18a. SARAN JOSEPHIRA

265 49 4
                                    

"Baiklah, Pak Adam."

Tiga kata Joy sama sekali bernada datar tanpa ada kesan merayu dan mendayu-dayu. Namun hanya dengan itu Adam tidak pernah berhenti mengulas senyum lebar. Peduli amat dengan Ivan, alis sekretarisnya itu menukik tajam saat masuk ke ruangan. Setumpuk dokumen pria itu letakkan di atas kursi lantas berdiri di samping meja.

"Keluarlah, Ivan. Saya bisa membacanya sendiri."

"Maaf. Pak. Pesan dari Ibu Jo kalau saya harus menunggu sampai Bapak selesai memeriksa semua dokumen," jawab Ivan kalem, tetapi mampu membuat Adam mendecih.

Huh! Salahkan dia karena trauma dengan sekretaris wanita. Adam tidak ingin ada Felicia nomor dua, tiga, empat dan seterusnya berkeliaran di kantornya. Ivan bekerja menggantikan Aiman atas rekomendasi Josephira. Berbekal ilmu manajemen industri dari sebuah perguruan tinggi ternama Jakarta, Ivan mengalahkan semua kandidat. Selain itu lulusan teknik industri ini lebih bisa diajak bertukar pikiran dibandingkan pelamar wanita yang tahunya hanya bersolek saja.

Mantan istrinya itu sangat jeli ketika ikut menyeleksi setiap pelamar. Josephira bahkan meminta JAWS Guard menyelidiki latar belakang para kandidat. Adam berusaha belajar dari Josephira, wanita itu mengalami banyak pengalaman buruk hingga akhirnya sampai ke titik ini. Wajar, jika mantan istrinya itu semakin waspada.

"Folder yang pertama berisikan laporan keuangan, Bapak bisa langsung mengecek neraca keuangan untuk memastikan keuangan perusahaan kita baik-baik saja."

"Ya, ya." Adam mengangguk malas. Dia ogah-ogahan membuka folder yang disebutkan Ivan lantas mulai membaca satu demi satu lembar dalam bundel tebal tersebut. Sejujurnya bukan hanya Joy yang selalu sibuk di setiap penghujung tahun, Adam pun begitu. Bedanya, Joy akan terus mendekam di balik meja kerja tanpa mengingat mengisi lambung selama pekerjaannya belum selesai. Sedangkan Adam lebih menikmati, atau malah terkesan mengabaikan? Untung saja Ivan selalu sabar menghadapinya.

"Kondisi keuangan perusahaan cukup stabil meski tidak ada peningkatan laba yang signifikan di bandingkan angka tahun kemarin," gumam Adam, bermonolog sendiri.

"Maaf, Pak," sela Ivan sopan. "Justru menurut saya, kondisi keuangan perusahaan memprihatinkan." Ivan menunjuk grafik rasio neraca laba rugi. "Setelah dipotong kewajiban tahunan dan sisa modal untuk tahun depan, Wijaya Tama Steel tidak ada peningkatan keuntungan sama sekali." Ivan menyerahkan folder yang ada ditumpukan kedua.

"Bapak bisa menyinkronkan dengan laporan penjualan dari Divisi Sales dan Marketing."

"Ah, iya." Adam mengangguk setuju sembari mencocokkan angka, Ivan memang bisa diandalkan. "Aiman nyaris bikin perusahaan ini bangkrut tanpa sisa."

Ivan tidak menanggapi, tetapi mengulurkan folder tebal ketiga sebagai jawaban dari decak sebal Adam diikuti geraman tertahan. Ivan menjelaskan detail keseluruhan dokumen tebal itu dengan bahasa yang lebih mudah Adam mengerti. "Bisa dikatakan kinerja Divisi Produksi dan teknologi paling bobrok tahun ini, standar mutu yang kita capai dengan susah payah tercoreng dengan adanya besi getas."

"Ya, ini aib dalam sejarah panjang Wijaya Tama Steel, alih-alih dengan tujuan menurunkan biaya operasional." Adam menghela napas kecewa ketika mengenyakkan punggung lantas melirik jam di atas meja. Satu jam lima belas menit bersama Ivan sudah membuat leher belakangnya tegang. Sedangkan sekretarisnya itu terlihat santai meski telah berdiri berjam-jam. Adam tertawa gamang di dalam hati, usia memang tidak pernah bisa berdusta.

"Ini folder terakhir, Pak."

"Ah, Ivan. Apa bagian ini enggak bisa dilanjut besok saja?" Adam menatap jam tangan lantas berdiri. "Saya ada keperluan sehabis jam makan siang."

"Enggak bisa, Pak. Pak Adam ada meeting siang ini dengan para manajer," ucap Ivan ikut berbalik, menyejajari langkah gegas Adam yang terhenti di depan pintu ruang kerjanya. Sorot yang semula berbinar cerah itu berubah pasi, dia lupa dengan janji rapat. Padahal jelas-jelas Adam-lah yang meminta Ivan untuk mengatur jadwal setelah dia keluar dari rumah sakit. Enam bulan lebih Adam mendekati Joy, tetapi wanita itu selalu menolak secara halus. Ketika dia mendapatkan kesempatan ini, ibaratnya Adam sedang mimpi kejatuhan bintang. Dia membutuhkan waktu untuk bersiap dan memukau Joy. Adam bahkan sudah menyewa penata gaya dan rambut, lantas harus batal karena agenda meeting akhir tahun. Kenapa Tuhan memberinya pilihan sesulit ini?

"Apa tidak bisa ditunda besok, Van?" Adam mengacak rambut sembari berbalik badan lantas duduk di tepi filing cabinet yang ditata menempel di dinding ruangan. Dia mengembuskan napas ketika membuka celah vertical blind, udara panas sontak menyengat, menguar dari balik kaca hitam. Ruangan Adam tepat di lantai teratas Menara Wijaya Tama. Ketika Sore, dia selalu meminta Ivan membuka tirai agar Adam bebas menikmati semburat jingga memanjang di langit sampai enghilang di ufuk Barat.

"Maaf, Pak. Tidak bisa. Saya terlanjur mengirim link meeting kepada Ibu Jo. Beliau menyempatkan ikut meeting juga."

"Pukul berapa tepatnya?" Lagi-lagi Adam melirik jam tangan.

"Pukul 14.00, Pak."

"Baiklah." Adam pasrah. "Setidaknya kasih saya waktu untuk makan siang, Ok?"

"Saya akan mengirim rangkuman terkait folder terakhir. Pak Adam tinggal mencocokkan saja atau mungkin ingin menambahkan komentar." Ivan membungkuk takzim sebelum meninggalkan ruangan. Langkah pria itu terhenti ketika Adam memanggil.

"Pesankan saya makanan. Oh, iya, pesankan juga untuk pengawal saya."

"Maaf, Pak. J8 sedang ada keperluan di kantornya. Tetapi janji akan kembali setelah makan siang."

Begitu, ya? Ck! Bahkan pengawalnya lebih bebas ke mana-mana dibandingkan dirinya sendiri? Adam memijat pelipis saat kembali menekuri folder terakhir sembari membuka email yang dikirimkan Ivan.

Adam menggulir tetikus, Divisi Pengembangan dan Tenaga Kerja menempati urutan kedua yang menghabiskan anggaran kerja. Josephira menekankan untuk menjaga kualitas sumber daya manusia. Karyawan adalah aset paling berharga. Sesekali perusahaan memberikan reward untuk karyawan berprestasi selain bonus dari pencapaian wajib setiap tahun.

Meningkatkan kualitas sumber daya manusia memang bukan perkara mudah. Sebab, di dalam kegiatan meningkatkan kualitas sumber daya manusia terdapat pembentukan personal. Pembentukan personal tersebut mencakup peningkatan kualitas, baik dalam hal keterampilan, loyalitas, hingga kemampuan individu dalam berusaha. Sama halnya dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia di dalam sebuah perusahaan. Perusahaan yang memiliki kualitas sumber daya manusia yang baik, maka akan berdampak pada kemajuan perusahaan. Sehingga pengembangan sumber daya manusia di perusahaan perlu diprioritaskan.

Aaargh, amarah Adam kembali muncul bersama kepalan tangan yang mengetat kuat jika mengingat bagaimana Aiman dan rekannya mencuri dari perusahaan. Entah apa yang ada di pikiran pria itu. Padahal Josephira benar-benar memanjakan pekerja, terlebih kepada sekretaris dan asistennya sendiri.

"Selamat siang, Pak Adam." Leander masuk dengan sebuah kotak makan di tangan. "Silakan makan siangnya. Jangan khawatir, saya sudah mengecek makanannya tidak beracun."

"Terima kasih, J8. Kamu sudah makan?"

"Sudah, Pak. Terima kasih."

***

The J8Where stories live. Discover now