-Pertemuan (1)-

Mulai dari awal
                                    

Dengan Nathan dan Arabel yang mengekor dari belakang, mengantarkan sahabatnya itu sampai ke depan parkiran.

"Gue titip ya--"

"Rafka, nama saya Rafka kak, bole minta nomor handphone kakak buat ngabarin kalau ada apa apa?"

"Bole bole, sini handphone kamu biar aku ketik nomornya,"

Narafka pun memberikan handphone nya kepada Arabel.

"Ntar Pe in gue aja di WA, biar save back ya?"

Narafkan mengangguk. "Gue balik ya Nat, Kak Arabel?"

Sebelum masuk Nathan mengkode Narafka untuk berbagi nomor WhatsApp Arabel padanya.

"Hati-hati!"

Narafka pun menutup pintu mobil nya, dan melaju.

"Uhuk-uhuk!"

"Kak Nazra, itu di laci ada minyak kayu putih!"

"Lo mau tidurin gue ya? si Arabel jual gue?" ujar Nazra melantur.

"Iya, Lo kan open BO jadi gue beli dengan harga diskon 50 persen, dari harga 50 ribuan menjadi gratisan!"

"Murah banget, terus gue dapet apa dong, uhuk-uhuk!"

"Gigong Lu bau alkohol banget Kak, sumpah dah!"

"Eh lu kaya ya, hakkkh!" nafas Nazra tercegat.

"Ga lu liat Lu naik apa? naik Lamborghini, ya pasti kaya lah! itu kalau sakit diem aja ya, apa lu sakaratul maut? agama Lo apa ya? biar gue bantu ngucap!"

"ribet banget cepetan sesek nih!"

"Astaghfirullah asma plus mabok bukan maen jadi stresnya!"

"Mabok? gue muslim ya goblok uhuk-uhuk!" ujar Nazra antara sadar tidak sadar.

"Muslim doang tapi minum wine!" sindir Narafka.

"Wine? gue minum sirup anggur mahal, gitu kata Arabel, ekhmmmm...uhuk-uhuk!" setelah mengatakannya Nazra berhenti meracau.

"Bener bener di jual temen ni orang!"

***

Sesampainya di apartemen, Narafka menggendong tubuh Nazra sampai kepada kamarnya di lantai 10, tenang mereka naik lift kok, apartemen tersebut tampak sangat sepi, ya karena sudah jam 23:50 di tambah lagi penghuni di apartemen tersebut tidak ramai.

Apartemen holkay, jadi palingan isinya para pejabat yang hanya singgah, atau anak holkay yang lebih sering menghabiskan waktu berfoya foya di luar.

"Berat banget Lu!" gerutu Narafka.

"Bauk!" teriak Nazra kepada Narafka.

"Anjir lah, parfume gue lebih mahal ya daripada ginjal lu!" pekik Narafka sinis.

Nazra diam, sesekali terbatuk-batuk, plus sekarang ini ia malah mengendus badan Narafka.

"Ih sumpah makhluk macam apa ini!"

Tling! Lift terbuka, Narafka melajukan jalannya.

Karena sudah merasa geli, dimana tangan Nazra mulai nakal mengelus elus dadanya.

"Assalamualaikum," kebiasaan Narafka selalu mengucapkan salam ketika masuk ke dalam apartemen nya. Walau tidak ada orang sekalipun, salam tetap wajib.

Di baringkan nya tubuh Nazra ke atas tempat tidur, kemudian ia mengambil kan selimut dan menyelimuti Nazra, sebelumnya ia sudah membukanya high heels milik Nazra terlebih dahulu.

"Eh eh mau ngapain?" heboh Narafka saat ia melihat Nazra membuka sweater nya dan melemparnya asal ke lantai.

Narafka langsung mengambil sweater lemparan Nazra kemudian menutup wajahnya menggunakan sweater tersebut karena Nazra belum berhenti sampai situ.

Nazra kembali membuka baju kaos dalamnya,dan hanya menyisakan tanktop hitam miliknya.

"Innalilahi wainnailaihi rajiun, ntah rezeki apa musibah ini ya Allah," ujar Narafka ketar katir, beberapa saat ia mengintip ternyata Nazra sudah menyelimuti seluruh tubuhnya menggunakan selimut.

"Sesek!" racau gadis itu lagi.

"Nih minum!" Narafka memberikan Nazra minum, gadis itu menerimanya.

"Mak gak mau kuliah, mau kawen ajaa huaa!" teriak Nazra lagi.

"Nikah dulu baru kawin!" balas Narafka.

Setengah jam pun berlalu, Narafka sibuk dengan game nya dan duduk di sofa pada ujung kamarnya.

Nazra tertidur pulas sampai pada akhirnya.

"Hakkkh... hakkkh!" suara nafas gadis itu yang berderu tak beraturan, dan sangat sesak terlihat.

Narafka panik dan menghampiri Nazra.

"N-nama lu siapa?" tanya Nazra.

"Rafka, lu kenapa Kak? gue harus apa?"

"N-nafas gue s-sesek banget Raf, hakh...uhuk-uhuk," ujar Nazra sambil mengelus dadanya yang terasa sangat sesak.

"Terus gue harus apa Naz?" tanya Narafka kebingungan.

"B-bantuin gue buka Ha-Be, please..." ujar Nazra dengan nafas yang berderu, sekuat tenaga ia mencoba memiringkan badannya.

"Ha-Be? apaan?" tanya Narafka tak paham.

"BEHA gue tolol! cepetan, s-sesek ni, hakh...uhuk-uhuk," pekik Nazra geram sampai terbatuk-batuk.

"Gue cowo-"

"Buruan!" ujar Nazra lirih.

"G-gue buka ya, maap tangan gue masuk nih ke dalem-" Narafka dengan canggung memasukkan lengannya ke dalam baju gadis itu untuk membantu gadis itu membuka kancing bra nya.

"Yang ini?"

"Buru bodoh!"

"Udah,"

"Hah...sedikit lega, uhuk...uhuk! tangan lu ngapain masi di sono, keluarin anjir kaga sopan!" pekik Nazra.

Narafka pun segera menarik lengannya keluar dari dalam baju Nazra dan bertingkah gegelapan.

"Astaghfirullah haladzim, kalian berzina disini!!!"

Deg!

"Papa?!" pekik Narafka terkejut bukan main.

Nazra yang masih sedikit merasa sesak nafas itu pun kaget dan reflek terduduk.

"Ini pacar kamu yang nelpon Papa hamil duluan hah? besok kalian nikah, kita lamar dia segera!"

"H-hamil?" Nazra tertegun, dan kaget seketika. Seorang Narafka yang terlihat childish ini bisa menghamili seorang gadis? ah iya, dia tetap laki-laki dewasa bukan.

"B-bukan Pa,"

"I-iya bener Om! dia mesum sama saya, wajib tanggung jawab!" Narafka tercengang.

Bisa-bisanya Nazra keluar dari dalam selimut hanya dengan tanktop.

"M-maksud Lo Kak?"

"Lo harus nikahin gue!" pekik Nazra yang setengah sadar itu.

***

Ga spam komen di setiap paragraf + vote, Araa ngambek! ga mau up sampe tahun depan☺️

Ayo ramaikan makanya jangan diem diem Bae! Btw, ngefeel tydak? tydak? ahh lemahhh!

Follow ig Ara buat tau info-info tentang cerita ini ya, di
@zhrni_slsbila
Yang engga ada centang birunya!

See you next part bebyhhh!

Zhrni_slsbila

My Little Husband (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang