25b. LILIANA

434 55 9
                                    

Orang tua Liliana hanya merestui pernikahan putrinya dengan sesama pengusaha Tionghoa. Itu pun jumlah asetnya harus setara. Dari sekian banyak pengusaha dipilihlah anak Keluarga Lunggono. Liliana dan Samuel telah ditunangkan sejak SMA. Jika Liliana lulus kuliah nanti, mereka akan dinikahkan.

Penampilan Samuel tampak baik dari luar. Cuma Liliana yang tahu iblis macam apa yang bersembunyi di balik topeng malaikat. Sejak SMA, Liliana dipaksa melayani libido Samuel sampai perempuan itu tidak sanggup minta putus karena takut mencoreng nama keluarga jika ketahuan sudah tidak perawan.
Liliana bersabar, mengira pernikahan sanggup mengubah Samuel.

Perkiraannya salah. Justru kegilaan Samuel menjadi. Apalagi karena Liliana tidak kunjung hamil setelah 8 tahun menikah. Malam ini tampaknya akan ada kegilaan lain.

Gerbang rumah megah Liliana dibuka. Audi hitam memasuki garasi disusul tiga mobil mewah lain. Liliana menyimpan ponsel ke dalam tas. Mengintip siapa yang datang.

Tawa laki-laki membahana. Empat orang pria dewasa termasuk Samuel keluar. Liliana berkeringat dingin. Cobaan apa lagi ini?

"Liliana!" Samuel berteriak dari lantai bawah.

"Ibu sudah tidur, Pak," jawab Mbak Siti, asisten rumah tangga mereka.

"Masih pagi masa sudah tidur?"

"Mungkin capek."

"Harusnya saya yang capek. Saya kerja banting tulang setiap hari. Dia cuma menganggur di rumah. Nggak ngurus anak."

"Ya udahlah nggak papa, Sam. Kita bisa ke klub cari cewek bening," hibur Arnold, kawan sekaligus rekan bisnis Samuel. Calon istrinya memilih pria lain. Wanita yang dijaganya malah tidur dengan pengacara yang tidak sekaya dirinya. Awalnya Arnold menentang ide gila Samuel. Namun karena terus dipaksa, Arnold ikut juga.

"Perempuan di klub bisa aku dapat tiap malam. Tapi Liliana, kapan lagi?" sambar Will. Dia pria blasteran Amerika dengan struktur wajah Kaukasia. Tingginya 190 sentimeter, 10 sentimeter lebih tinggi ketimbang Samuel. Menyukai Liliana sejak lama, tepatnya saat bertemu di acara ulang tahun perusahaan Samuel.

"Kita ke sini salah satunya untuk menghibur lo, Nold. Kenapa lo malah cemen gini?" timpal Renaldo, penggagas aplikasi belanja daring.

Samuel melonggarkan dasi. Dia baru tahu banyak kawannya menyukai Liliana, misalnya Will dan Renaldo. Alih-alih cemburu, Samuel justru berpikir istrinya akan jadi hiburan menarik.

"Pak, Ibu kurang enak badan," ujar Siti menghalangi.

"Mbak Siti masuk ke kamar. Kunci pintunya."

"Tapi, Pak...."

"Sekarang, Mbak Siti."

Titah Samuel memang tidak pernah bisa dibantah. Siti mundur ketakutan ke kamarnya, mengurung diri di sana. Samuel kemudian memberi isyarat pada teman-temannya untuk mengikuti. Renaldo paling bersemangat, diikuti Will, baru Arnold di belakang.

Liliana menoleh kaget saat pintu dibuka kasar. Salahnya mengenakan gaun tidur tipis sesuai permintaan Samuel. Dia menelan liur melihat pria di belakang sang suami.

"Sam...."

"Ini teman-temanku. Arnold, Will, dan Renaldo. Layani mereka dengan baik."

"Jangan, Sam." Liliana mundur ketakutan sampai membentur tembok. Dia tampak mungil dan rapuh dibandingkan pria berpostur tinggi besar.

Will paling tidak sabaran. Samuel memberikan lampu hijau hingga dia tidak sungkan lagi. Will membopong Liliana ke ranjang, menjatuhkannya.

"Jangan macam-macam kamu!" Liliana menendang selangkangan Will.

"Istrimu galak, Sam."

"Kamu bisa urus dia, Will," kata Samuel.

"Well, ok then."

"Sam, kalau Liliana nggak mau, ya sudah," cegah Arnold.

"Nye nye nye nye... Balik sana nyusu sama mama. Dasar balita," ejek Renaldo.

Will menindih Liliana, menahan bobotnya agar tidak berontak. Liliana mendaratkan satu tamparan keras ke pipinya.

"Ren, bantuin."

"Payah!" Meski mengejek, Renaldo datang juga ke arena pertempuran.
Liliana tidak dapat berkutik ketika kedua tangannya dipegangi Renaldo sementara Will menggunting gaun tidur Liliana menggunakan gunting yang ditemukan di laci.

Liliana menangis saat Will menjamah tubuh telanjangnya. Mengisap. Meremas.

"Kalian keterlaluan!" Arnold marah kali ini. Dia berbalik hendak pergi, tetapi Samuel dengan sigap mengunci pintu kamar.

"Cuma aku dan Liliana yang tahu password-nya. Jadi kamu nikmati saja pertunjukan ini. Kalau mau ikut dipersilakan."

"Aku tidak mau memperkosa. Ini biadab, Sam!"

"Stefani meninggalkan kamu karena kamu terlalu lembek, Nold. Lihat saja, kamu menjaganya baik-baik sejak kecil, nggak menidurinya. Akhirnya dia malah tidur dengan pengacara itu kan?" ejek Samuel.

"Sam! Istrimu perlu diikat!" teriak Renaldo mengalihkan perhatian Arnold.

Keadaan benar-benar kacau. Will berusaha melesakkan kejantanannya menembus kewanitaan Liliana. Tetapi gagal terus karena perlawanannya. Samuel turun tangan. Ditamparnya Liliana.

"Apa susahnya bikin suamimu bahagia, Lil?!"

"Banyak hal yang bisa bikin bahagia, tapi nggak begini."

"Lalu gimana? Apa kamu bisa melahirkan anak?" balas Samuel telak.

Samuel lalu melucuti pakaiannya sendiri, memaksa Liliana berlutut lalu menghunjamkan paksa kejantanannya.

"Sakit, Sam!" Liliana menangis.

"Will, kamu gantian."

"Siap, Bos," jawab Will gembira.
Berganti posisi, Sam berada di bawah Liliana, sementara Will di atas Liliana.

Arnold jijik melihat ini. Sepatah hatinya pada perempuan, Arnold tidak sampai hati menyiksanya. Dia menuju jendela. Sayang sekali jendela tersebut dihalangi teralis besi.
Tangisan Liliana diselingi erangan birahi para laki-laki mengisi kamar tidur itu. Renaldo yang tidak sabar menunggu giliran, melesakkan kejantanannya ke mulut Liliana. Tidak lama kemudian, terdengar jeritan panjang. Liliana menggigit organ intim Renaldo sekuat tenaga.
Fokus Samuel dan Will terpecah. Mereka pun berhenti, serta merta melepaskan Liliana.

Secepat kilat Liliana menekan password pintu kamar lalu berlari keluar dalam keadaan tanpa busana.
Arnold yang melihat kesempatan ini ikut keluar. Dia menarik Liliana menuju mobilnya untuk kabur dari sana.

💋💋💋

Yang penasaran sama Arnold, langsung cuss baca Too Sexy for My Rival di Cabaca ya.

The J8Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora