15

3.8K 555 132
                                    

Sinar rembulan menjadi temannya kala ini. Tangan terkepal kuat dengan mata terpejam erat, ternyata membuat keputusan sesulit itu ya?

Keputusan Diana telah bulat, ia memilih tetap mempertahankan bayinya, sesuai dengan karakternya yang berjiwa bebas dan berani. Diana memberi nama anaknya Athanasia yang berarti keabadian, bertentangan dengan tradisi kerajaan. Claude yang merasa tertantang pun membiarkan Diana berlaku sesukanya, Claude ingin tau sampai mana nama yang diberikan Diana akan bertahan lama.

Diana benar benar kesepian tinggal di Istana Ruby yang lumayan besar. Claude berhenti mengunjunginya semenjak ia membuat keputusan untuk mempertahankan anaknya. Menjadi wanita dewasa ternyata tak semudah yang dibayangkannya.

Diana mengelus lembut perut besarnya upaya menyemangati dirinya sendiri. Dia tak sendiri, masih ada anaknya bersamanya, pikirnya.

Besok adalah waktunya menjadi seorang ibu, membayangkannya saja sudah membuat rona tipis menghiasi pipinya.

Kini ia sedikit tau alasan mengapa (Name) memilih untuk pergi.

"Claude egois bukan (Name)?"

Tawa hambar mengalun memenuhi ruangan kosong yang hanya di isi sendiri.

"Tidakkah kau mau kembali (Name)? Jujur aku sedikit mengagumimu, kau benar benar dewasa diumurmu yang masih remaja." Racaunya sebelum kantuk benar benar tak dapat ditahannya.

Claude sempat menceritakan segala tentang (Name) kepada Diana, itu pun karena Diana bersikeras ingin tahu. Sebagai permintaan terakhir menjadi kekasihnya, akhirnya Claude kabulkan permintaannya itu. Tapi tak semua yang diberitahu oleh Claude berisi kebenaran.

Keesokannya Diana benar benar melahirkan sendiri ditemani dengan pelayan setianya bernama Lily, tanpa Claude disampingnya, bahkan detik detik melahirkannya pun Claude enggan mengunjunginya.

Kendati begitu, ia harus tetap tegar demi bayinya, sekarang dirinya bukan lagi seorang gadis yang dilema tentang masalah percintaannya, dia adalah wanita dewasa yang kian beranjak menjadi seorang ibu.

Tak masalah tak bersama dengan pujaan hati, namun apakah ia bisa bersama selamanya dengan sang buah hati? Membayangkan rupa siapa yang lebih dominan pada bayinya, Diana tersenyum miris.

Lalu ketika sang buah hati menyebutnya 'mama' tuk pertama kali, menemaninya bermain memainkan dua peran sebagai ibu juga temannya bersama dikala keduanya diasingkan, menyanyikan lagu pengantar tidur kala malam menjelang, membantunya memilih gaun pesta ketika anaknya beranjak dewasa, lalu part paling ditunggu Diana adalah menemaninya sambil membisikkan beberapa kata penenang ketika anaknya menikah nanti.

Sebulir air mata mengalir lolos dari sudut matanya, mengapa ekspetasi begitu sulit untuk menjadi realita?

Tak perlu bersama dengan pujaan hati, Diana hanya ingin anaknya tumbuh penuh kasih sayang darinya.

Keringat bercucuran menuruni wajah cantiknya, beberap kali menghembuskan nafas panjang dan membuangnya secara kasar. Ternyata melahirkan memang sesulit itu ya? Lalu mengapa wanita masih diperlakukan tidak pantas?

Diana mengerang kesakitan, tubuhnya lemah tak mampu bertahan lebih lama. Kantuk terus menyerbunya, meminta sang puan untuk segera beristirahat saja. Sayup sayup telinganya mendengar ucapan semangat dari Lily, pelayan setianya. Diana tersenyum dengan mata memberat menahan kantuk.

"Aku bersyukur setidaknya Athy masih punya Lily yang menyayanginya." Lirihnya.

Tangannya yang bebas bergerak mencengkram pergelangan tangan Lily. "Jaga Athy untukku." Labiumnya terangkat membentuk kurva tipis ke atas. Cekalannya melemah berbarengan dengan suara tangis bayi. Tapi masih terdengar nafas lemah dari tubuh yang dipenuhi keringat dingin.

𝐋𝐎𝐕𝐄 𝐖𝐈𝐓𝐇𝐎𝐔𝐓 𝐓𝐄𝐋𝐋𝐈𝐍𝐆 [𝐂𝐥𝐚𝐮𝐝𝐞𝐱𝐘𝐨𝐮]Where stories live. Discover now