Posisi Arsya yang saat ini duduk berhadapan dengan Alenza membuat Arsya tidak tahu bagaimana cara menenangkan istrinya yang saat ini menenggelamkan wajah dengan kedua tangannya.

" Malu." Cicit Alenza pelan.

Tanpa Alenza sangka, Arsya mengangkat tubuh Alenza hingga berada di atas pangkuannya yang tentu saja membuat Alenza terkejut dengan degupan jantungnya yang berpacu cepat saat ini.

" Aaa.... Turu...nin mas....hiks." Ucap Alenza dengan terbata.

" Berhenti menangis." Ucap Arsya menenangkan sembari mengusap lembut rambut Alenza.

" Gak bisa hiks..." Ucap Alenza yang kini justru menenggelamkan kepalanya di dada bidang Arsya.

Arsya terkekeh pelan, sebelum  akhirnya membaringkan tubuhnya dan juga istrinya agar berbaring disofa panjang yang mereka duduki dengan posisi Alenza berada di dalam kungkungan Arsya, dengan satu gerakan sigapnya.

" Aaa....... hiks....Mas kenapa suka tiba-tiba sih." Omel Alenza di sela isakannya dengan suara serak sehabis menangis sembari memukul pelan bahu Sang Suaminya yang bertindak sesuka hatinya.

" Istirahat." Gumam Arsya singkat tanpa memperdulikan omelan Alenza.

Tanpa menjawab apapun lagi Alenza tenggelam dalam pelukan nyaman Suaminya, akibat menangis tenaga Alenza seperti terkuras habis, yang membuatnya sangat lelah sehingga tidur lelap di pelukan hangat Arsya.

💙💙💙💙💙

Alenza terbangun dari tidurnya setelah mendengar suara seseorang yang sedang berbicara dalam telefon. Seingatnya Alenza tertidur diatas sofa bersama dengan Suaminya, tetapi sekarang justru dirinya sudah berada diatas Ranjang yang empuk. Dan kemungkinan besar Arsya lah yang menggendongnya atau lebih tepatnya memindahkan dirinya di ranjang yang lebih nyaman untuk tidur atau istirahat.

Jari-jemari kakinya tidak terasa sakit lagi seperti tadi, dan Alenza bersyukur untuk itu. Pandangannya berbinar saat melihat keindahan pantai yang dapat Alenza lihat dari ranjangnya melalui dinding kaca besar di kamar.

" Hm. Akan papa beritahu nanti." Suara Samar-samar seseorang yang Alenza dengar.

Alenza tahu suaminya lah yang sedang menerima telefon dari seseorang. Dan tak lama kemudian Arsya menyadari Alenza yang sudah bangun dari tidurnya dan memutuskan sambungan telefon miliknya.

" Mau makan?" Ujar Arsya duduk diatas sofa panjang kamar dengan hidangan makanan yang beragam tersaji di atas meja.

" Mau." Jawab Alenza dengan suara beratnya.

Alenza turun dari ranjang dan berjalan dengan gontai ketempat Arsya duduk. Pandangannya yang sayu membuatnya berjalan terseok, jika bukan karena perutnya yang terasa sangat lapar saat ini, tentu saja Alenza akan lebih memilih bermalas-malasan diatas kasur, tetapi berhubung perutnya yang butuh asupan untuk membungkam cacing-cacing di perut, Alenza dengan segala usahanya bangkit dari pulau ternyaman nya.

" Cuci muka dulu." Ucap Arsya menahan Alenza yang akan duduk di sampingnya.

" Makannya sebentar Mas." Ucap Alenza menatap sayu suaminya dan mengambil posisi duduk di samping Arsya.

Tanpa Alenza duga saat akan mengambil sendok makannya, Arsya terlebih dahulu menggendong Alenza bridal style hingga pekikan dari Alenza terdengar karena rasa keterkejutannya atas tindakan tiba-tiba dari Arsya.

" Mass...." Kesal Alenza.

Tidak tahukah suaminya jika perutnya saat ini sedang sangat lapar, bahkan makanan yang tersaji diatas meja terlihat sangat mengiurkan untuk segera di santap.

My Friend Is My MamaWhere stories live. Discover now