🐶
🐶
“Apa yang habis kau lakukan?”
Mark tahu, Jeno pasti akan curiga kepadanya. Secara, adiknya itu melihat ia pulang dipapah oleh Hendery. Sudah pasti Jeno akan menaruh curiga padanya meski tadi anak itu berusaha menahan diri untuk tidak bertanya padanya detik itu juga.
“Sesuatu yang seru. Kau tidak perlu tau.” Mark menjawab disertai dengan senyuman lebar yang dipaksakan.
Jeno membalas senyuman Mark dengan raut muka sinis yang kentara. “Sialan. Menyesal aku sudah bertanya padamu,” decih Jeno lalu pemuda itu melenggang pergi entah ke mana.
Mark menatap kepergian sang adik dari dalam kamarnya masih dengan senyuman lebarnya.
Blam
Tepat setelah pintu kamar ditutup, senyuman itu langsung sirna dari wajah Mark.
Pemuda bersurai hitam legam itu menghembuskan nafas panjang, sebelum merebahkan tubuh lelahnya di atas ranjang. Langit-langit kamar yang sama sekali tidak ada istimewanya menjadi obyek pandangan Mark.
Tangan kanan Mark terangkat ke udara, Mark menatap telapak tangannya itu dengan perasaan yang kosong, hampa. Ia tidak merasa bersalah ataupun kasihan setelah apa yang diperbuatnya pada para bajingan tengik yang sudah mencari masalah dengannya.
Mark tidak akan menyebut anak-anak itu dengan sebutan ‘teman’ karena memang sedari awal mereka tidak saling mengenal apalagi akrab. Bahkan jika Mark ingat-ingat kembali, dirinya hampir tidak pernah sama sekali bersosialisasi dengan anak-anak itu meskipun mereka satu kelas.
“Mereka pantas mendapatkannya...”
Deg
Mark memejamkan matanya, lalu mengepalkan tangan kanannya yang masih terangkat ke udara.
‘Suara itu lagi...’ batin Mark tak suka.
Dahi Mark mengerut, ia berusaha untuk tidak menggubris suara asing itu meski itu sulit untuk ia hindari.
“Habisi saja mereka...mereka pantas mendapatkan ganjarannya...”
“Fuck!” Mark mendudukkan tubuhnya setengah melompat. Menutupi bagian telinganya, berharap agar tidak mendengar suara asing yang menakutkan itu lagi.
“Minhyung!!” Mark memanggil Minhyung dengan perasaan bercampuraduk; antara gelisah, takut dan juga kesal.
“Mark...” Suara Minhyung terdengar samar dan melemah. Mark tidak suka situasi seperti ini, ketika suara asing itu kembali muncul, Mark dapat merasakan eksistensi Minhyung semakin melemah.
Mark tidak tahu 'itu' apa atau 'makhluk' apa yang berusaha mengusik ketenangannya, tetapi apapun itu, Mark sangat ingin mengenyahkannya jauh-jauh agar tidak lagi merecoki kehidupan damainya.
“Pergi! Jangan menggangguku lagi!” Mark menggeram kesal.
Jantungnya berpacu lebih cepat, Mark merasakan sesuatu yang terasa ‘gelap’ berusaha merasuki pikiran serta hatinya.
Tok tok
“Mark hyung?” Suara Jeno tiba-tiba terdengar dari luar kamar.
Perlahan Mark membuka kelopak matanya yang terpejam, menengok ke arah pintu kamarnya yang masih tertutup. Tidak biasanya Jeno akan mengetuk pintu terlebih dulu, biasanya anak itu akan menyelonong masuk seenaknya sendiri tanpa meminta ijin kepada sang pemilik kamar terlebih dulu.
YOU ARE READING
Our Fate 「 The Jung 」
FanfictionSequel of My Mate "Jaehyun, aku takut terjadi sesuatu pada anak-anak kita." "Jangan khawatir, okay? Kita hanya cukup percaya kepada mereka. Anak-anak kita kuat dan tau cara mengendalikan diri mereka sendiri. Jika suatu saat nanti 'mana' itu mulai m...
「 27 : Started 」
Start from the beginning
