11b. BRIAN

275 48 5
                                    

"Permisi, Pak!"

Brian mengetuk pintu ruangan Letkol. Purn Banyuaji sebelum membukanya, pria paruh baya itu tersenyum tipis di balik meja kerja. "Silakan masuk, J3."

"Terima kasih, Pak."

Alih-alih duduk di sofa yang ditunjuk oleh Direktur Operasional JAWS Guard itu, Brian memilih berdiri tegap di samping pintu. Letkol. Purn Banyuaji pasti mengetahui maksud kedatangannya, pria itu berkali-kali menjanjikan pengganti J8 yang meninggal karena kecelakaan.

Dasar Orang Kaya! Ketika mereka mengagung-agungkan kekuasaan, mereka masih harus bersembunyi dari ketakutan. Menyewa jasa pengawalan menjadi pilihan untuk bertahan hidup, tanpa memedulikan jika ada kehidupan lain yang harus dipertaruhkan.

Erik, pengawal dengan kode sandi J8 membuktikan kesetiaan, mengorbankan nyawanya sendiri demi keselamatan klien yang dia jaga.

"Brian, lenganmu sudah pulih?"

"Siap! Sudah pulih, Pak. Terima kasih." Pria keturunan Arab itu mengangguk meski meradang dalam hati. Kesehatannya bukan masalah, dia bahkan pernah meregang nyawa demi menunjukkan loyalitas pada JAWS Guard. Brian ingin menagih janji, melihat kondisi VIP 163 yang terlalu sering bernasib nahas, dia sadar jika lawan mereka patut diperhitungkan.

"J8 sudah datang kan?"

"Siap, sudah, Pak." Brian menjawab juga. Ah, dia tidak tahu lagi harus bagaimana menghadapi pria tua ini. Basa-basinya kelewat basi. Brian yakin, dari balik monitornya itu, Letkol Purn Banyuaji sudah mengetahui kondisi lobi yang diamuk Leander, kenapa masih bertanya?

Bukan hanya pria ini, Brian yakin Joy pun tahu. Wanita itulah yang menugaskan Angela memprovokasi Clayton dengan aksi salam penyambutan yang menurut Brian sangat tidak manusiawi. Apakah hasil tes kemarin belum cukup untuk menguji kemampuan Leander sebagai pengawal?

"Kamu tidak capek berdiri saja di situ?" Alis Letkol Purn. Banyuaji terangkat sebelah.

"Tidak, Pak. Silakan dilanjutkan."

Mantan perwira itu mengembuskan napas lantas melarikan pandangan ke monitor. "Saya memang meminta J8 untuk datang hari ini, setelah melihat aksinya barusan, saya rasa dia pantas menggantikan almarhum Erik."

"Siap, Pak. Saya juga berpikir seperti itu."

Banyuji tertawa kecil, "Kenapa kamu kaku sekali, J3?" Layar pipih di depan pria paruh baya itu menampilkan sosok Leander. Mantan prajurit Kopassus itu terlihat membantu Clayton berdiri kemudian saling bersalaman. "Dia malah lebih kaku dari kamu, Bri."

Sumpah demi apa pun, Brian tidak tertarik dengan pembicaraan ini. "Jadi, Pak? Kapan J8 bisa mulai bertugas?"

"Ah, kamu tidak sabaran seperti Clayton." Brian terdiam saat Letkol Purn Banyuaji berdecak sebal. "Padahal dia menang tenaga dari Leander," lanjut pria itu dengan bibir mengerucut.

"Siap, Pak."

"Menyediakan pengawal untuk klien VIP 163 itu gampang-gampang susah." Letkol Purn. Banyuaji mengerang, mengingat begitu banyak kriteria yang diinginkan oleh Adam Tamabrata. "Saya harus memastikan dulu, apakah Pak Adam bersedia dikawal oleh Leander."

"Siap, Pak, dimengerti." Brian akhirnya hanya bisa pasrah dengan segala keputusan atasan. "Kalau begitu saya pamit, Pak. Saya masih harus ke rumah sakit menjemput klien VIP 163."

"Oh, ya, Bri." Panggilan Letkol Purn. Banyuaji menginterupsi Brian menarik gagang pintu kayu hitam. Tubuh tegap itu menegang ketika ucapan tegas dilontarkan. Seperti sebuah ancaman di telinga Brian.

"Saya tidak ingin mendengar klien VIP 163 itu mendapatkan masalah lagi."

The J8Onde histórias criam vida. Descubra agora