19b. MENGGANTIKAN ADAM

246 47 3
                                    

Adam tidak lagi mengecek satu persatu, dia langsung membuka pesan terakhir.

Angela:

Ibu Joy memilih Harry Winston, Kalung emas dengan liontin bunga dan taburan zircon di kelopaknya. Saya kirim gambarnya.

Ugh! Adam dilema. Hampir setahun mendekati Joy, wanita itu mulai melunak. Satu sisi hatinya bersorak kegirangan, sementara separuhnya lagi mencelus perih. Namun, Adam juga ingin membuktikan pada perusahaan, jika dia bisa diandalkan, dan sekarang lah saatnya. Malang sekali nasibnya, Tuhan. Padahal tadi pagi Adam tidak lupa berdoa meminta berkat-Nya. Kenapa Tuhan masih saja terus menghukumnya?

"Pak Adam mau makan apa?" Adam tercenung ketika mendapati Leander mengetuk pintu, pria itu berdiri tegap di ambang pintu. Tubuh pengawalnya itu seperti tidak jauh beda darinya. Kalau pria itu memakai setelan yang sudah Adam pesan, sepertinya tidak akan ada masalah. Pengawal Adam itu tidak tertarik dengan wanita, pria itu tidak akan menikungnya.

"Tidak usah pesan makanan!" ucap Adam cepat, dia bangkit dari kursi lantas menarik sang pengawal ke ruangannya. Adam menarik laci lantas mengeluarkan sebuah kartu nama.

"Tidak ada waktu lagi. Kamu ke V&Co, ambil perhiasan pesanan saya, nanti saya whatsapp slip transferannya." Adam mengulurkan kartu nama tersebut, "Setelah itu kamu ketemu Derrick. Dia yang akan menyiapkan semuanya."

"Maksudnya gimana, Pak?" Alih-alih menerima kartu nama, Leander malah balik bertanya. Pria itu terlihat sangat kebingungan.

"Maksudnya ..." Adam menghela napas, "... tolong gantikan saya, temani Joy makan malam di Namaaz. Saya sudah terlanjur janji sama dia."

"Bapak bisa berangkat sekarang. Masih ada waktu," tolak Leander halus. Pria itu mendorong pelan tangan Adam yang menggenggam kartu nama.

"Saya masih harus lanjut meeting, J8. Tolonglah." Adam memohon, dia kembali mengulurkan kartu nama tersebut. "Saya akan menghubungi Derrick kalau kamu yang akan menggantikan saya. Hanya kamu yang bisa saya percaya sekarang."

"Tapi, Pak ...."

"Tidak ada tapi-tapi, J8. Kamu tidak perlu khawatir, semua sudah disiapkan. Saya sudah reservasi di Namaaz, kamu hanya perlu menjemput Joy, temani dia makan, berikan hadiah dari saya lalu antarkan dia pulang ke apartemen. That's all."

Adam menyengir lantas menepuk bahu Leander, "Kamu harus bisa membuat Joy terkesan."

"Caranya, Pak?"

Adam menepuk jidat, dia lupa kalau pengawalnya tidak tertarik dengan wanita, orientasi seksual pria itu benar-benar melenceng. Bahkan diminta jadi mak comblang saja masih terus bertanya.

"Kamu promosikan saya, J8," desah Adam putus asa. "Kamu cerita bagaimana perjuangan saya menyiapkan segalanya."

Kedua alis Leander menukik tajam, seharusnya tanpa promosi pun Joy akan tahu kalau Adam lah yang sudah menyiapkan segalanya. Leander yakin, Joy adalah wanita cerdas, tanpa harus memberikan penjelasan basa basi. Kepalanya melepuh mendengar Adam berceloteh panjang lebar. Ternyata serumit ini jika pria ingin memulai suatu hubungan. Bikin susah saja!

"Kamu sudah mengerti apa yang harus kamu lakukan?" Adam tersenyum lebar ketika Leander mengangguk.

"Iya, Pak."

"Good! Ingat, J8. Kamu harus membuat Joy senang malam ini." Ibu jari dan telunjuk Adam terangkat membentuk lingkaran.

"Intinya kamu harus membuat Joy jatuh cinta sama saya." Adam menepuk lengan Leander sebelum berlalu. "Saya percayakan semua padamu, J8."

"Pak, Anda belum makan," kata Leander menghentikan langkah pria itu. Namun Adam hanya mengangkat jempol lantas mengedip sekali. Seringai lebar muncul di wajah sang klien sebelum menghilang di balik pintu ruangan meeting. Kekuatan cinta itu sungguh aneh dan ajaib. Semoga saja Adam tidak terkena asam lambung karena mengabaikan waktu makan.

Huft! Leander menghela napas panjang sembari merenung di depan lift. Kenapa kehidupannya sekarang jauh lebih rumit dibandingkan saat diputuskan mendekam di penjara? Adam meninggalkan Leander tanpa rasa bersalah. Pria itu tidak terbantahkan ketika menginginkan sesuatu. Dia kembali memandangi kartu nama yang diberikan Adam.

Derrick

Fashion Stylist

Ya ampun, seumur hidup Leander baru kali ini dia harus berurusan dengan penata gaya, tidak pernah terlintas bahkan untuk bertemu sekali pun. Fashion Stylistasih lingkaran dengan desainer, perias, hair stylist, juga penata panggung di dunia fashion. Kliennya pun umumnya para selebriti dan sosialita. Otaknya sontak memikirkan sosok pria gemulai dan kemayu dengan dandanan serupa wanita. Leander bergidik membayangkan ada pria menjamah tubuhnya.

Cmon' Le, turunkan sedikit harga dirimu. Bukankah sekarang waktu yang tepat untuk menyelidiki Joy

Sebuah suara mengingatkan salah satu tujuan Leander bergabung dengan JAWS Guard. Tentu saja Leander tidak lupa, dendamnya bahkan sudah sampai di ubun-ubun. Namun, Leander berusaha menahan diri, jangan sampai terlibat masalah sebelum misinya selesai.

Penanda pesan berdenting sekali, memaksa Leander kembali ke kenyataan lantas membuka aplikasi perpesanan.

Pak Adam Tamabara:

J8, Joy menginginkan kalung itu, pastikan pegawai toko perhiasan nanti tidak salah pilih.

Setelah Leander selesai membaca, dia menekan tombol lift. Kapsul aluminium di depannya belum sepenuhnya membuka, tetapi denting notifikasi kembali berbunyi. Sebuah gambar perhiasan mewah disusul slip transferan dikirimkan Adam. Indah sekali, Leander mulai menebak-nebak harganya sembari menghitung berapa banyak yang Adam keluarkan hanya untuk menyenangkan seorang Aurea Joy Wiyono.

Leander berdecak dia jadi ingat ibunya. Dalam hati, Leander berjanji akan memberikan hadiah untuk wanita yang melahirkannya itu setelah dia menerima transferan gaji pertama.

Hei, Leander mendadak mendapatkan akal. Bukankah dia ingin memantau kehidupan Joy? Hadiah Adam ... kalung berliontin bunga itu akan cocok sekali jika sebuah penyadap mini ditanamkan ke kuntumnya. Dia yakin Joy tidak akan curiga.

"J8, saya menunggumu. Kamu dari mana saja?" tanya Satrio lantas mengangkat lantas mengulurkan kunci kontak hitam.

"Maaf," sahut Leander. "Saya tadi banyak bertanya sama Pak Adam."

"Nih kuncinya." Pria muda itu berucap ketus. Leander pura-pura tidak melihat tatapan menuduh dari Satrio.

"Kamu tidak ikut dengan kami?"

"Tentu saja tidak! Saya masih mempunyai tugas mengantarkan Pak Adam dengan selamat."

"Lantas mobilnya?"

"Pak Adam masih punya kendaraan lain, kamu tidak perlu khawatir."

Baru selangkah kaki Satrio memijak lantai lift, Leander mencekal lengan pria itu. "Apa perlu saya panggilkan J3 untuk mengantar kalian?" tanya Leander was was.

"Tidak usah, Brian sudah tugas selama dua puluh empat jam. Saya tidak mungkin memintanya lembur kan?" Satrio melepas cekalan Leander lalu masuk ke lift. "Saya akan mengantar Pak Adam sampai di rumah dengan selamat."

Baguslah! Leander melambai sekilas sebelum lift menutup. Untung saja keinginannya tidak ditanggapi serius oleh Satrio. Kalau tidak, Leander tentu akan kelabakan mencari celah menjalankan aksinya.

Butuh sekitar tiga puluh menit, Leander sampai di V&Co Jewerly tempat Adam memesan koleksi Harry Winston. Pramuniaga menyambut ramah ketika Leander termangu menatap jajaran perhiasan berkilau yang terpajang.

"Selamat malam, Pak. Ada yang bisa saya bantu?"

Leander meringis malu, dia sudah seperti orang yang baru melihat barang mahal. Tatapan pramuniaga dari balik bulu mata lentik dipulas maskara kecokelatan itu memang biasa. Namun, Leander merasa tertuduh.

"Saya mau ambil pesanan kalung atas nama Pak Adam Barnabas Tamabrata," ucap Leander tegas setelah nerhasil menguasai diri.

"Oh, Pak Adam. Silakan duduk dulu, saya siapkan barangnya," kata wanita itu tersenyum lebar.

Ck, Leander berdecak, hanya dengan menyebutkan nama pria tua itu, sikap sang pramuniaga berubah 180°. Perlakuan untuk kaum sultan memang sungguh berbeda.

The J8Where stories live. Discover now