Bab 18 - Serangan Balasan Aziz!

748 118 38
                                    

"Kenapa?" Kali ini suara Putra terdengar lirih ketika mendengar Aziz justru melarangnya menikah. Sempat terpikir oleh Putra bahwa Aziz bersikap posesif padanya. Namun, lebih masuk akal bila Aziz berkata begitu karena merasa dirinya belum siap.

Ditanya seperti itu, Aziz mengulum senyum penuh arti. Bila dia mengakui soal perasaannya pada Putra sekarang, akankah pemuda itu menunda niatnya untuk menikah? Atau jangan-jangan malah sebaliknya? Aziz tidak boleh gegabah. Untuk kali ini, dia harus memberi jawaban aman.

"Ternyata lo di sini, Put!" Sebelum Aziz menjawab, seorang pemuda tiba-tiba muncul.

Putra heran melihat sobatnya, Raja, muncul secara tiba-tiba. Terlebih lagi saat cowok itu merangkul pundak Putra dengan santai.

Refleks Putra mengedik memberi tanda agar Raja tidak merangkulnya. Dia ingin menjaga jarak sekaligus berharap Aziz tidak salah paham.

"Skripsi gue ada masalah nih. Bisa tolongin bentar, nggak? Setengah jam aja? Besok kudu ketemu dosbing, nih." Raja mengatupkan tangan di depan dada.

"Oke." Putra mengangguk.

"Yaaaay!! Cus lah!!" Raja menyeret tangan Putra menjauh tanpa memedulikan keberadaan Aziz yang menatap geram.

"Maaf, Bang. Saya pamit dulu. Assalamualaikum."

Maka secepat meteor meluncur di langit malam, Raja dan Putra memelesat menghilang di tikungan jalan.

Maka secepat meteor meluncur di langit malam, Raja dan Putra memelesat menghilang di tikungan jalan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Siang yang terang di hari Sabtu. Namun, suasana hati Aziz tak secerah mentari hari itu. Aziz mengacak-acak rambutnya kasar memikirkan Putra. Pemuda itu sudah berpikir untuk menikah, Aziz harus melakukan sesuatu!

Tapi apa? Belum lagi dia memikirkan pemuda yang merangkul Putra tempo hari. Putra bilang itu sahabatnya, tapi Aziz tetap saja cemburu.

Aziz tahu Putra masih 'bersih'. Bahkan Aziz tidak yakin pemuda itu pernah menonton atau membaca konten dewasa, apalagi yang berkaitan dengan sesama jenis.

Justru karena masih 'bersih' makanya pemuda itu begitu serius memikirkan soal pernikahan. Pemuda itu masih berharap menjadi 'normal'.

Bagaimana kalau Aziz 'mengotori' pemuda itu? Sepertinya itu satu-satunya pilihan baginya jika tidak ingin melepaskan Putra. Syukur-syukur jika pemuda itu bisa lepas dari fase denial-nya, lalu sepenuhnya menjadi miliknya.

Namun, kalaupun setelahnya Putra membenci dirinya, paling tidak, besar kemungkinan pemuda itu akan kehilangan pikiran untuk menikah. Dan bila itu terjadi, dia akan mencari cara lain untuk kembali mendekati Putra.

Sekarang, bagaimana caranya? Rencana sempurnanya kemarin sudah gagal total.

"Ma! Kok makanannya cuma telur ceplok, sih? Mana garemnya banyak banget! Kamu kebelet kawin?" Aziz mendorong piringnya kasar.

Selintas Dita menatap suaminya dingin sebelum pandangannya melembut dan bibirnya beristighfar tanpa suara berusaha memendam kesal. "Memang kalau aku pengin kawin, Mas mau kawin? Udah nggak capai? Enggak lagi badmood? Lagi puyeng kerjaan?"

LGBT story - FLAITHRI - Cinta di Persimpangan JalanWhere stories live. Discover now