Mark menengok, netra gelapnya bergulir melirik Hendery yang berjalan menuju ke arahnya.
“Mereka lemah. Mengecewakan sekali.”
Hendery melirik sekilas anak-anak malang yang kini terlihat mengenaskan. Masing-masing dari mereka mendapatkan patah pada satu bagian tubuh, meski tidak terlalu banyak darah yang berceceran, Hendery yakin sekali cedera internal yang diterima anak-anak itu cukup parah.
Lihat saja, mereka semua terkapar dengan posisi satu tangan atau kaki memutar ke arah berlawanan dari yang semestinya. Itu adalah pemandangan yang cukup mengerikan untuk dilihat.
‘Haruskah aku menghubungi pihak rumah sakit?’ Hendery sedikit prihatin terhadap kondisi anak-anak malang tersebut.
“Kau tidak kelupaan sesuatu, Mark?” Hendery mengingatkan Mark sebelum mereka pergi dari tempat itu.
Mark tersenyum kecil menanggapi pertanyaan Hendery. “Of course not. Aku baru saja akan melakukannya,” jawabnya singkat. “Step aside. Aku akan melakukannya sekarang.” Mark menyuruh Hendery menyingkir agak jauh.
Pemuda dengan poni panjang itu mundur beberapa langkah ke belakang, memberikan ruang untuk Mark menyudahi urusannya hari ini.
Mark berdiri di tengah anak-anak sial itu, perlahan ‘mana’ berwarna kehitaman bak kabut gelap menguar dari tubuhnya. ‘Mana’ itu menyebar, menyelimuti setiap anak yang terkapar tak berdaya di atas lantai kotor yang dipenuhi debu juga ternodai ceceran darah.
Mark dapat merasakan ‘mana’nya bekerja dengan baik mengambil sebagian memori dari ingatan anak-anak itu. Berhubung jumlah orang yang ia ambil paksa ingatannya cukup banyak, ini cukup menguras energi Mark lumayan banyak.
“Mark!” Hendery segera berlari menghampiri Mark yang sedikit terhuyung.
Pekerjaan Mark telah selesai, kabut gelap yang tadinya menyelimuti anak-anak itu, perlahan kembali masuk ke dalam tubuh Mark.
“Kau baik?” Hendery sedikit mengkhawatirkan kondisi Mark. Ia tahu, kemampuan Mark yang satu ini cukup mengonsumsi banyak energi dan ‘mana’ sehingga sesudahnya selalu membuat Mark kelelahan dan pusing.
“Kita pulang sekarang, oke?” Hendery membantu memapah tubuh Mark yang sedikit lebih tinggi darinya. Keduanya lantas berjalan menuju pintu untuk bergegas pulang.
“Apa perlu aku panggilkan ambulance untuk menangani mereka?” Hendery bertanya sebelum mereka berdua benar-benar meninggalkan anak-anak di dalam gedung tua.
Entah kapan anak-anak itu akan sadar, tapi mengingat ada beberapa tangan yang patah pasti akan mempersulit mereka menghubungi keluarga masing-masing. Hendery sedikit kasihan bila tidak ada orang yang dapat membantu mereka keluar dari tempat terpencil ini.
Mark berpikir sejenak. Sebenarnya ia tidak sebaik itu menyetujui saran Hendery, namun ini tidak akan seru apa bila para bajingan itu mati terlalu dini.
“Buat seakan-akan ada saksi mata yang menemukan mereka di sini secara kebetulan.”
Jawaban Mark sudah cukup menunjukkan simpati yang masih tersisa di dalam lubuk hati terdalamnya.
Sebelum dirinya dan Mark pergi ke halte untuk menaiki bus, Hendery lebih dulu menyogok seorang pria yang sepertinya seorang tunawisma, yang kebetulan melintas di dekat gedung tua itu untuk melihat ke dalam bangunan tersebut. Entah pria itu akan berbaik hati membantu anak-anak di dalam sana atau tidak, itu bukan urusannya lagi. Yang penting ia sudah memberi ‘bantuan’ kecil kepada mereka, itu sudah lebih dari cukup.
CZYTASZ
Our Fate 「 The Jung 」
FanfictionSequel of My Mate "Jaehyun, aku takut terjadi sesuatu pada anak-anak kita." "Jangan khawatir, okay? Kita hanya cukup percaya kepada mereka. Anak-anak kita kuat dan tau cara mengendalikan diri mereka sendiri. Jika suatu saat nanti 'mana' itu mulai m...
「 27 : Started 」
Zacznij od początku
