26b. SWINGER CLUB

Start from the beginning
                                    

"Pengacara kita!" sambut Samuel merangkul laki-laki itu. "Ini istriku, Liliana. Dan Liliana, ini Benedict Andes, pengacara yang lagi hype."

"Bisa saja."

Benedict menyambut perkenalannya dengan tenang.

"Silakan duduk." Samuel memberikan bangkunya pada Benedict. Tanpa basa-basi menggandeng Chika ke meja lain.

"Hai," ujar Liliana singkat.

"Boleh aku minum?" Benedict mengambil gelas, menuangkan wine.

"Silakan."

Benedict meraih gelas, menuangkan wine untuk dirinya sendiri dan Liliana.

"Cheers," kata Benedict sembari mengangkat gelas.

Atas nama sopan santun, Liliana menyentuhkan gelasnya hingga berdenting dengan gelas Benedict. Spaghetti aglio olio memang cocok ditemani wine.

"Kamu lapar sekali ya," kata Benedict.
Liliana tersenyum. Dia memang selapar itu. Spaghetti di piringnya sudah habis.

"Silakan kalau kamu mau," kata Liliana melirik spaghetti Samuel.

"Kamu seperti tidak makan seminggu," kelakar Benedict, "jadi buat kamu saja."

Liliana menyambut dengan senang hati. Menyesap wine sampai tandas. Memauskan sekali. Dia menggulung spaghetti lalu melahapnya. Benedict menuangkan wine ke gelasnya dan gelas kosong Liliana.

"Aku suka melihat perempuan yang menikmati makanannya."

"Ini memang enak. Kamu bisa pesan kalau mau."

"Aku dan Chika sudah makan."
Liliana menyesap wine lagi. Gelas keduanya segera tandas. Benedict menuang lagi.

"Chika istrimu?"

"Jangan bilang-bilang." Benedict mengulurkan jari meminta Liliana mendekat, "Dia pengganggu," bisiknya.

"Jangan bilang begitu tentang istrimu."

“Ada orang yang tidak memahami penolakan, salah satunya Chika,” jelas Benedict memberi kode. "Sepertinya dia cocok dengan suamimu." Benedict mengedikkan bahu ke seberang.
Benar saja, Chika bertengger di pangkuan Samuel, berciuman dengan panas sementara laki-laki itu meremasi dada Chika.

Liliana mati rasa. Terlalu masa bodoh untuk marah. Dia kembali melahap spaghetti.

"Apa kamu nggak marah dengan kelakuan suamimu?" tanya Samuel.

Liliana meneguk wine dari gelas ketiga lalu mendengus. "Sudah biasa."

"I see," Benedict mengangguk.
Samuel berjalan menghampiri meja Liliana dan Benedict. Chika menggelendot lengannya dengan manja.

"Kita ke kamar sekarang," kata Samuel.

Kepala Liliana pening. Astaga dia terlalu banyak makan dan minum alkohol.

"Ayo, Liliana," Benedict memberikan tangan.

"Ke mana?"

"Bersenang-senang," jawab Samuel.
Liliana turun dari kursi. Hampir jatuh untuk kedua kali, hanya saja sekarang karena mabuk. Benedict memapahnya memasuki lift.

"Panas sekali," Liliana mengerang. Dia meraba sekujur tubuhnya.

Chika cekikikan dengan Samuel, menganggap lucu tingkah Liliana.

"Kamu masukin sesuatu ke wine?" tanya Benedict. Dia pun merasakan hal yang sama.

"Anggap saja bahan bakar," kata Samuel seraya mengedipkan mata.

"Oh, panas." Liliana meremasi dadanya sendiri dengan liar. "Tolong," ucapnya resah.

Pintu lift terbuka. Benedict harus memapah Liliana yang sempoyongan.

"Have fun, Dude," kata Samuel setibanya mereka di depan pintu kamar masing-masing.

"Shit!" Benedict serasa terbakar, agak kesulitan membuka pintu kamar karena harus membopong Liliana.
Kamar hotel itu memiliki ranjang yang luas dengan pemandangan pusat kota. Cocok bagi pasangan berbulan madu. Benedict menjatuhkan Liliana ke ranjang. Wanita itu benar-benar tidak sadar. Malah melepaskan gaunnya dan mulai memainkan area kewanitaannya sembari mendesah.

"Fuck!"

Benedict berada di puncak birahi. Tak peduli apa pun lagi, dia melucuti pakaiannya sendiri. Detik berikutnya dia sudah memangku Liliana yang sama-sama tak berbusana, menciuminya dengan buas. Bahu rampingnya demikian memikat. Liliana mengerang ketika titik sensitif di sela paha dimasuki jemari Benedict yang mengait.

Dengan lembut Benedict membaringkan Liliana. Mengangkat tungkainya selebar mungkin. Selanjutnya, mulut itu rakus mengisap klitoris. Benedict selalu ingin memuaskan pasangannya.

"Ah," Liliana terus menggeliat menerima serangan bertubi. Dalam keadaan memejamkan mata dan mabuk, dia tetap dapat merasakan efek perbuatan Benedict.

Benedict terlecut oleh erangan, meremas buah dada mungil, melahapnya. Samuel bilang saat mereka sepakat bertukar pasangan tadi, istrinya mirip papan cucian. Bohong besar. Benedict turn on hanya dengan melihatnya terbaring pasrah. Lidahnya tak tahan menjilati puting Liliana yang mencuat tegang.

"Tolong...." Liliana mendesah.

Kenapa suaranya merdu? Membelai telinga. Manja mendamba. Benedict semakin kecanduan. Panas dari wine ditambah obat perangsang menyebar cepat ke seluruh tubuhnya. Suara Liliana melipat gandakan semuanya.
Berbahaya. Kejantanannya mengeras, ingin segera memasuki selaput hangat Liliana, sementara dia ingin mencumbui pasangannya. Dan itulah yang Benedict lakukan, mencerup bibir yang sejak tadi mengerang itu dengan penuh nafsu.

Wajah Liliana memerah oleh gairah. Celaka, hanya mendengar rintihannya saja Benedict terdorong birahi untuk lebih intim lagi.

Benedict merabai liang hangat Liliana. Merah. Lembah kenikmatannya basah. "Here we go, Baby," katanya menggeram.
Benedict menahan napas ketika mengarahkan kejantanan tepat ke lipatan yang membengkak itu. Perlahan menembusnya. Perasaan Benedict meluap bahagia begitu seluruh bagian dirinya terbenam. Dia mengembuskan napas lega.

Bergerak teratur, Benedict leluasa menjelajahi Liliana. Menjilati cuping telinganya, mengisap lembut ceruk lehernya, meninggalkan tanda.

"You are fucking good," geram Benedict mempercepat gerakan pinggul.

"Sshhh..." Liliana ikut mendesah antara sadar dan tidak.

Benedict menggenggam jemari Liliana. Menghidu aromanya sebanyak mungkin. Tetap memompa dengan konstan hingga menemukan pelepasan.

***

Apakah bakal ada sesuatu antara Liliana dan Benedict? Terus apa hubungannya dengan Leander? Stay tuned. The J8 akan update sampai tamat di akun ini.

Buat Sexy Readers yang nggak sabar nunggu update di Wattpad, bisa langsung ke Karyakarsa. Sudah ada update sampai bab 50. Oh iya, The J8 hanya dapat dibaca selama 30 hari di Karyakarsa. Jadi, setelah beli buruan baca setelah buka puasa ya...

Klik langsung:

https://karyakarsa.com/BelladonnaTossici/the-j8



The J8Where stories live. Discover now