Hamparan Bintang

99 6 0
                                    

Mulut Felicia sedari tadi tidak henti-hentinya berdecak kagum. Ia sedang melihat sesuatu yang sangat luar biasa. Mata itu menatap hamparan bintang-bintang yang sudah sangat lama ia tidak lihat lagi.

Gadis itu duduk di atas bentangan tikar yang sudah disediakan. Angin malam yang sejuk menyelimuti mereka berdua. "Kamu tau dari mana tempat kayak gini?" tanya Felicia dengan senyum manis terukir di wajahnya.

"Temen aku," jawab Ersakha sambil menatap wajah Felicia dengan lamat-lamat.

"Bagus banget sumpah!" decak kagum Felicia terdengar kembali. Gadis itu dapat melihat samar-samar beberapa orang lain yang juga duduk di atas bentangan tikar, namun mereka semua duduk di tempat yang lumayan jauh dari nya.

"Mau makan apa?" Tanya lelaki itu yang tiba-tiba saja sudah memegang buku menu makanan.

"Kamu dapet itu dari mana?" tanya Felicia dengan jari menunjuk buku menu yang Ersakha pegang.

"Ada kok dari tadi di sini," jawab Ersakha. Felicia mengernyitkan dahinya kemudian mengangguk. Jadi tempat ini adalah restoran outdoor.

"Mau makan apa?" tanya Ersakha lagi.

Felicia tersenyum sambil menatap Ersakha. "Aku gak laper, nanti bagi punya kamu aja ya!"

"Ih makan sendiri!" ucap Ersakha sambil membalas tatapan Felicia.

"Aku udah kenyang Sa, bagi punya kamu dikit ajaa, janji sesuap aja."

Lelaki itu menghela nafasnya. "Tadi udah makan?"

"Udah," jawab Felicia.

"Kapan?" tanya Ersakha.

"Tadi sore, sebelum kamu ajakin aku jalan, kak Udin tiba-tiba aja ngajak makan. Makin ke sini sikap dia makin aneh tapi sikap nya jadi baik sih. Gak kayak awal ketemu serem banget!" jelas Felicia yang hanya dijawab 'oh' saja oleh Ersakha.

"Mau ke mana?" tanya Felicia bingung ketika Ersakha bangkit dari duduknya.

"Mau pesen makanan sebentar ya." Lelaki itu mengelus lembut puncak kepala Felicia. Gadis itu hanya bisa tersenyum sambil menatap Ersakha.

Gadis itu kembali mendongak menatap bintang-bintang yang bersinar begitu terang di langit yang gelap gulita.

Setelah seminggu semenjak Annisa tidak memperbolehkan anak-anaknya bekerja lagi, kehidupan Felicia kembali berjalan dengan mulus tanpa masalah. Amplop hitam itu tidak datang lagi dan Felicia pun tidak ingin menambahkan beban otak nya untuk memikirkan siapa dalang dari amplop hitam itu.

Lagi pula Felicia masih belum tau apa tujuan orang itu mengirimi dirinya amplop hitam.

Felicia melirik jam di ponselnya, sudah hampir lima belas menit setelah Ersakha pergi. Mengapa lelaki itu sangat lama. Gadis itu bangkit dari duduk sambil mengedarkan pandangannya siapa tau ada Ersakha.

Namun gadis itu tidak menemui keberadaan orang yang dia cari. Sontak saja pikiran negatif tentang Ersakha kembali menguasai dirinya.

Felicia kembali duduk, kemudian menatap lurus ke depan. Gadis itu sedang menunggu pesan dari Ersakha yang berisi bahwa dia ada urusan dan harus meninggalkan nya. Bukankah Ersakha selalu melakukan hal seperti itu. Selalu meninggalkan nya tiba-tiba karena ada urusan mendadak.

Pandangan Felicia tiba-tiba menghitam hingga membuat gadis itu terkejut. Ia bisa merasakan dua telapak tangan seseorang sedang menutupi matanya.

"Ersa?" tebak Felicia, namun tak ada jawaban yang dia dengar. Gadis itu menyingkirkan tangan yang menutupi matanya, lalu menoleh menatap ke arah belakang.

Felicia's Earthحيث تعيش القصص. اكتشف الآن