" Ibu dari sahabatmu hm?. Meskipun kamu sudah memiliki anak dari suami mu tetapi kamu juga harus mengerti len, lagipula kehadiran anak juga menjadi salah satu penguat hubungan suami istri len, Anak itu sebuah anugrah yang diberikan Allah untuk kita, masa kamu mau nunda nya? Kakak yakin kamu bisa menyamaratakan kasih sayang kepada anak kamu sendiri dan juga anak tiri kamu nanti." Sahut Zia yang saat ini duduk di samping Alenza.

" Gitu ya kak." Gumam Alenza pelan yang masih dapat di dengar oleh Zia.

"Iyaaa..... Dan kakak ingin berpesan satu lagi, Len..... kamu akan menikah dengan pria yang sudah dikatakan matang, bahkan pernah menjalin rumah tangga sebelumnya, perbedaan umur kalian pun jauh, tapi kakak yakin kamu pasti bisa melewati badai apapun nantinya, bukan kakak mendoakan hal-hal yang tidak-tidak, tetapi Kakak hanya ingin agar kamu menghadapi masalah apapun nantinya dengan tenang, jangan terburu sebelum semuanya benar-benar jelas. Ikatan pernikahan bukan hanya menyatukan sebuah pasangan, tetapi juga menyatukan dua orang berbeda, beda pendapat, beda pemikiran, beda sikap dll." Jelas Zia.

" Berat ya kak." Komentar Alenza.

" Ya iyalah, siapa suruh ngebet nikah sekarang?! Kan kakak udah bilang selesaikan kuliah kamu dulu baru mikir nikah. Pasti Gak tahan ngejomblo kan kamu? ngaku hayooo??!!" Sahut Zia dengan ngegas.

" Astagfirullah, Engga Kak Zia." Ucap Alenza yang terkejut dengan nada ngegas dari Kakak perempuannya.

" Haha.....iya-iya semoga saja suami kamu nanti memperlakukan kamu dengan istimewa, itu Doa Kakak untuk kamu." Ujar Zia.

" Aamiin."

Kakaknya adalah seorang yang sangat penyayang, meskipun terkadang sering menggodanya.

" Kak Zia, tinggal disini berapa lama?" Tanya Alenza

" Kemungkinan seminggu, kakak masih kangen rumah soalnya, tapi kalau Mas Candra kemungkinan 2 hari lagi pulang karena gak bisa meninggalkan pekerjaan terlalu lama, tapi nanti bakal nyusul lagi kalau kakak mau pulang." Ujar Zia.

" Kita bisa pergi jalan bareng kalau gitu." Ucap Alenza dengan antusias.

" Boleh, kalau kamu gak dikurung dikamar seminggu Full sama suami kamu." Goda Zia.

" Eh..... Lagian bukannya kamu honeymoon Len besok?" Tanya Zia yang baru saja sadar.

" Honeymoon? " Beo Alenza dengan kedua alis yang menyatu.

Belum juga Alenza ingin menanyakan pertanyaannya kembali, pintu kamarnya sudah terbuka lebih dulu. Dania yang memakai pakaian kebayanya datang bersama beberapa perempuan yang tak lain adalah sepupu jauh Alenza.

" Mempelai pria sudah dibawah, kita turun sekarang ya." Ujar Dania.

" Wah wahhh.... Kak Alenza cantik ya tante Dania." Seri salah satu sepupu jauhnya yang bernama debora.

" Iyalah deb, cantiknya kak Alenza mirip Mak Lampir kan ya." Celetuk Zia dengan nada menggoda.

Alenza memberengut dan bangkit dari duduknya, sebelum mulai berjalan, Alenza menahan lengan Dania terlebih dahulu.

" Mama, Alenza ingin......meminta maaf sama Mama, Maafin kesalahan Alenza yang selama ini telah menyusahkan mama. Maafin Alenza yang sengaja ataupun tanpa sengaja membuat hati mama sakit." Ujar Alenza sembari menunduk menahan tangis di pelupuk matanya.

" Mama selalu memaafkan kesalahan kamu tanpa kamu meminta maaf secara langsung, semoga suami kamu dapat membimbing kamu ke jalan yang benar dan mengayomi kamu sebagai istrinya. Pesan mama untuk kamu, tetaplah patuh kepada perintah suamimu jika itu dalam hal baik, tetapi jika suami kamu melakukan hal buruk sebagai istri kamu harus mengingatkannya. Jadilah istri yang berbakti kepada suamimu, serta dapat memenuhi kewajiban kamu terhadap suami dan juga Divia yang nantinya akan menjadi anak kamu." Ujar Dania mengusap air mata yang jatuh di sudut matanya.

" Doakan Alenza ma."

" Pasti, pasti mama akan mendoakan setiap anak-anak mama." Jawab Dania dengan penuh keyakinan.

" Assalamu'alaikum." Salam seseorang dari pintu kamar Alenza.

" Gara kira sesuatu terjadi, Kak Alen udah di tunggu di pelaminan Ma." Ucap Gara memberitahu.

" Ayo mama bantu." Ucap Dania menggandeng lengan kanan Alenza.

💙💙💙💙💙

" Papa jangan gugup pokoknya, jangan sampai salah ijab qabulnya nanti." Bisik Divia yang saat ini berjalan menggandeng papanya di samping kiri memasuki kediaman Alenza.

Sedangkan disamping kananya digandeng oleh Rani, semua keluarga Zeduard turut hadir menyaksikan pernikahan kedua Arsya, bahkan saudara sepupu Divia yang sedang kuliah di luar negri memutuskan untuk pulang menyaksikan Uncle atau Om mereka yang akhirnya akan segera menikah setelah menyandang status duda belasan tahun.

"Ini bukan pernikahan pertama Papa kamu Div." Timpal Alena yang berjalan dibelakang Divia dengan menggandeng suaminya.

" Bukan gitu tante, Divia kan cuma khawatir. Kalau pernikahannya gagal gimana? Masa Papa mau jadi duda lagi." Sahut Divia.

Arsya yang mendengar penuturan putri nya menghembuskan nafas nya lelah, ini bukan pertama kalinya Divia memperingatkan dirinya tetapi sudah semenjak berada di Mansion Divia selalu memperingatkan hal yang sama. Meskipun Arsya akui dirinya sangat gugup saat ini tetapi itu semua tertutupi oleh tatapan wibawanya.

" Papa akan membawa Alenza tinggal di Mansion kita, kamu jangan khawatir." Ucap Arsya pada akhirnya.

" Papa janji?"

" Apa papa pernah ingkar?" Tanya Arsya.

" Sejauh ini tidak, bisa jadi Papa mau coba buat ingkar kali ini." Ucap Divia dengan menyelidik.

" Iya Papa janji." Putus Arsya mendengus pelan pada putrinya yang baru kali ini terlihat sangat menyebalkan di matanya.

Penyambutan-penyambutan dilakukan keluarga Alenza untuk menyambut besan mereka, sekarang hanya menunggu kedatangan Alenza turun yang saat ini sedang dipanggil oleh Dania.

" Divia jemput aja ya." Ucap Divia yang terdengar oleh Hartono.

" Biar Gara aja yang jemput Kak Alen Pa." Sahut Gara yang sudah terlebih dahulu menaiki tangga mengurungkan niat Divia yang akan menjemput Alenza.

Tidak lama kemudian, terlihat Alenza yang mulai terlihat diujung tangga atas sembari berjalan beriringan dengan Dania, sementara itu dibelakangnya ada para sepupu jauhnya yang ikut membantu serta ada Zia kakanya yang dibantu menuruni tangga oleh Gara.

Semua pandangan tertuju kepada Alenza, meskipun gugup tetapi dirinya menutupi dengan senyum menawannya yang menambah kecantikan dirinya pada hari ini. Bahkan tanpa disadari Arsya yang berdiri menyambut mempelai perempuan terpaku di tempatnya saat  gaun yang mereka beli beberapa waktu yang lalu sangat pas dan sempurna ketika dipakai oleh Alenza yang sebentar lagi akan menyandang status sebagai istrinya.

Alenza duduk di samping Arsya dengan perasaan campur aduk nya, jari jemarinya ia taut kan untuk mengurangi kegugupannya serta degupan jantungnya yang begitu cepat, sama halnya dengan Arsya.

.......enjoy💙

My Friend Is My MamaWhere stories live. Discover now