanya Queen.

"Masih belum miss."

"Mengapa susah sekali? Biar saya sendiri yang mencarinya." Ucap Queen. Jaydan menganggukan kepalanya.

▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎

Sekolah nya kini mendapat kabar buruk, mereka ikut berduka cita, kecuali Gisel dkk. Mereka senang sekali dengan kabar kematian Queen terutama Grace. Evan, Cia , Stella , dan Icha berubah drastis, maksudnya sifat mereka. Evan jauh lebih dingin, Stella dkk, pun dingin.

"Kita harus pesta." Ucap Grace bangga.

"Oh harus dong! Akhirnya tuh orang mati juga." Girang Gisel.

"Hahaha, Queen Queen... akhirnya gue menang Queen." Gumam Grace

"Gue samperin Evan dulu." Grace berlari menuju circle Evan dan Stella.

"Halo van." Sapa Grace. Evan hanya melirik singkat.

"Gue ikut berduka cita ya, dengan kematian Queen." Grace sengaja menekan kan kata 'kematian Queen'

"Apa lo bilang?" Stella akhir akhir ini sering tersulut emosi bila menyangkut Queen.

"Mati." Jawab Grace santai.

Bugh

Stella membogem pipi Grace kencang, mereka hanya memandang saja tak ada niat untuk memisahkan mereka berdua.

"Asal lo tau! Queen belum mati." Peringat Stella.

"Stella... gue tau lo sedih, tapi harus inget dia udah mati!"

"Bangsat!" Bentak Evan, ia sudah kesal dari tadi tapi masih ia tahan.

"Lo bisa diam gak?" Tanya Icha esmosi.

"Apaan sih, kenyataan kali dia udah mati! Bagus deh dia udah mati. Jadi gak ada pahlawan kesiangan disini."

"Apa lo bilang?! Mati?! Lo yang gue bikin mati!" Bentak Cia.

Plak

"Cia udah." Lerai Satria. Benar Satria sudah balik, ia juga sudah mengetahui kabar kematian Queen.

"Pergi lo mak lampir. Hush hush." Usir Arya seperti mengusir anjing.

Dengan perasaan kesal Grace pergi dari sana, Evan bangkit dari duduk nya lalu berjalan ke arah Roftoop. Disusul oleh mereka.

Rusia

"Ternyata si ular sudah bermain." Queen menyeriangai seram. Jaydan sampai meneguk salivanya kasar.

"Dimana Zeus?" Tanya Queen.

"Di kandang nya Queen."

"Lalu Trixie dan Bao?" Jaydan hanya memutar bola matanya malas. Queen terkekeh.

"Sudah sudah, bagaimana rencana nya?" Tanya Queen, mode serius on.

"Lancar saja, tinggal beberapa lagi."

Queen tersenyum evil, ia memainkan lidahnya dalam mulut. "Tunggu saatnya." Gumam nya

▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎

Hay readers, maap chapter ini dikit.

Lagi sibuk soalnya.

Serius aku kebawa perasaan nulisnya, sampe nangis beneran anjir.

Mau sampaikan pesan buat siapa?

See you next part!

VOTMEN!

Mafia Girl (End)Where stories live. Discover now