BAGIAN 32

490 41 44
                                    

~|•|~

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

~|•|~

Tepat setelah tiga pengganggu keluar, senyum Zahin perlahan ikut pudar. Dia juga melepaskan genggaman tangan Robin.

"Robin kenapa bohong?" tanya Zahin serius. Dari tadi dia menunggu waktu yang tepat untuk mengatakan hal ini.

"Bohong?" beo Rivan tak mengerti.

"Pacaran bukan ritual pemanggilan setan kan?"

Robin sedikit berdesis, lalu menundukan kepalanya. Ternyata tanpa diberitahu Zahin sudah mengetahuinya. Sekarang hubungannya akan kembali diambang ketidakpastian. Ia tak yakin Zahin akan tetap melanjutkannya jika arti 'pacaran' ternyata berbeda dengan ekspektasinya.

"Harusnya jangan bohong," cicit Zahin.

Ia sangat malu pada Mesa dan Garlien saat mengatakan pacaran adalah ritual pemanggilan setan, apalagi Zahin mengatakannya dengan lantang. Mesa bahkan tertawa keras, walaupun dia tau jika gadis periang itu tidak bermaksud mengejeknya. Garlien akhirnya menjabarkan apa itu pacaran yang sesungguhnya.

Robin menegakan kepalanya. "Kalo gue bilang jujur, lo tetep mau pacaran sama gue?"

Zahin dengan cepat menganggukkan kepalanya beberapa kali.

Belum sempat Robin melakukan selebrasi, sebuah tangan mungil menyangga kedua pipi. "Jadi jangan bohong lagi, pacar."

Setelah berhasil merubah Robin menjadi batu, gadis itu langsung pergi. Menata pakaian kotor mereka. Robin dan Zahin memang benar-benar akan kembali ke rumah keluarga Bratabara. Kabur bersama, kembali juga bersama. Begitupula jika dihukum, mereka akan tetap bersama.

Di saat Zahin sedang sibuk memasukkan pakaian ke dalam paper bag, Robin tiba-tiba saja menjatuhkan kepalanya di pundak Zahin.

Zahin menggerakkan pundaknya supaya kepala Robin menegak. Dan caranya membuahkan hasil, di pundaknya sudah tidak ada beban lagi.

"Kalo nggak bantu, jangan ganggu," tutur Zahin.

Tepat setelah perkataannya selesai, sebuah kepala kembali menempel di pundaknya.

Sebelum sang gadis mengamuk, kedua tangan Robin sudah berada di samping pinggang Zahin dan membantu memasukkan pakaian ke tempatnya.

Kadang ia pura-pura tidak tau dimana letak bajunya dan berakhir dengan Zahin yang mengarahkan tangannya. Modus banget emang.

Bahkan saat Zahin harus ke kamar mandi untuk mengambil jas kotor. Lelaki itu masih tidak mengganti posisinya. Bahkan kini, Robin telah melingkarkan tangannya di perut Zahin.

Zahin to RobinWhere stories live. Discover now