BAB 18🐬. | Rival Aldinendra? |

64 12 0
                                    


Erin dan Sifa kini tengah berjalan santai di pinggir lapangan dengan lapangan yang tampak ramai karena adanya yang tengah bermain basket. Berjalan sembari mendengarkan curhatan hati Sifa sudah biasa bagi Erin sendiri hingga kedua gadis itu tidak menyadari kedatangan sebuah bola basket yang tengah melayang kearah mereka.

Melihat bola yang mengarah padanya refleks Erin menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

Bruukk.

Beberapa detik kemudian Erin mengintip dari sela-sela jarinya saat tak merasakan hantaman dari bola basket sedangkan di samping Sifa sudah menahan jeritannya sebisa mungkin.

Erin menurunkan tangannya di depannya kini Rival berdiri sembari meringis karena menahan bola basket itu agar tidak mengenai dirinya.

Reyhan berlari kecil kearah mereka lalu mengambil bola basketnya.
"Hati-hati dong kalau main!" ujar Rival

Setelah mengambil bola nya Reyhan tak menganggapi ucapan Rival ia hanya menampilkan ekspresi datarnya lalu kembali kedalam lapangan tanpa mengucapkan kata maaf sedikit pun.

Melihat itu Rival lantas kembali bersuara. "Tuh orang main pergi aja nggak tau kata maaf apa"

Bola basket di kuasai penuh oleh Reyhan, cowok itu tampak sangat lihai dalam bermain. Mengapati ring dengan seksama dia pun melompat lalu memasukan bola itu pada ring lawannya. Semua temannya bersorak senang karena berhasil memenangkan pertandingan sedangkan Reyhan kini entah kenapa tatapannya tidak mau lepas dari Erin.

Entah kenapa ada rasa tidak suka dalam diri Reyhan saat melihat interaksi Erin dan Rival si murid baru itu. Melihat interaksi keduanya membuat mood nya seketika hilang.

"Lo ngapain sih? Gue mau pergi, Minggir." ujar Erin kesal pasalnya Rival sedari tadi selalu menahan dirinya, sedangkan Sifa sudah duluan ke kelas.

"Gue cuman mau minta maaf sama lo soal kejadian tadi pagi"

"Ouh ya soal tadi pagi, lo gapapa kan? Ga ada yang luka?" tanya Rival sedikit khawatir lebih tepat nya ia takut di laporkan ke polisi oleh Erin.

"Buta mata lo? Ga liat nih perban di lutut gua?!" mendengar itu refleks membuat Rival mengalihkan pandangan nya pada lutut Erin.

Rival menganggaruk kepalanya lalu tersenyum sedikit canggung pada Erin.
"Ouh ya nomor lo?"

"Gua udah punya nomor jadi lo ga perlu beliin gua kartu lagi."

mendengar ucapan ngawur Erin membuat Rival mendatarkan ekspresinya "maksud nya, gua mau minta nomor lo, siapa tau kan kalau lo ada masalah lo bisa nelpon gua biar gua bisa bantu"

"Oh"

"Oh trus mana no nya?"

"082341******"

"Udah?"

Rival tersenyum lalu mengangguk kan kepala nya
"Lo jadi ojek pribadi gua" ujar Erin tiba-tiba.

"Ogah banget gua kalau harus jadi ojek"

"Ouh lo ga mau? Simpel gua tinggal telpon polisi aja"

Mendengar kata polisi refleks membuat Rival membulatkan matanya.
"Iya-iya gua mau...jadi ojek pribadi lo" ujar nya malas.

.

"Hufttt akhirnya selesai juga" Hendra meregangkan otot-otot nya ia bernafas lega setelah menyelesaian pekerjaannya setelah seharian ia berkutat dengan leptop.

Azahra [ON GOING]Where stories live. Discover now