12

3.7K 546 31
                                    

Kilau cahaya pagi masuk melewati celah jendela yang terbuka membuat sang empu perlahan membuka kelopak matanya, garis hitam dibawah mata menjadi saksi betapa tak nyenyaknya tidurnya belakangan ini. Terduduk diatas kasur sembari merenungi kejadian yang baru baru saja terjadi.

Felix datang dari arah pintu membawa semangkuk sup hangat ditangannya, mendapati sang kaisar baru telah terbangun dari tidur lamanya ia bernafas lega.

Claude masih tak menyadari Felix yang berada diambang pintu, pikirannya masih berkelana jauh memikirkan 'Apa?' 'Bagaimana?' dan 'Mengapa?'

Felix berdehem pelan lalu mengucap salam kepada Claude, kakinya perlahan berjalan menyodorkan semangkuk sup dihadapan Claude, Claude tak menjawab salamnya, melainkan menatapnya lama.

Felix merasa aneh ditatap seintens itu oleh Claude akhirnya bertanya.

"Yang mulia?"

Sedikit tersentak, netra Claude beralih menatap jendela kamar. Ingatannya kembali beralih pada malam tempat (Name) meninggalkannya. Kepalanya kembali berdenyut nyeri, tangan kanannya digunakan sebagai penyangga kepalanya.

Felix tau keadaan Claude sedang tidak baik baik saja. Pasti ada hubungannya dengan (Name), sudah 3 hari lamanya ia tak melihat wanita itu, kemana ia pergi? Felix ingin bertanya namun takut memperburuk suasana hati Claude.

"Jika yang mulia masih sakit istirahatlah kembali."

Bukan, bukan itu yang ingin Claude dengar. Bahkan mungkin ia sudah tak peduli dengan kondisi fisiknya.

"Dimana dia?" Netra birunya bersibobrok dengan netra abu milik Felix.

Felix mengusap belakang lehernya, pandangan pun dialihkan ke arah lain, kemana saja asal tak bertatapan dengan manik kecewa milik Claude.

Felix tau siapa yang dimaksud 'dia' oleh Claude, ntah kenapa Claude kini menyebutnya dengan nama dia, bukan memanggil nama panggilannya seperti biasa.

"Saya pun tidak tau yang mulia, 3 hari belakangan ini sejak yang mulia pingsan saya pun tidak pernah melihatnya." Jujurnya.

Claude menghela nafas kasar, bak delusi Claude enggan mengakui bahwa (Name) telah meninggalkannya.

"Yang mulia ada masalah dengan (Name)?" Akhirnya pertanyaan yang terus digumamkan dalam hati keluar juga. Felix benar benar penasaran dengan yang terjadi diantara keduanya.

Kembali menghela nafas kasar, Claude mengacak surai emasnya lalu menyugarnya ke atas.

"Mungkin kau tak akan menganggap ini nyata, tapi dia benar benar meninggalkanku." Kekehnya, namun tatapan matanya berkata lain, disana yang terlihat bukan tatapan yang mengungkapkan perasaan senang, melainkan tatapan kesinisan. Felix terkesiap sebentar, walau hanya sebentar ia merasa seperti dirinya yang disinisin.

Meneguk ludah kasar takut takut salah bicara namun tetap saja dipertanyakan pertanyaan yang terus menggerayangi otak.

"Memangnya dia pergi kemana?"

"Menurutmu?" Claude malah balik bertanya kepadanya.

Felix bingung ingin menjawab apa. Ia gelengkan kepala sebagai jawaban tidak tau.

"Penghianat." Ucap Claude bangkit dari kasurnya mengambil langkah yang ntah Felix sendiri pun tidak tau kaisar tirani itu akan kemana.

"Cari dia diseluruh pelosok negri ini, aku tak mau tau. Sekalipun tinggal jasadnya saja, bawa ia kembali kehadapanku. Tapi aku yakin dia pasti masih hidup." Titahnya.

Felix mengangguk patuh, perintah kaisar adalah mutlak dan tak bisa dibantah.

Sudah kubilang bukan? Claude terlalu sulit menerima fakta bahwa (Name) telah pergi meninggalkannya, otaknya terus membuat berbagai skenario yang tidak nyata sehingga membuatnya berdelusi seolah olah (Name) itu masih ada, namun jalan jalan ke kerajaan tetangga mungkin?

𝐋𝐎𝐕𝐄 𝐖𝐈𝐓𝐇𝐎𝐔𝐓 𝐓𝐄𝐋𝐋𝐈𝐍𝐆 [𝐂𝐥𝐚𝐮𝐝𝐞𝐱𝐘𝐨𝐮]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang