19. YOUNG GIRL

1.7K 162 11
                                    

Theory : Relationship

Jangan lupa vote dan berikan tanggapan mu.

"Apa aja yang dia omongin ke Lo? Apa dia ngancem lagi?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Apa aja yang dia omongin ke Lo? Apa dia ngancem lagi?"

Baik Satria atau Azam sama-sama menatap, cowok jangkung yang bersandar pada tiang penyanggah. Terlihat frustasi akan tetapi rautnya tetap datar. Erlangga menggeleng. "Nggak ada hal baru. Gue harap dia tetap di 'tempat yang sama' dengan begitu tali simpulnya akan mudah dilerai"

"Dia orang yang licik Er, sekalipun ada pergerakan baru dia pasti nyembunyiin dengan rapi."

Erlangga masih terus berpikir keras. Tidak akan banyak yang dapat mereka lakukan sekalipun Erlangga mati-matian berusaha, mereka seperti berjalan ditempat. Rencana, langkah dan eksekusi adalah tindakan yang tepat untuk sementara ini. Mau bagaimana pun yang menjadi musuh bayangannya merupakan orang yang cukup kuat, dalam hal fisik maupun kekuasaa. jika dibandingkan, Erlangga bukanlah apa-apa baginya.

Mengingat kejadian semalam rasanya Erlangga merasakan ketakutan yang sama dalam beberapa detik mendapati kemunculan orang itu.

"Wah wah, Erlangga. Gue nggak nyangka Lo ada disini."

Mata Erlangga terbelalak. Orang di depannya ini-Aaron Renggala Bliss, saudara sepupunya. Pria manipulatif yang kejam. Erlangga bukan takut, hanya saja dia sadar tidak akan mampu melawan sepupunya itu, mereka memiliki kesenjangan yang jauh dalam kekuatan dan kekuasaan.

Renggala sedikit membungkuk, menyentuh bahu adik sepupunya. "Kenapa muka lo keliatan tegang hm? Rileks Erlangga, gue nggak akan ngaduin kelakuan Lo ditempat ini sama nyokap Lo."

"Apa mau lo?"

Renggala tertawa renyah. bersedekap dada, menatap intens cowok remaja yang berkilat tajam ke arahnya. Dia memegang dagunya sok serius kemudian menyeringai kecil "Cewek yang selalu sama Lo itu, gue udah pernah bilang kan sama Lo?"

Sialan!

Erlangga mengepal erat tangannya. Mendadak dia ingin menghabisi pria ini, Dia beranjak melewati Renggala untuk pergi sebelum amarahnya bertambah besar namun setelah beberapa langkah ia berhenti.

"Orang-orang yang nyerang gue hari ini, ulah Lo kan?" Erlangga menoleh, Renggala mengangkat bahu tak acuh. Lagi-lagi Erlangga melihat ekspresi nyeleneh di wajah orang gila ini. Erlangga berdecih, sebelum melangkah lebih jauh ia kembali berujar.

"sampai kapan pun, kalau 'dia' yang Lo mau gue nggak akan biarin Lo dapat apa yang Lo mau itu. Sekalipun nyawa taruhannya."

Erlangga berjalan pergi membuat Renggala semakin lebar menyunggingkan senyumnya. Hebat sekali. BOCAH ITU.

Erlangga menghembuskan nafas. Berbalik pergi, "Gue punya banyak urusan, ketemu lagi besok disekolah."

Sehabis menemui Azam dan Satria, Erlangga menderu bersama motor hitamnya. Dia akan pulang sebentar kemudian pergi ke gudang ekskutif menemui seseorang, selain memastikan beberapa hal Erlangga juga ingin melihat secara langsung.

Jalan yang Erlangga lalui cukup padat, dia lupa seharusnya tidak melalui jalan ditengah kota di hari Minggu sore, sekitar sini jelas akan padat. Taman bermain yang dibuka hanya seminggu sekali itu menjadi tempat kunjungan favorit masyarakat sekitar. Erlangga menghela nafas, dia tidak sedang terburu-buru sekalipun terjebak macet disini Erlangga bisa datang ke gedung ekskutif besok sepulang sekolah.

Mata Erlangga terpaku Kemudian ia mengerenyit. Orang itu-ah bukannya terlalu berisiko? Ditempat seramai ini? Bagaimana bisa orang-orang itu berniat jahat dengan kemungkinan tertangkap lebih besar ketimbang melarikan diri.

Aisshh! Andai saja Erlangga menutup mata.sebelum menoleh ke tempat duduk didekat pintu masuk taman, mungkin dia tidak akan kerepotan berkelahi dengan egonya. Ya sesekali merepotkan baginya tidak masalah sih tapi-

☆☆☆

Taman Bermain.

Terletak di tengah kota. Pasti tempat itu ramai di sore ini. Lara sudah menyumpah serapah Kafka, cowok itu benar-benar membuat amarah memuncak. Dia seharusnya masuk ke taman bermain dan mencari cowok itu. Lara seharusnya mengambil kunci ruang baca Kafka agar dia bisa mengambil buku catatannya yang 'penting' itu yang tertinggal di dalamnya. Lara merutuki kepalanya yang kebiasaan meninggalkan barang dan melupakannya.

Jadi dia sekarang hanya menunggu disebuah kursi di dekat pintu masuk. Berharap bisa mencegat Kafka ketika keluar nanti.

"Permisi, mba. Mau beli permen?"

Mata Lara berkedip sebentar, seorang yang memakai pakaian berwarna-warni itu menghampiri. Berdiri di hadapannya menghalangi tubuhnya dari sinar mentari sore
, Menampilkan seutas bayangan hitam di wajahnya.

"Maaf-"

"Lara"

Lara mengalihkan pandangan ketika suara lain memanggilnya. Di belakang orang yang memakai pakaian warna warni ini, Erlangga berdiri menatapnya dengan datar. Cowok itu mendekat, menggantikan orang asing itu menutupi tubuhnya dari sinar mentari sore setelah menggesernya dengan kasar. Mata Erlangga menatap tajam satu orang lain yang berdiri di belakang Lara. Perlahan kedua orang mencurigakan itu pergi.

Lara mendongak. "Ngapain Lo disini?"

"Gue mau ngomong sama Lo"

Lara mengerenyit, menatap Erlangga heran. Jarang sekali cowok ini bersikap seperti ini, Erlangga biasanya terkesan cuek dan memiliki ego yang tinggi, jarang mengungkapkan sesuatu yang dia inginkan. "Ngomong? Oke, ngomong aja"

"Gue nggak mau di sini " Erlangga mengalihkan pandangan ke sekitar, berada di sini membuatnya terlihat aneh bersama Lara. Dia menatap ke arah taman bermain. "Masuk ke sana, kita bisa ngomong sambil jalan"

 "Masuk ke sana, kita bisa ngomong sambil jalan"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

>< Terima kasih sudah membaca

YOUNG GIRLWhere stories live. Discover now