27b. MENYELAMATKAN LILIANA

463 65 10
                                    

[Joy, gue di parkiran basement. Cepetan ke sini ya sebelum Samuel datang.]

"Leander, ke basement, cepat," perintah Joy. Dia tidak tenang mendengar tangisan sahabatnya.

Lama Joy menduga perkawinan Liliana dengan Samuel tidak berlangsung baik. Namun sahabatnya bungkam, malah menghilang. Sekarang dia harus menyelamatkan. Lexus hitam yang dikemudikan Leander melaju menuruni parkiran hotel.

"Itu, Le!" Joy menunjuk wanita bergaun putih pendek mendekap tubuhnya sendiri.

Joy turun dari mobil, membimbing Liliana masuk ke jok belakang. Terkesiap saat melihat kondisi sahabatnya.

Keadaan Liliana benar-benar menyedihkan. Lebam di pipi. Ada bekas cekikan di leher.

Malam bersama Benedict berlangsung sempurna kalau saja Samuel tidak merangsek masuk ke kamar dan meminta foursome.

Benedict yang juga mabuk malah tertidur, tidak tahu apa yang terjadi pada Liliana. Samuel memaksa Liliana dan Chika saling memuaskan sebelum kemudian Samuel memaksa Liliana memenuhi hasratnya.

Tentu saja Samuel bukan Benedict. Dalam kamus Samuel tidak ada kata kelembutan untuk urusan birahi. Samuel menampar Liliana, mencekik, menjambak, bahkan meminta Chika ikut menganiaya Liliana.

"Ya Tuhan, Lil. Kok bisa gini?"

Liliana terisak. "Joy, gue boleh nginep di tempat lo?"

"Boleh banget, Lil. Tenang ya. Apa nggak mau ke rumah sakit?"

Liliana menggeleng. "Ke apartemen lo aja, please. Gue nggak mau pihak rumah sakit nelepon Samuel."

"Ok." Joy berpikir cepat. Rencananya batal semua hari ini. "Leander, tolong sampaikan sama Master Han, saya nggak datang latihan."

"Siap."

Jarak hotel dengan apartemen Joy agak jauh. Mereka bisa mampir ke restoran untuk mengisi perut, tapi Liliana menolak. Lexus hitam itu melanjutkan perjalanan sampai ke apartemen Joy. Leander mengawal Joy dan Liliana sampai lantai dan unit Joy. Selain meminta izin pada Master Han untuk Joy, Leander juga meminta izin untuk dirinya sendiri.

Joy mengambil es batu dari freezer, membungkusnya dengan serbet. Liliana meringis ketika Joy mengompreskannya ke pipi.

"Kenapa sih lo baru cerita, Lil?" tanya Joy usai mendengar seluruh cerita Liliana.

Sudut bibir Liliana berdarah. Joy mengoleskan cotton bud yang sudah diberi obat.

"Gue nggak mau orang terdekat gue terlibat. Orang tua gue pun nggak tahu."

Joy berdecak. Tulang selangka Liliana menonjol. Sahabatnya kurus sekali. Samuel merusaknya.

"Kita lapor polisi," usul Leander. Lama dia diam menonton dari sofa. Telinganya gatal mendengar cerita Liliana.

"Jangan. Kenalan Samuel banyak. Nanti justru Joy akan kena masalah."

"Gue nggak bakal kenapa-kenapa. Ada Letkol Banyuaji. Kenalan Papa di kepolisian banyak. Yang harus lo khawatirkan cuma diri lo sendiri."

"Gue kenal Samuel, Joy. Dia berbahaya."

Liliana meminta es batu dari tangan Joy. Dia mengompres sendiri.
Joy menghampiri Leander yang termenung di sofa. "Kamu balik ke mess saja, Leander. Kami aman di sini."

"Saya tidak keberatan berjaga di sini."

Semakin sering berinteraksi dengan Joy, Leander semakin melupakan profesionalisme. Niatnya memata-matai Joy pun tersamar dengan hal lain. Leander bakal sulit tidur malam ini sebab hasratnya belum tuntas.

"Nggak perlu. Pulang aja." Joy tersenyum. Leander semakin salah tingkah. "Aku mau ngobrolin banyak hal sama Liliana."

Leander mengangguk paham. "Baik kalau begitu."

Joy mendekat. "Maaf soal tadi pagi."

"Mengenai apa?"

Wajah Joy bersemu. Dia merasakan tidak enaknya orgasme yang sudah di ubun-ubun nyaris memuncak malah diputus begitu saja. Maka Joy yakin Leander merasakan hal yang sama. Joy menggigit bibir, menyiksa Leander.

"Lupain. See you, Leander."

Kenapa ucapan itu seperti salam perpisahan selamanya? Firasat Leander tidak enak. Dadanya bergemuruh, terbelah antara melangkah keluar pintu atau melumat bibir Joy. Dia memilih opsi kedua. Leander menarik gaun Joy, menyatukan bibir mereka dalam satu pagutan panas. Hasrat Joy yang sempat padam kembali terbakar. Dia meraba punggung laki-laki itu, melupakan keberadaan Liliana.

Leander melumat bibir manis yang nyaris membuatnya sinting karena hanya dapat dilihat selama ini. Untunglah kesadarannya masih tinggi sehingga terhindar dari perbuatan melucuti pakaian dan merebahkan Joy di sofa.

Sinar mata Joy memancarkan kekecewaan ketika Leander melepaskannya.

"Sampai ketemu, Aurea Joy," bisik Leander dengan suara berat.

The J8Onde histórias criam vida. Descubra agora