BAGIAN 7

2.2K 210 200
                                    

÷÷÷÷÷

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

÷÷÷÷÷

Setelah kejadian kemarin Robin jadi bingung untuk mengeluarkan Zahin. Dia sudah melakukan berbagai cara, tapi cewek itu tetap saja betah. Entah motivasi apa yang membuatnya tetap di sini.

Robin sudah menyuruh Zahin membuang upilnya, berjalan sambil mengesot dimanapun juga, menggendong dirinya dan banyak hal gila lainnya. Tapi dia tetap bertahan tanpa ada niatan untuk meninggalkan.

Sebenarnya berapa banyak gaji yang diperoleh Zahin. Hazel memberinya upah berapa. Robin siap untuk menggantinya, bahkan lima kali lipat juga tak apa.

Pasti Hazel capek mencari baby sitter, lalu memutuskan untuk menggaji Zahin dengan mahal. Mungkin gajinya paling mahal di antara pekerja di mansion ini.

Robin sudah memakaikan koyo di pelipis kanan dan kiri kepalanya. Zahin yang merekomendasikannya, Robin hanya menurut karena ingin pusingnya segera menghilang.

Pusing karena selalu memikirkan cara untuk membuat Zahin pergi dari kehidupannya, dari rumahnya, dan dari pandangannya. Robin muak, ia ingin Minah.

"Lelet, letoy, lamban. Buruan!" pekik Robin di depan pintu utama.

"Aku udah di sini."

Robin mencari sumber suara, ia terkejut saat tau Zahin ada di lantai. Dia bahkan sampai memegang dadanya yang terkena serangan jantung seperkian detik.

"Lo ngapain? Cosplay jadi kembaran lo?!" seru Robin.

Zahin mendongakkan kepalanya ke atas, menghadap Robin. Dia masih duduk dengan posisi ngesot. "Kospai apa?" tanya Zahin penuh tanda tanya.

"Cosplay bukan kospai!"

Gue lama-lama di sini kena darah tinggi, batin Robin. Dia merasa iba dengan dirinya sendiri.

"Buruan diri!"

"Siap tuan kuda eh muda!"

Robin memutar bola matanya malas. berbicara saja masih belepotan, bisa-bisanya Hazel menyuruh manusia udik ini untuk menjaga Robin.

Bukannya menjaga justru Zahin bagaikan sarana penguji mental bagi Robin. Dia ingin Zahin sengsara tapi justru dia yang menderita.

Mereka sudah berjalan sampai di tempat parkir, tiba-tiba Zahin berbalik membuat tubuh Robin menukik ke belakang. Sedangkan Zahin semakin membungkukkan badannya ke depan.

"Naik ini?" tanya Zahin tepat di depan muka Robin.

Dia menaruh jari telunjuknya di dahi Zahin, kemudian mendorongnya hingga tubuhnya bisa kembali tegak dan Zahin hampir jatuh ke belakang. Hanya hampir, seharusnya Robin menonyornya dengan lebih keras.

Robin tak ada niatan untuk menjawab pertanyaan Zahin, ia lebih memilih untuk masuk ke dalam mobil. Duduk di sebelah sopir pribadinya.

Robin tidak diperbolehkan mengendarai mobil sendiri, Hazel yang memintanya. Mamanya takut jika terjadi hal yang tidak-tidak kepada Robin.

Zahin to Robin | IIIWhere stories live. Discover now