「 27 : Started 」

Mula dari awal
                                        

Tetapi sekarang anak itu mengetuk pintu bahkan memanggil-manggil namanya dulu. Ini cukup aneh bagi Mark.

“Hyung? Kau masih ada di dalam?” Di luar pintu, Jeno menempelkan daun telinga sebelah kirinya ke pintu. Memastikan apakah Mark masih ada di kamar atau tidak.

Entahlah, tiba-tiba perasaannya jadi tidak enak. Jadi Jeno pergi ke kamar kakaknya lagi untuk sekedar memastikan kakaknya aman. Tetapi setibanya di depan kamar Mark, insting Jeno melarangnya masuk ke dalam kamar itu ketika ia merasakan gelombang energi asing dari dalam kamar tersebut.

Ini sejenis energi hitam yang jahat seperti yang pernah Yoona tunjukkan kepadanya dan Mark sewaktu mereka kecil dulu. Jeno jadi ragu untuk masuk ke dalam kamar Mark karena sinyal bahaya yang dirasakan olehnya.

‘Apa jangan-jangan di dalam sana ada assassin yang menyelinap masuk?’

Pikiran negatif mulai memenuhi otak Jeno. Assassin yang dimaksud adalah oknum yang berusaha membunuh atau mengincar nyawa seseorang. Menjadi anggota keluarga dari Klan terkuat membuat keluarga Jung memiliki banyak musuh alias orang-orang yang ingin menghancurkan Klan mereka entah dengan cara apapun, sekalipun dengan cara keji seperti halnya membunuh bisa saja dilakukan. Jadi sudah bukan hal asing lagi bagi Jeno maupun Mark diincar oleh para musuh dari Klan Jung dengan mengirim seorang assassin menyelinap ke dalam mansion.

“Mark hyung! Jawab aku! Kau ada di dalam?!” Jeno berseru lebih keras, berharap mendapat sahutan dari dalam sana. Setidaknya Jeno ingin memastikan bila kakaknya baik-baik saja.

Di dalam kamar, Mark sudah bermandikan keringat dingin. Suara asing dalam otaknya terus mengatakan hal yang sama berulang kali. Suara serta ucapan itu seolah berusaha mempengaruhi akal sehat Mark.

“Motherfucker! Fuck off!!” Mark dan kebiasaan buruknya mengumpat.

Mark nyaris melepaskan serangannya gara-gara terlalu kesal mendengar suara yang tak kunjung enyah dari dalam pikirannya.

Jeno yang mendengar suara umpatan Mark dari dalam bergegas membuka pintu kamar Mark lalu menerobos masuk seperti biasa ia lakukan.

Hal pertama yang Jeno dapati adalah kakaknya duduk di pinggir ranjang dengan ekspresi terlihat tidak baik. Segera saja Jeno menghampiri Mark, memastikan apakah ada yang salah dengan kakaknya atau tidak.

“Hyung? Kau bisa mendengarku? Mark hyung?”

Jeno memanggil-manggil nama Mark yang sedang memejamkan kelopak matanya. Dari jarak yang cukup dekat, Jeno dapat melihat wajah serta tubuh kakaknya berkilau keringat.

Saat Jeno sentuh lengan kiri kakaknya, tubuh Mark terasa agak dingin. “Hyung? Apa yang terjadi? Hyung, kau bisa dengar suaraku?” Jeno jadi yakin kalau ada yang tidak beres dengan Mark.

Gejala yang Mark tunjukkan mengingatkan Jeno akan situasi yang ia alami siang tadi. Tapi bisa saja asumsinya salah.

“Hyung, fokus saja pada suaraku. Jangan fokus pada yang lainnya!” Jeno mengguncang bahu Mark pelan. Berharap itu sedikit menyadarkan Mark yang tenggelam dalam dunianya sendiri.

“Jen...Jeno?”

Samar, Mark dapat mendengar suara sang adik.

“Ya, hyung? Ini aku, Jeno. Dengarkan saja suaraku, jangan pedulikan yang lainnya!”

Mark berkonsentrasi mendengarkan suara Jeno. Mark tidak ingin mendengarkan suara menyesatkan itu untuk waktu yang lama, atau ia akan benar-benar menuruti apa yang suara itu katakan.

Mark menarik nafas dalam lalu menghembuskannya panjang, begitu terus sampai dirinya benar-benar tenang. Jeno setia menemani sang kakak tanpa banyak bicara. Melihat betapa sulitnya Mark mengendalikan diri, Jeno jadi ingat rampage yang tak sengaja dilakukannya ketika berada di sekolah tadi siang.

“Mark hyung, sepertinya kita harus memberitahu semua orang mengenai hal ini.” Jeno menyusulkan Mark.

Mark yang mulai mendapatkan kesadarannya kembali, mendesah lelah. Energinya terasa semakin lemah dan itu membuat tubuhnya limbung di atas ranjang.

“Hah~ sebenarnya apa yang terjadi pada kita?” Mark tidak tahu harus berbuat apa.

Jaehyun sempat menceritakan perihal rampage yang terjadi pada Jeno siang tadi di sekolah. Ada pula Yunho dan juga Jessica yang turut diberitahu melalui panggilan video call, sebab kedua orangtua Jaehyun itu tengah berada di Turki untuk urusan bisnis.

Tak lupa juga Taeyong melaporkan insiden yang dialami si bungsu pada Yoona. Penyihir cantik itu berjanji akan pulang dalam waktu dekat untuk mengecek segel yang ada di dalam tubuh Mark dan Jeno. Jadi sekarang, kedua Jung junior itu harus menunggu kepulangan Yoona dengan sabar.

“Kurasa ada baiknya bila kita memberitahu daddy saja dulu.” Mark menyusulkan. “Aku tidak ingin membuat mommy kepikiran. Lebih baik daddy saja yang mengetahui hal ini lebih awal,” sambungnya, yang khawatir Taeyong akan kembali bersedih apabila mengetahui sulungnya juga diusik oleh eksistensi ‘mana’ asing yang bersemayam dalam tubuh.

Jeno mendesah kecil lalu mengangguk mengiyakan saja. “Meski tidak bisa membantu banyak, setidaknya kita akan aman bersama daddy. Aku tidak ingin melukai mommy bila suatu saat nanti aku lepas kendali.”

Lalu Jeno mengepalkan tangan kanannya. Ia berjanji untuk tidak akan pernah melukai ibunya atau keluarganya sendiri.

Mark menatap Jeno dalam diam. Benar apa kata sang adik, ada kemungkinan besar mereka dapat melukai orang-orang di sekitar mereka ketika mengalami rampage. Mark juga tidak ingin melukai Taeyong, apalagi dalam keadaan dirinya tidak sadar.

“Ya, aku juga berpikir seperti itu. Apa daddy sudah pulang?”

Jeno mengangkat bahu tanda tidak tahu. Jaehyun tadi sudah ada di mansion untuk menemani Jeno dan memastikan kondisi si bungsu baik-baik saja sebelum kemudian pergi ke luar entah ke mana.

Mata sipit Jeno melirik jam yang menempel di dinding dan sudah menunjukkan pukul 8 lewat. Sudah terhitung hampir 2 jam Jaehyun pergi.

“Kita tunggu sebentar lagi. Selagi menunggu kepulangan dad, lebih baik kau beristirahat dulu. Aku akan menemanimu,” suruh Jeno pada sang kakak.

Mark tersenyum kecil, Jeno begitu memperhatikan kondisinya meskipun anak itu sendiri baru saja melalui hari yang berat. “Yeah, thank you. Kalau begitu biarkan aku tidur sebentarrr saja...Aku sangat lelah sekarang..”

Sure. Sleep well.”

Mark membenarkan posisi berbaringnya. Sementara Jeno, pemuda itu memilih duduk di kursi gaming kesayangan Mark. Mungkin ia akan membunuh rasa bosannya dengan bermain game di komputer milik Mark.

Tapi tugas utamanya saat ini lebih penting, menunggu dan mengawasi Mark bila sewaktu-waktu sesuatu terjadi. sebab tidak ada yang tahu kapan ‘mana’ jahat dapat berulah lagi, jadi harus ada seseorang yang mengawasi.

Beruntung Mark mempunyai sahabat sebaik Hendery yang mau dan mengajukan diri secara sukarela menjadi pengawas merangkap kaki tangan kepercayaan Mark.

“Aku harap akan tiba waktu di mana ‘mana’ tak diinginkan itu dapat dimusnahkan. Aku hanya ingin kita hidup damai dan tentram seperti saat kita kecil dulu...” Jeno bergumam lirih sambil menatap sendu Mark yang sudah terlelap.

‘Tekadku semakin bulat. Aku akan membantu daddy dan mommy untuk mencari tahu cara memusnahkan ‘mana’ jahat ini. Aku harus. Demi kehidupan yang lebih baik dan dipenuhi sukacita selalu, aku harus menemukan caranya...’

‘Apapun itu....untuk keluarga kita, aku akan lakukan segalanya...’

👑 TBC 👑

Our Fate 「 The Jung 」Tempat di mana cerita hidup. Terokai sekarang