BAB 3. | Di hukum |

149 76 34
                                    

Masih banyak typo.

*happy rading*

Plakk.

.

Satu tamparan yang tak main-main itu berhasil mendapat di pipi kanan Erin Tamparan yang Hendra berikan berhasil membuat Erin menolehkan kepalanya.

"Kenapa kamu tidak membantu Erlin  di sekolah, kenapa kamu biarin gitu aja Erlin di bully, padahalkan erlin dah nolong kamu tapi mana balasan kamu Erin!" bendak hendra.

"Karna itu bukan urusan Erin, lagian juga Erin nggak minta dia buat nolongin Erin kok, Erin bisa hadapin sendiri, dianya aja yang sok soan berani" lantang Erin tanpa ada rasa takut.

"Erin papa nggak pernah yah ngajarin kamu untuk bersikap seperti itu, yang tidak perduli kepada sodara nya sendiri!" bentak hendra lagi.

Mendengar itu erin hanya terkekeh.
"Emang papa pernah yah ngajarin Erin?" lirih erin. 

 "Nggak pa, nggak pernah, papa juga nggak pernah tuh tanyain kabar erin, Nanya Erin udah makan apa belum?" Hendra terdiam kaku.

"Yang ada di otak papa itu cuman pekerjaan dan anak kesayangan papa itu!" teriak erin  menunjuk erlin yang tengah menunduk. "Jadi pa, jangan salahin erin kalo sikap erin kayak gini" setelah itu erin langsung berlari menuju kamarnya.

Hendra masih terdiam.

"AAaa" teriak Hendra frustasi.

***

"Sakit juga pipi gue" gumam erin sembari memegang pipinya yang di tampar Hendra tadi.

Erin memasuki kamar mandi lalu membasuh wajah nya.

***

Pagi harinya Erin berjalan dengan santai di koridor sekolah nya. Sekolah kini masih sepi karna jam masih menunjukan pukul Enam pagi.

Setelah sampai di kelas erin langsung menyimpan tas nya dan bergegas  ke kantin karna tadi ia tak sempat sarapan .

Dengan lahap nya ia menghabiskan makanan nya itu hingga tak terasa bel masuk berbunyi.

"Pagi rin" sapa sifa. Erin tersenyum kecil,  "pagi"sapa nya balik. Erin bangkit dari duduk nya lalu berjalan keluar kanti menuju kelasnya yang di ikuti oleh Sifa.

"Owh yah lo udah ngerjain tugas fisika belum"tanya nya. Erin mengangkat satu alisnya.

"Aduh erin ituloh, tugas yang bu Ina kasih kemarin, katanya kan di suruh ngumpulin hari ini" ujar sifa.

Setelah sampai di kelas Erin lanyas duduk di kursi nya

"Owh itu"

"Ho'o lo udah?" erin menggelengkan kepala nya tanda ia belum mengerjakannya.

"Belum"

"Yaudah ni catat aja tugas gue" ujar Sifa menyodorkan buku tugas nya. Namun Erin menolak nya yang membuat Sifa mengerutkan keningnya

"Kenapa?"

"Gue nggak mau nyontek, lagian juga udah masuk"

"Tapi kan nanti lo di hukum"

"Nggak papa kalo gue di hukum"

"Pagi anak anak" ujar bu Ina yang baru masuk kelas.
"Pagi bu"

"Silahkan kalian kumpulkan tugas yang ibu kasih kemarin" ujarnya tegas .

Mereka semua maju ke depan untuk ngumpulin tugas tapi tidak dengan Erin ia hanya duduk santai.

"Yang belum mengumpulkan tugas silahkan angkat tangan" mendengar itu erin langsung mengangkat tangan nya.

"Kamu Erin, saya hukum berdiri di lapangan, hormat bendera sampai jam istirahat berbunyi!" tanpa basa basi tanpa menjawab erin langsung keluar dari kelas menuju lapangan

Di lapangan Erin meliha seorang siswa yang juga tengah di hukum berdiri menghormat bendera

Siswa itu melihat kearah erin sekilas.

"Kenapa lo di hukum?" tanya cowok itu datar. Erin melihat kearah cowok itu, sepertinya ia pernah melihat cowok itu tapi ia lupa dimana.

"Kepo lo, kek dora" jawab Erin datar. Cowok itu menatap malas Erin lalu kembali menghadap bendera

"Lo cowok yang nggak sengaja gue tabrak kemarin kan?" Tebak erin tiba tiba. Entah lah Erin merasa jika cowok di samping nya itu cowok yang kemarin ia tabrak.

"Hm"

Hening..

Kringg...

"Hufft, akhirnya selesai juga" ujar erin bernapas lega.

Erin hendak melangkah meninggalkan lapangan namun kaki nya tergelincir yang membuat nya hampir saja terjatuh namun dengan sigap cowok tadi menangkap nya.

Mata mereka bertemu sesaat sampai akhirnya suara seseorang menyadarkan keduanya.

"Reyhan" panggil Erlin. Yang di panggil hanya melamun.

"Mata itu" batin reyhan.

"Reyhan kamu kenapa kok ngelamun?"

"Ha, eh nggak, kenapa lin?"

Erlin tersenyum lalu memberi minuman untuk nya "Ni minum buat kamu, kamu pasti haus kan?" reyhan mengambil minuman itu lalu tersenyum kecil

"Thank's yah" ujarnya

"Owh yah, reyhan mau gak kekantin bareng aku?" ajak erlin.

Erin yang jengkel melihat antraksi keduanya pun memilih untuk pergi dari sana meninggalkan keduanya

"Sorry lin gue nggak bisa" tolak reyhan dengan halus.

"Gitu yah, yaudah aku kekantin dulu yah"

"Hm"

**

"Hufft cape banget gue" gumam erin dan meminum air yang sempat ia beli tadi sebelum kesini.

"Gimana, udah ketemu?" Erin yang mendengar suara itu pun melihat keselilingnya dan mendapati Reyhan yang tengah mengobrol dengan seseorang di balik telepon.

"Saya gak mau tau, Kalian harus mencarinya sampai ketemu. Kalau perlu kalian tanya para tetangga nya dulu, Dia pindah kemana" Reyhan mematikan sambungan teleponnya. Ia mengusap wajahnya frustasi. Reyhan membalikkan badannya namun ia terkejud kala mendapati Erin yang kini sudah berada di hadapannya dengan tersenyum kearahnya.

"Lo? Lo ngapain disini?"

"Ngup..Eh nggak tadi gue nggak sengaja lewat sini..heheh" Reyhan hanya menatap nya datar dan kembali pergi meninggalkan dirinya disana.

Pulang sekolah Erin bergegas dengan motornya kesebuah tempat, Tempat yang sudah lama ini tidak ia kunjungi, setelah satu jam berkendara Erin pun menghentikan motor di sebuah danau  dengan pemandangan yang sejuk disana juga terdapat rumah pohon.

Erin melepas helm nya. Ia tersenyum memandangi pemandangan indah di hadapannya itu.

"Lo kapan balik Rey? Gue kangen" batin Erin

Erin berjalan menaiki rumah pohon itu, di dalam rumah pohon itu terdapat foto-foto dirinya juga Rey dulu. Di situ juga ada ukiran nama.
'REY&AZA'  nama yang mereka ukir dulu di rumah pohon itu masih terlihat sangat jelas.

Karena tak bisa berlama-lama Erin pun memutuskan pergi meninggalkan tempat ulitu namun tanpa sepengetahuan Erin, setelah dia pergi seseorang datang dengan motor sport miliknya. Wajah nya memancarkan kesedihan. Ia turun dari motornya berjalan mengelilingi  tempat itu.

Tempat yang dulu ia sering menghabiskan waktunya bersama seseorang yang kini sekarang ia rindukan.

Memegang fotonya bersama dia. Namun ia tersadar akan tempat ini yang terlihat sangat rapi dan bersih. Tempat ini terlihat sangat terawat. Namun satu yang ia tanyakan, Siapa? Siapa orang yang mengurus nya bukankah tempat ini rahasia keduanya? Cuman keduanya itu lah yang mengetahui keberadaan tempat ini.

"Apa itu kamu?" Batin nya bertanya

.

♡BERSAMBUNG♡

Azahra [ON GOING]Where stories live. Discover now