15. KEBAB KESUKAAN

323 51 3
                                    

Siapa bilang dengan harta melimpah selalu mendatangkan kebahagiaan? Memiliki banyak uang ternyata lebih sulit dari kelihatannya. Tak selalu manis, dikaruniai banyak harta ternyata juga dapat mendatangkan rasa cemas berlebih. Seperti Adam saat ini, dia belum bisa menaklukkan Joy meski dianugerahi harta selangit. Leander tidak tahu, apa yang Adam harapkan dari wanita seperti Joy, sampai harus bersusah payah.

Jika bukan klien, Leander mungkin sudah akan mengolok Adam. Baiklah, pria itu rajin berolah raga, tetapi ingin belajar bela diri juga katanya? Yang ada tulangnya patah duluan sebelum berlatih. Begitulah orang kaya, mampu memiliki apa saja dengan uangnya. Bahkan untuk sesuatu yang sama sekali belum menjangkau nalar Leander. Jangan bilang, Adam memintanya mengajari.

"Carikan saya referensi, J8. Di mana saya bisa belajar bela diri dengan cepat."

Huft! Leander menghela napas lega. Meski sebenarnya dia kembali mengingat-ingat isi kontraknya. Apakah ada klausul yang menyebutkan "Mengerjakan semua perintah klien tanpa terkecuali"?

"Atau mungkin kamu bisa mengenalkan saya dengan instruktur yang bisa mengajar privat."

"Baik, Pak. Akan saya usahakan." Leander bangkit dari kursi setelah menghabiskan kopinya. "Bapak ingin ke kantor sekarang?"

"Tunggu!"

Satu alis Leander naik saat berbalik. Apa lagi yang diinginkan pria ini?

"Setelah saya pikir-pikir, bagaimana kalau kamu saja yang mengajari saya?" Leander mendengkus kasar saat Adam ikut berdiri lantas memasang kancing jas. Satu sudut bibir pria itu melekukkan senyuman. "Dari pada kamu harus sibuk mencari sana-sini." Leander baru ingin protes, tetapi telunjuk Adam sudah memintas keinginannya.

"J1 dulu mengajari mantan istri saya bela diri saat masih jadi pengawalnya tanpa tambahan gaji." Pria itu menoleh ke arah pigura yang menempel di dinding.

"Saya yakin kamu bersedia, kamu tidak perlu khawatir, saya pasti akan membayar di luar dari gaji yang kamu terima dari JAWS Guard." Tanpa menunggu jawaban Leander, Adam berderap cepat melewatinya. "Ayo, kita berangkat. Supir sudah menunggu di depan."

"Saya naik motor saja, Pak," ucap Leander sambil mengayun langkah mengikuti pria itu.

"Jangan!" Adam menoleh sekilas lantas kembali melangkah. "Kalau seperti itu, apa bedanya dengan saya menyewa patwal? Saya ingin pengawal saya selalu ada di dekat saya."

"Baik, Pak." Leander tidak punya pilihan lain untuk membantah.

Adam berhenti di depan pintu mobil lantas menepuk bahu pria muda yang membungkuk takzim. "Pagi, Satrio. Ini J8 yang baru. Sudah kenalan?" Adam menoleh sekilas pada Leander ketika sang supir mengangguk mengiyakan. Pria itu kemudian masuk ke mobil tepat di belakang kursi Satrio lantas menunjuk kursi di samping supir. "Duduklah di depan dengan Satrio, J8."

"Baik, Pak."

Setelah memastikan Adam duduk nyaman, Leander berlari kecil memutari mobil lalu masuk di samping supir, mengempas punggung di jok empuk. Mobil pabrikan asal Jerman itu menderu halus saat melewati trek menurun halaman rumah. Mercedes Benz sudah terkenal dengan tawaran keunggulan performa mesin yang gahar dan jaminan kenyamanan berkendara. Tidak heran jika banyak pesohor negeri menjadikannya kendaraan sehari-hari.

"Langsung ke kantor, Pak Adam?" tanya Satrio sembari menatap Adam dari kaca spion.

Adam terbahak, menatap balik supirnya dengan sorot geli. Satrio berdeham lantas membawa pandangan jengah ke arah lalu lintas yang lengang. Kendaraan yang melaju bisa dihitung jari. Jalanan beraspal diapit pepohonan hijau itu biasanya ramai di akhir pekan. Banyak destinasi wisata diburu pelancong untuk sekadar melepaskan penat dari bising dan kemacetan Jakarta. Mendiang Darius termasuk jeli melihat prospek. Siapa yang menyangka jika perbukitan Sentul kini disulap pengembang menjadi kota mandiri. Cluster-cluster perumahan berbaris rapi tampak dari puncak menara kediaman yang sekarang ditinggali Adam pasca perceraian dengan Josephira.

The J8Where stories live. Discover now