"Maaf ya, sedikit berantakan."

Wanita itu benar. Belum ada dua menit sampai, suara petir menyambar terdengar jelas sebagai pembuka turunnya hujan. Kali ini lebih lebat dari sebelumnya. Alhasil, Beomgyu masuk ke dalam rumah kecil yang sederhana itu. Di sana, suasananya begitu hangat, aroma hujan menyambutnya. Tidak terlalu berantakan seperti yang dikatakan, tapi banyak sekali kaos kaki yang tersusun di sudut ruangan. Ia memperhatikan berbagai macam kaos kaki yang berbeda warna dan ukuran. Semuanya terlihat sangat cantik.

"Terima kasih ya, Nak sudah membantu istriku." Pria yang sudah berumur itu mendekati Beomgyu dan memberikannya segelas minuman hangat. Beomgyu merasa tak enak, menerimanya dengan senyuman lalu menyesap minuman hangat dari gelas tersebut.

Bibir Beomgyu terkulum setelahnya. Ini coklat hangat, batinnya suka. "Ini enak. Terima kasih."

Salah satu kaos kaki yang berwarna putih berbenangkan wol menarik perhatian Beomgyu. Pemuda itu berniat untuk membelinya, jadi saat ia mengambilnya dari atas meja, wanita ramah itu berujar lembut, "Bagus kan? Aku sendiri yang membuatnya. Ambillah satu."

"Bibi menjual ini, ya? Berapa harganya?" Beomgyu baru saja akan mengeluarkan dompetnya, namun buru-buru ditahan wanita itu. "Tidak. Tidak. Kau sudah membantuku. Ambil saja yang kau suka, tidak perlu bayar."

"Tapi ini―"

"Tidak apa-apa. Karena musim dingin, jualan Bibi laris manis. Kalau kau ambil satu tidak akan merugikanku."

Kaos kaki putih dari wol, segelas coklat panas, benar-benar perpaduan yang indah di pertemuan pertama Beomgyu dengan sepasang suami-istri itu. Selagi menunggu hujan reda, Beomgyu memerhatikan bagaimana wanita bernama Yunghwa itu merajut di atas kursi goyang yang terbuat dari kayu rotan. Wajah wanita itu anggun sekali, matanya terpancar kelembutan dan begitu teliti memandang benang-benang rajutannya membentuk sebuah kain.

Beomgyu tak bisa menolak, takut dianggap kurang sopan. Namun hatinya sungguh senang karena berhasil mendapat yang terbaik, menurutnya. Di musim dingin yang akan segera tiba, Beomgyu jadi tak sabar untuk memakainya. Didekapnya sepasang kaos kaki putih itu dengan senang. "Terima kasih banyak, Bi."

Ucapan tulus itu dibalas dengan senyuman manis.

Mereka berbincang, ditemani alunan air hujan yang menetes di atap bersama suara angin ribut, dan entah mengapa suasananya benar-benar membuat Beomgyu merasa nyaman. Wanita itu benar-benar terlihat seperti bidadari yang tengah merajut di atas awan. Nada suaranya yang keibuan, cara bicaranya yang memikat, serta keramahan yang ia miliki membuat mata Beomgyu tak bisa beralih darinya.

"Hei, Nak, aku tahu dia cantik, tapi tidak perlu ditatap seperti itu."

"Aㅡah, maaf."

"Ayah." Yunghwa terkekeh. Bahkan suara tawanya terasa hangat-sama hangatnya dengan segelas coklat panas yang ia nikmati sekarang. Apa semua Ibu memang begini? Beomgyu bertanya-tanya.

"Siapa namamu, Nak?" tanya Yunghwa.

"Choi Beomgyu."

"Seragammu sama dengan Taehyun, apa kalian satu sekolah?" tanya pria dewasa itu, Kang Jungwon.

"Taehyun?" Mata hazel Beomgyu seketika membulat panik. "Kang Taehyun?" ulangnya lagi.

"Iya. Dia anak kami, dia kelas 2 SMA sekarang."

Demi Tuhan, dia berada di rumah keluarga lelaki yang disukainya sekarang?

Haruskah Beomgyu senang? Tapi tidak, ia tak bisa. Beomgyu malah panik tanpa sebab, mendadak salah tingkah. Apa yang harus dijawabnya sekarang?

『 Secret Admirer 』 ― Taegyu ✅Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt