9

3.8K 583 20
                                    

An benar benar buruk dalam memerintah kerajaan Obelia, banyak rakyat yang mengeluhkan hal tersebut, sampai sampai ayahnya meninggal serangan jantung dadakan. Satu pion musuh telah jatuh, tinggal menunggu waktu saja bagi Claude agar ambisinya tercapai.

An yang sedari dulu selalu mengiri dengan adiknya berusaha menghalalkan segala cara agar adiknya selalu terjatuh dalam lubang abadi yang bernama kegelapan.

(Name) sudah lama tau ada yang aneh dari dua saudara itu, jika mengikuti alur webtoonnya An akan mati ditangan Claude, tapi kapan itu akan terjadi? Di webtoonnya jelas jelas saat Penelope berselingkuh dengan An, namun apa? Mereka berdua sudah berselingkuh bahkan nganu tapi tidak ada tanda tanda Claude akan membunuh keduanya. (Name) ingin pergi sebelum perang saudara itu terjadi.

An yang biasanya selalu menggoda (Name) kini berubah menjadi obsesi kepada (Name),  karena An tau (Name) merupakan salah satu hal yang berharga bagi Claude, dan ia ingin memanfaatkan itu sebaik baiknya, ditambah lagi ia benci kedekatan antara keduanya, An ingin seluruh perhatian (Name) jatuh kepadanya bukan adiknya,tanpa ia sadari perasaan sukanya itu kian menggelap tertutup oleh egonya sendiri.

Seperti yang terjadi pagi tadi. "(Name) ayo tidur denganku."

(Name) mendengus kesal, makin lama kekesalannya terhadap An bertambah hari demi hari.

"(Name) kau benar benar menolakku ya?"

Itulah ingatan terakhir yang (Name) ingat, pasalnya sudah 5 jam ia pingsan dan belum juga sadarkan diri.

Claude mengelus punggung tangannya pelan,mereka berdua ada dikamarnya Claude, (Name) terbaring lemas diatas kasurnya.

"Cepatlah bangun aku tidak akan menuntut apapun darimu."

Claude termenung lama memandangi wajah cantik (Name) yang setia tertidur lelap, enggan untuk membuka matanya, perkataan tabib kerajaan tadi masih terus terngiang diotaknya.

Flashback on:

"Ia mengalami keguguran dan seterusnya tidak akan bisa mengandung lagi karena rahimnya retak atau sobek akibat benturan benda tajam itu." Jelas sang tabib.

"Apakah dia benar benar tidak bisa mengandung lagi?" Tanya Claude, bukan suaranya yang gemetaran melainkan badannya yang gemetaran terlalu shock menerima kenyataan. Ia tak masalah dengan hal itu, asal selamanya dengan (Name) ia sungguh tak apa, bahkan jika artinya ia harus mengadopsi anak pun tak apa.

Benar, rasa Cinta Claude mengalahkan segalanya, tapi ia benar benar tak sadar dengan perasaannya itu. Tapi bagaimana dengan (Name)? Apakah ia bisa menerimanya? Ia pasti sungguh kecewa jika mengetahuinya apalagi kehilangan bayinya yang baru berusia 3 minggu.

"Benar, saya hanya bisa memperbaiki keretakannya dengan sihir, tapi ia tetap tidak bisa mengandung lagi, saya undur diri pangeran sepertinya anda butuh waktu untuk berdua dengan selir (Name)." Sang tabib pergi berpamitan, namun sebelumnya Claude sudah mengancamnya untuk tutup mulut mengenai (Name) yang keguguran dan tak bisa hamil lagi, hanya mereka berdua yang tau.

Flashback off.

Claude melihat semuanya, ketika An mendorong (Name) dari lantai atas hingga (Name) terjatuh mengenai deretan patung ksatria yang berada dilantai dasar, ujung tombak patung tersebut mengenai perut bagian bawah milik (Name), darah mengalir keluar dari selangkangan hingga betisnya. Claude yang panik setengah mati langsung saja berlari tidak peduli jika dirinya akan jatuh dari tangga.

Tanpa ba bi bu Claude berteriak memanggil nama Felix dan menyuruhnya untuk memanggil tabib istana, sementara itu ia berlari sambil membopong (Name) yang tak sadarkan diri menuju kamarnya, sebelumnya ia berpapasan dengan An yang mengekorinya, Claude memandangnya dengan sorot mata yang tajam.

"Jangan Coba coba kau ikuti aku." Ucapnya dingin, mutlak, dan tak ingin dibantah. Sejenak An merasakan aura kepemimpinan dalam diri Claude.

An sungguh shock sehingga ia hanya bisa berdiam diri dan mengangguk patuh layaknya anak ayam, terlalu shock untuk pertama kalinya Claude menatapnya begitu dingin seperti itu, seolah olah ia akan mati jika tak mengikuti kata katanya tersebut.

Kebencian Claude makin menjadi terhadap An.

Semuanya salah An, karenanya (Name)nya keguguran dan pasti akan larut dalam kesedihannya sendiri karena tak bisa mengandung lagi.

Bayangannya tentang (Name) tersenyum menginginkan anak saat mabuk terus terngiang diotaknya, hitam abu abu bagai kaset rusak yang terus berputar tiada henti.

Membayangkan seandainya dirinya, (Name),  dan anaknya kelak bersama suka maupun duka penuh kebahagiaan musnah begitu saja. Padahal setiap malam Claude selalu menghayalkan ketika ia dan (Name) dengan anak anak mereka penuh canda tawa hingga dirinya tak lagi diselubungi rasa kesepian, dan lupa artinya sendirian.

Teringat lagi perkataan (Name) yang akan selalu bersamanya kala mereka pertama kali bertemu dulu, begitu polosnya bukan? Namun kini semuanya musnah begitu saja.

"Aku Akan membunuhmu An." Gumamnya pelan.

"Kau akan mendukungku bukan (Name)?"

"Ketika aku menjadi kaisar nanti, kau boleh adopsi anak manapun (Name), aku juga akan menyayanginya seperti anakku sendiri. Kupastikan setelahnya dewasa anak itu akan menjadi penerusku yang selanjutnya."

Tak ada sahutan, hening terus melanda. Claude tersenyum tipis sembari mengelus surai (Name) penuh kasih sayang.

"Jika kau tak bahagia, maka ia harus sama tak bahagianya denganmu bukan?"

Kini ia tarik perlahan tangan (Name) hingga menyentuh pipinya.

"Kau tak akan membenciku kan (Name)?" Menggenggam tangan (Name) yang berada dipipinya, Claude tersenyum sangat tulus. Bebarapa bulir air mata berjatuhan dari sudut matanya, ia tak suka situasi dimana (Name)nya akan menangis, pasti. (Name)nya tidak mungkin tidak akan menangis mengetahui fakta itu, membayangkannya saja membuat hati Claude ikut merasa sesak.

Seandainya ia tau lebih awal kalau (Name) tengah mengandung pasti ia akan menjaganya lebih ketat lagi. Kini mereka kehilangan anak pertama sekaligus anak terakhir mereka.

Sejenak Claude memandangi wajah damai selirnya itu, mengecup keningnya lama sebelum ia pergi meninggalkannya sendiri dalam keheningan malam yang panjang, Gelap menyelubungi kamar itu, redupnya penerangan serta jendela gorden yang tertutup rapat, hanya pantulan cahaya bulan yang masuk lewat sela sela ventilasi sebagai penerangan, Claude mengunci pintu kamarnya dengan sangat pelan, takutnya ia akan membangunkan (Name)nya walaupun sebelumnya Claude telah memberi obat tidur pada (Name).

Kakinya terus melangkah, tak ada keraguan dalamnya, niat Claude sudah pasti. Hasratnya hanya satu yaitu 'bunuh An', Otaknya terus saja menggumamkan kalimat itu.

Ia mengelap pelan pedangnya lalu menatap pantulan dirinya didalam sana, bahkan rasanya ia telah berdosa padahal ia belum melakukannya.

Kini tiada ambisi menunggu rakyat bertindak, yang ada hanyalah ambisi baru dengan dendam terselubung didalamnya. Claude tersenyum tipis kala mengingat senyum manis selirnya itu, apapun yang terjadi ia tak peduli lagi. Menjadi kaisar itulah tujuannya sekarang. Demi (Name) dan juga dirinya.

"Hmm rasanya sayang sekali pedang kesayanganku harus bernoda darah kakaku sendiri malam ini."

TBC♡

Kukuku... Sedari awal gw pgn buat Claude sm An obsesi ke (Name) kek sensasinya tu bkin butterfly diprut kl gw nghayalin.😆

Kita dh msuk konflik yee. ( ͡° ͜ʖ ͡°)
















𝐋𝐎𝐕𝐄 𝐖𝐈𝐓𝐇𝐎𝐔𝐓 𝐓𝐄𝐋𝐋𝐈𝐍𝐆 [𝐂𝐥𝐚𝐮𝐝𝐞𝐱𝐘𝐨𝐮]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang