BAB 1. | Anak yang tak di anggap |

232 92 83
                                    

Masih banyak typo

*happy reading*

.

Seorang gadis remaja yang masih memakai seragam sekolahnya sedang duduk sendirian di sebuah taman dengan tatapan kosong, dia adalah Aza yang kini sudah tumbuh menjadi gadis remaja yang cantik. Sekarang nama panggilannya bukan lah lagi Aza melainkan 'ERIN'.

Ia melirik jam tangannya, waktu telah menunjukan pukul 5 sore, ia bangun dari duduk nya lalu berjalan untuk pulang.

.

"Dari mana aja kamu jam segini baru pulang?" tanya pria paruh bayah yang tak lain adalah Hendra papa nya Erin.

Erin menatap papa nya itu dengan tatapan datar. "Bukan urusan papa" balas nya datar.

"Tentu saja itu urusan papa karna papa ini orang tua kamu" ujar Hendra tajam

"Saya nggak punya orang tua seperti anda yang tidak mengakui anak nya sendiri" sarkas Erin tak kalah tajam.

"Erin papa minta maaf soal itu, papa nggak bermaksud untuk tidak mengakui kamu karna ini demi perusahaan papa" lirih Hendra.

"Alah alasan bilang aja papa emang nggak mau punya anak seperti erin yang hobi nya cuman berantem, tawuran, bikin ulah dan keluar masuk bk di sekolah, padahalkan papa sendiri nggak tau apa alasan erin begitu dan siapa yang memulainya."

Flashback on.

3 tahun yang lalu.

Terlihat seorang gadis yang sedang bersiap siap dalam kamarnya dia Erin ia ingin menghadiri sebuah Acara di perusaan papa nya. Acara itu di buat oleh papa nya karna ingin mengenalkan anak anak nya ke public.

Ia menuruni anak tangga dengan hati hati dapat ia lihat orang tua  kakak beserta kembarannya kini tengah berada di ruang keluarga menunggu nya.

"Ma, pa aku udah siap ayok kita berangkat" ajak erin terlihat Zahra atau yang sekarang bernama Erlin itu menatap nya dengan remeh.

"Erin maafin papa yah, kamu di rumah aja,karna papa cuman mau memperkenalkan Erlin dan juga Bayu" ujar hendra tanpa merasa bersalah Erin yang mendengarnya di buat kaget.

"Loh kenapa pa, Erin kan juga anak papa, tapi kenapa Erin nggak boleh ikut dan diperkenalkan di public.

"Iya pa, kenapa Erin nggak boleh ikut" ujar Erlin, Erin memutar bola mata nya malas mendengar Erlin membela nya.

"Karna kami nggak mau keluarga ini nanti di cap jelek karna dia, kamu tau sendiri kan sayang kalo Erin itu orang nya gimana dia tomboy dan selalu saja bikin masalah dan anak nya pembangkang, beda sama kamu" bukan hendra yang menjawab melainkan Dewi, mama nya.

"Tapi kan Ma" dewi langsung memotong ucapan Erlin. " udah kamu nggak usah bela dia" Erlin hanya mengangguk. "Ayo pa kita berangkat sekarang nanti kita telat lagi"

Dan mereka pun keluar dari rumah,

"Sabar ya non Aza" ujar bi surti pembantu di rumah Erin. Aza merupakan nama Erin saat kecil yang masih menjadi panggilan Bi Surti. Erin tersenyum ke pada bi surti.

"Iya bi, yaudah Aza kekamar dulu" bi surti mengangguk.

Flashback off.

"Kenapa papa diam aja?"

"Jawab aku pa"

"Yah, kamu benar papa nggak mau punya anak kayak kamu dan juga pembangkang kayak kamu dan karna kamu juga anak saya mati" bentak hendra. "Apa kamu nggak bisa kayak kembaran kamu itu Erlin yang penurut" ujar hendra

Erin terdiam, Apa yang di ucap papa nya benar. Mungkin emang salah dia karena dia Abang nya meninggal. Tapi itu semua terjadi secara tiba-tiba. "Cukup pa, aku sudah bilang jangan samain aku sama Erlin karna kami itu berbeda, dan mungkin papa benar karena aku abang meninggal"

"Bagus kalau kamu mengakui itu"

"Tapi pa itu bukan keinginan aku, Semua terjadi secara tiba-tiba. Aku nggak minta bang Rian buat nyelamatin aku"

"Ck. Kamu dan Erlin memang berbeda, Kamu bisa nya cuman bikin masalah"

*

"Kenapa gue selalu di bandingin sama dia, gue nggak suka itu" teriak Erin dalam kamar nya.

"Semua berubah, mama, papa. kalian nggak sayang lagi sama Erin" lirih erin

"Kalau aja Erin bisa milih, Erin nggak bakal biarin bang Rian nyelamatin aku, Biar aku aja yang mati!"

.

Jangan lupa comen and vote ya🙂

Semoga banyak yang suka😅

Azahra [ON GOING]Where stories live. Discover now