Bab 15 - Dia yang Menghilang

Start from the beginning
                                    

Putra geleng-geleng kepala membaca chat dari kedua temannya. Gara-gara mereka, notifikasi chat-nya yang biasa sepi jadi ramai terus.

Grup chat akhirnya sepi setelah Rara pamit berangkat ke kampus. Hari ini Putra hanya ada satu kelas siang nanti, karenanya dia masih bisa bersantai.

Putra senang Rara semangat pergi ke kampus dengan penampilan barunya. Tiap kali melihat gadis itu bersemangat untuk menjadi lebih baik, rasanya dirinya seolah mendapat suntikan semangat pula. Apalagi, sekarang dia tidak punya rahasia pada Bunda.

Kecuali perihal dia punya cowok yang dia sukai.

Namun, Putra merasa tidak perlu menceritakan soal Aziz pada siapa pun. Alasannya, pertama, dirinya tidak pernah punya niat untuk memiliki hubungan khusus dengan laki-laki.

Kedua, Aziz sudah menikah, jadi, makin kecil kemungkinan mereka bersama. Dan itu bagus.

Ketiga, rasanya salah bila dia menceritakan soal perasaan menyimpangnya pada orang lain. Sebut dia denial, tapi dia memang tidak ingin mengakui perasaan itu.

Dia sadar bahwa dia menyukai—atau malah mencintai Aziz. Dirinya sadar bahwa dia menikmati saat-saat bersama dengan lelaki itu, tapi dia mati-matian membuat batasan bagi dirinya sendiri. Dirinya tidak ingin sampai dilaknat oleh Allah.

Putra dekat dengan Aziz karena berharap bisa seperti lelaki itu, menjadi seorang suami serta ayah yang saleh dan perhatian meski punya ketertarikan terhadap sesama.

Tiba-tiba Putra teringat bahwa dirinya belum mengabari Aziz perihal kejujurannya pada Bunda.

Putra kembali membuka gawainya, mengetik pesan untuk Aziz.

Alhamdulilah Bang, kemarin saya udah jujur sama Bunda

Alhamdulillah, Bunda nggak marah dan malah mendukung saya

Saya lega banget, Bang

Hingga jam kuliahnya berakhir, Aziz tidak membalas pesannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hingga jam kuliahnya berakhir, Aziz tidak membalas pesannya. Centang biru menunjukkan bahwa lelaki itu sudah membaca pesannya.

Tapi, kenapa tidak dibalas?

Putra jadi cemas. Biasanya Aziz selalu cepat membalas pesannya. Ini tidak biasa.

Apakah lelaki itu sedang sibuk? Atau marah?

Kenapa marah?

Putra tidak bisa menghilangkan perasaan cemas dalam dirinya. Memang dia ingin menjaga jarak dari Aziz, tapi dia juga tidak ingin lelaki itu marah padanya.

Mau lo apa sih, Put?

Entah. Putra tahu dirinya masih labil. Terjebak di antara perasaan ingin menjaga jarak dan rasa ingin bertemu. Otaknya bilang semakin sedikit kontak di antara mereka akan lebih baik. Namun, hatinya mengelak, beralasan bahwa bertemu dan berbincang sesekali tidak akan menjadi masalah.

LGBT story - FLAITHRI - Cinta di Persimpangan JalanWhere stories live. Discover now