Part 28

171 13 6
                                    

Halo semua! Apa kabar?
Ada yang masih nungguin cerita ini?
.
.
.
Sebelum baca, vote dulu yukk!!

***

Tasya berjalan mondar-mandir di depan kelasnya. Jari-jarinya terkadang ia gigit-gigit kecil, wajahnya pun terlihat sangat gelisah.

Teman sekelasnya menatap heran kearah Tasya. Mereka saling berpandangan seolah-olah bertanya ada apa dengan Tasya, mengapa Tasya terlihat gelisah?

Sedangkan sang empu masih saja terus mondar-mandir, ia ingin memastikan sesuatu pada seseorang yang tengah ditunggunya itu. Tapi sedari tadi orang yang ditunggunya tak kunjung menampakkan diri.

Tak lama orang yang ditunggunya itu datang dengan sedikit berlari. Tasya yang melihat itu segera berlari menghampirinya.

"Al, lo kemana aja? Kenapa baru ke kelas? Gue denger gosip dari anak-anak katanya lo berangkat bareng Zayan ya? Terus juga mereka pada ngomongin lo, katanya lo pelakor lah, lo perusak hubungan orang, bener itu Al?" tanya Tasya beruntun.

Ya, orang yang sedari tadi ditunggunya, yang membuat dia mondar-mandir di depan pintu kelas itu adalah Aleana.

Tadi, ketika dia baru saja tiba di sekolah bersama Keenan, telinganya langsung mendengar bisikan-bisikan yang menjelekkan nama sahabat satu-satunya itu, mereka mengatainya sebagai pelakor dan perusak hubungan orang. Ya walaupun ada sebagian orang yang setuju jika Aleana bersama Zayan dan membela Aleana, tapi tetap saja Tasya kesal.

Aleana menghembuskan nafasnya sebelum menjawab, "Lo kalo nanya satu-satu dong! Gue bingung jawabnya. Udah deh lo minggir dulu, gue mau masuk!"

Aleana mendorong tubuh Tasya sedikit untuk memudahkannya masuk kelas.

Tasya yang melihat itu segera mengejar Aleana dan duduk di bangku nya.

"Cepet Al, jelasin ke gue sejelas-jelasnya!" tuntut Tasya.

"Sabar elah, nafas dulu nih gue. Capek tau!"

Setelah menunggu beberapa menit Tasya kembali berujar, "Oke sekarang lo jelasin ke gue!"

"Ssttt lo denger itu gak?" tanya Aleana pada Tasya, jari telunjuknya dia letakkan di depan bibir tipis berwarna pink miliknya.

Tasya mengernyit bingung, "Denger ap-"

Kringgg....

Belum sempat Tasya bertanya, suara bel masuk berbunyi.

"Nah tuh suara bel udah bunyi, jadi ceritanya nanti aja, oke?!" ucap Aleana.

Tadi ketika Tasya terus saja memintanya untuk bercerita, matanya tak sengaja menatap jam dinding di kelasnya yang menunjukkan pukul tujuh dan dia yakin pasti tak lama lagi bel akan berbunyi itu sebabnya dia berucap seperti itu pada Tasya. Bukannya dia tidak mau cerita, hanya saja sekarang waktunya tidak tepat.

"Bisa aja ya lo ngelesnya, bilang aja lo gak mau cerita!"

"Haha bukan gitu Sya. Gue bakal cerita kok, tapi nanti ya kalo istirahat!"

"Awas aja lo kalo gak cerita!"

"Iya Tasya, udah deh tenang aja!"

Tak lama guru yang mengajar di kelas mereka datang dengan penggaris kayu panjang ditangannya.

Kebiasaan pak Bagus, selalu membawa penggaris kayu panjang itu ditangannya untuk memukul pantat siswa yang melanggar peraturan, tapi itu untuk siswa ya. Beda lagi untuk siswi, pak Bagus akan memukul pergelangan tangan mereka.

Accismus [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang