1. KLIEN SEKARAT

Mulai dari awal
                                    

Joy mengambil handuk, mengelap keringat di kening dan leher lalu melanjutkan membaca chat.

Pak Adam Tamabrata:
Joy, kamu tahu nggak manusia yang keren banget karena bisa hidup dengan organ tunggal?

Well, siapa yang peduli? Organ manusia banyak sekali. Kehilangan satu saja pasti mempersulit kehidupan. Mana ada manusia bisa hidup hanya dengan satu organ? Mungkin karena bosan menunggu jawaban Joy, akhirnya Adam menjawab sendiri pertanyaan konyolnya.

Pak Adam Tamabrata:
Penyanyi dangdut. Mereka bisa hidup dengan organ tunggal.

Apakah Joy terpingkal-pingkal membaca lelucon garing khas bapack-bapack? Tidak. Dia justru menggeleng-geleng prihatin. Adam dikelilingi gadis cantik muda belia. Kalau mau, tinggal pilih satu untuk dipacari. Tidak perlu susah payah merayu, pasti para gadis rela membuka baju dan menyenangkan Adam. Kenapa pria miliarder itu malah mengejar-ngejar wanita berusia tiga puluhan yang selalu berlari menjauh?

"Cowok itu suka tantangan, Joy."

Nah, kata-kata mutiara ala Liliana, sahabat Joy, malah mengingatkan alasan Adam melakukan berbagai kegilaan. Kalau bisa dipersulit, kenapa dipermudah?

Pak Adam Tamabrata:
Sayang sekali kamu menolak ikut ke acara amal bersama saya. Banyak anak kurang beruntung yang membutuhkan uluran tanganmu.

Adam sengaja memanipulasi perasaan Joy agar dia merasa bersalah. Joy tidak peduli seandainya Adam menganggapnya anak orang kaya tapi pelit. Justru penilaian buruk Adam akan menjauhkannya dari Joy. Felix Wiyono, ayah Joy mengajarinya untuk berbagi. 20 dari 30 perayaan ulang tahunnya, Joy rayakan bersama anak-anak panti asuhan. Sekarang dia agak kesal pada Adam yang menghakimi sembarangan. Joy mengabaikan puluhan pesan dari sang duda, mengalihkan perhatian pada pesan lain.

Letkol Banyuaji:
VIP 163 di RS. St Laurensius. Kalium Sianida. Kondisi kritis telah lewat.

Pesan dari Direktur Operasional JAWS Guard dikirim pukul 1 dini hari. VIP 163 merupakan kode untuk Adam. Biarpun Adam menyebalkan, Joy khawatir. Dia melompat turun dari treadmill lalu bersiap-siap menuju rumah sakit.

🔫🔫🔫

"Kamu bisa kerja atau nggak, J3? Kalau tidak bisa, tanda tangani saja surat pengunduran diri," geram Joy di ponsel.

Dada Joy serasa akan meledak. Tiga kali Adam meregang nyawa padahal dalam pengawalan JAWS Guard. Kalau Adam masih bertahan memakai jasa perusahaan yang didirikan ayahnya, pastilah ada sebab lain.

[Saya berada empat meter dari VIP 163. Beliau makan sup yang dihidangkan penyelenggara acara. Tidak lama kemudian beliau muntah dan kejang. Namun saya beserta yang lain membawa ke rumah sakit dengan segera sehingga nyawa beliau masih dapat selamat.]

Brian Hadid menonjolkan kegesitannya menyelamatkan Adam agar terhindar dari pemecatan. Bergabung dengan JAWS Guard sejak tujuh tahun yang lalu, Brian berkali-kali membuktikan loyalitasnya. Pernah sekarat dalam upaya melindungi klien. Joy terkesan tetapi menganggapnya tidak cukup kalau kliennya harus berulang kali bertarung dengan maut.

"Kamu terlalu banyak bicara, J3. Sekarang jemput saya di parkiran rumah sakit," ucap Joy mengakhiri pembicaraan.

Orang pertama yang Joy lihat ketika mobilnya tiba di parkiran RS. St Laurensius adalah Brian. Setelan jas hitamnya lebih rapi daripada mukanya yang kusut. Pria muda keturunan Arab itu membukakan pintu Lexus hitam Joy.

"Gimana keadaan Pak Adam?" tanya Joy cemas. Meskipun di matanya Adam adalah duda genit tidak tahu malu, Joy tidak ingin dia mati. Paling tidak jangan saat menjadi klien JAWS Guard.

The J8Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang