Kebohongan Menjadi Kenyataan

112 8 1
                                    

Hari ini adalah hari yang begitu sial bagi Felicia. Gadis itu bisa-bisa nya meninggalkan jas putih lab nya di rumah, padahal hari ini gadis itu ada praktik yang sangat penting dan dapat mempertaruhkan kelulusan mata kuliah semester ini.

"Feli, beli jas lab baru aja deh," saran Naya yang ikut panik karena Felicia melupakan jas lab nya. Felicia sontak menggeleng. Harga jas lab itu lumayan mahal. Felicia juga tidak bawa uang banyak sekarang.

"Terus gimana dong? Nanti Feli gak boleh ikut praktik kalo gak pake jas lab," ujar Naya. Felicia memejamkan mata nya sebentar, kepala nya jadi sangat pusing.

"Gue udah minta mama gue buat bawain jas lab nya kok, udah lo tenang aja," ujar Felicia berusaha menenangkan Naya, padahal yang harus di tenangkan sekarang adalah dirinya.

"Emang nya sempet? Ini tinggal lima belas menit lagi loh Fel," sahut Naya.

"Nay bisa diem sebentar gak?" Rasa nya Felicia ingin menyumpal mulut Naya yang malah membuat nya semakin cemas dan khawatir.

"Kok Feli ngomong begitu? Naya ada salah ya?" tanya Naya. Felicia tidak menjawab sama sekali, berbicara dengan Naya hanya akan membuat nya semakin emosi.

"Oh iya Fel, kemaren amplop item itu isi nya apa?" tanya Naya yang semakin membuat perasaan Felicia menjadi tidak karuan.

"Feli, amplop item itu..."

Ucapan Naya seketika terhenti saat ponsel Felicia berdering dan memperlihatkan nama 'Mama' di layar ponsel itu.

"Iya ma? Mama udah sampe?" tanya Felicia. Gadis itu sontak langsung berdiri dari duduk nya.

"Feli itu mama Feli?" tanya Naya sambil menatap Felicia.

"Udah nih, tapi fakultas kamu yang mana ya Fel? Mama lupa nih," ujar Annisa dari sambungan telpon.

"Mama tunggu di danau yang waktu itu pernah kita datengin pertama kali kesini aja, aku samperin ke sana sekarang," ujar Felicia yang langsung berjalan tidak memperdulikan Naya yang sedari tadi bertanya-tanya kepada nya.

"Fakultas kamu dimana biar mama samperin," ujar Annisa.

"Gak usah ma, aku yang nyamperin mama!" sahut Felicia kemudian gadis itu mematikan sambungan telpon nya.

Annisa menghela nafas nya ketika sambungan telpon itu di putus sepihak oleh Felicia. Annisa tau sekali pasti Felicia sangat panik dan khawatir sekarang.

Wanita paruh baya itu dengan cepat berjalan menuju danau besar yang pernah menjadi tempat foto keluarga nya.

Karena terlalu terburu-buru tanpa di sengaja Annisa menabrak tubuh seorang mahasiswa yang sedang berjalan di depan nya.

"Eh maaf nak, saya gak sengaja!" ujar Annisa dengan raut khawatir karena lelaki itu hampir saja terjatuh karena nya.

"Eh iya gapapa bu. Ibu juga gapapa? Maaf bu, ini juga salah saya kok karena udah menghalangi jalan," ujar lelaki itu dengan sangat sopan. Jarang sekali ada anak sopan di zaman sekarang.

Annisa tersenyum menatap lelaki yang mungkin sedikit lebih tua dari anak sulung nya. "Iya gapapa," jawab Annisa.

"Baiklah kalau begitu, maaf bu saya permisi dulu ya," ujar lelaki itu dengan sopan. Lelaki berbadan tinggi itu langsung berjalan melewati Annisa.

"Eh tunggu nak!" Panggilan Annisa menghentikan langkah lelaki itu yang baru saja ingin pergi.

"Iya?" tanya lelaki itu sambil tersenyum ramah.

"Ini saya mau nanya, kamu dari fakultas mana? Fakultas kedokteran di mana ya?" tanya Annisa, siapa tau lelaki itu juga dari fakultas kedokteran.

"Oh saya dari fakultas teknik bu, kalau fakultas kedokteran sedikit jauh dari sini, mau saya antar?" tawar lelaki itu.

Felicia's EarthWhere stories live. Discover now