24

4K 463 40
                                    

"Kau sudah terjebak dalam perangkapnya, sangat mustahil untuk kembali."

Mentari mulai menampakkan diri, sinarnya terpantul memasuki celah-celah jendela kamar yang terbuka. Manik sang puan perlahan mengerjap menyesuaikan retina dengan silaunya cahaya yang ada sembari mengumpulkan nyawa beberapa detik lamanya.

Wajah tampan Claude menjadi yang pertama dilihatnya. Nampak begitu tenang ketika sedang tertidur dan begitu menyebalkan ketika kedua netra tersebut terbuka sempurna.

Tangan (Name) terangkat mengelus lembut surai pirang keemasannya. Mengamati tiap inchi wajah sang kaisar tirani.

Claude tersenyum dalam tidurnya, entah apa yang dimimpikan pria itu sampai-sampai tersenyum secara tak sadar. Pipi (Name) bersemu melihatnya.

Rada tidak ikhlas untuk meninggalkannya untuk yang kedua kalinya. (Name) tak punya alasan yang kuat untuk terus bertahan di dunia yang tak nyata ini.

Alasan selama ini dirinya masih bertahan hidup karena sang nenek yang terus menyemangatinya. Claude hanyalah sebuah tokoh fiksi yang digemarinya.

Apa boleh buat? Keduanya beda dimensi dan mustahil untuk bisa bersama.

Malam nanti ia bisa kembali lagi ke dunianya, namun kata-kata dalam mimpinya terus membayang-bayangi benaknya bagai kaset rusak yang enggan tuk berhenti berputar.

"Dia mengikatmu."

"Rasa cintanya kian berubah menjadi obsesi semata untuk menahanmu."

"Kau tak akan pernah bisa kembali lagi."

(Name) melirik ke arah kalung yang dipakainya, bersinar terang karena kekuatannya akan kembali nanti malam. Menggenggamnya erat tanda telah yakin dengan keputusan yang diambilnya.

"Claude maaf.. Setelah ini kau bisa membenciku sepuasmu."

(Name) hanya takut jatuh cinta. Pesona Claude terlalu besar hingga menghancurkan benteng pertahanannya. (Name) sendiri sungguh tak sanggup, terlalu sering overthinking membuatnya selalu berfikir yang tidak-tidak mengenai pria yang tengah tertidur pulas disampingnya itu.

Menghela nafas panjang dan menghembuskannya secara kasar, (Name) memilih mandi untuk menjernihkan pikirannya.

*****

Malam telah tiba, (Name) terduduk dikasur sembari menatap jendela menunggu kalungnya bersinar terang.

Beberapa menit setelahnya kalungnya bersinar terang, dirinya memejamkan mata sembari mengucap harapan dalam hati.

Sekon kemudian tak terjadi apa-apa, dahi mengernyit heran. Bingung dengan keadaan. Apakah ia salah dalam menerka? Tapi itu mustahil terjadi.

"Pftt.."

(Name) menoleh ke arah sumber tawa, Claude berdiri diambang pintu dengan senyum miring terpatri diwajah tampannya.

"Merasa lucu huh?" (Name) menatapnya datar, dalam batin menahan malu apakah memang ia salah terka?

Claude mendekat ke arah sang puan, senyum miring masih ia pertahankan. Untuk yang pertama kalinya ia merasa begitu bahagia sampai-sampai tak ingin waktu terus berlalu.

(Name) menatap was-was kepadanya, merasa aneh dengan ekspresi yang ditampilkan pria itu.

Kaisar tirani itu memangku selirnya seraya mengusap lembut perutnya yang mulai membesar. (Name) terdiam, masih mencoba membaca pergerakan pria itu.

𝐋𝐎𝐕𝐄 𝐖𝐈𝐓𝐇𝐎𝐔𝐓 𝐓𝐄𝐋𝐋𝐈𝐍𝐆 [𝐂𝐥𝐚𝐮𝐝𝐞𝐱𝐘𝐨𝐮]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang