20

4.4K 497 19
                                    

(Name) at 10 years old...

Dibukanya pintu kamar nampak seorang bocah yang usianya 4 tahun lebih muda darinya, menatapnya dengan pandangan tak percaya.

"kamu baru pulang? Aku udah nungguin daritadi tau." Bocah itu memutar bola mata malas.

"Lalu? Ini kan kamarku, rumahku, jadi terserahku dong."

(Name) kecil mengendikkan bahu tak peduli, lanjut jalan menuju meja belajarnya.

"Sudah makan?" (Name) kecil bertanya dengan sebuah kantong plastik ditentengnya.

Bocah itu mengangguk, bangkit dari duduknya dan berdiri disamping (Name). Netranya menelisik apa yang tengah anak perempuan itu lakukan.

"What is this?! You study it?! Kemaren kamu belajar bahasa Jerman, sekarang sudah pindah pelajari bahasa Rusia?"

"Apasih, minggir sana nafasmu menyentuh leherku." (Name) mengambil headset putih miliknya dari kotak laci, lalu memasangnya ditelinga agar Riel kecil tau bahwa dirinya tak ingin diganggu.

"Kenapa kau bersikeras pelajari semua bahasa? 5 bahasa saja cukup bukan? Pelajari yang penting penting saja." Riel ga peka mencabut salah satu headset yang dipakai anak perempuan itu, lalu memasangnya ditelinganya.

"Cih klien ibuku itu banyak.... Bisa berbahasa mereka bukankah itu first impression yang bagus?"

"Iya juga si..."

Merasa tak ada yang dibahas Riel pun memilih melanjutkan mengerjakan latihan soal matematika miliknya.

"Sekamar dengan orang ambis membuatku merasa nyawaku berkurang setahun." Sindirnya. Yang disindir mengangkat bahu tak peduli.

Waktu berputar 1 tahun kemudian...

"Masih sering melihatnya?"

"Eum."

"Tenang, mereka tak semengerikan yang kamu kira kok." Riel kecil berusaha menghibur sahabatnya yang selalu gelisah dengan mata uniknya itu.

"Kamu bilang gitu karena kamu ga pernah liat mereka Riel..." (Name) kecil menghembuskan nafas lelah. Bocah itu terdiam. Tak tau harus bereaksi seperti apa. Benar yang dikatakan gadis itu, ia memang tak bisa merasakan apa yang dirasakannya.

2 tahun kemudian....

"Kamu selalu peduli padaku, terkadang aku lebih melihatmu sebagai ibuku daripada mommy kandungku."

Berlatar halaman belakang rumah, keduanya tiduran diatas rumput dengan teriknya matahari yang terhalau oleh rindangnya pohon tempat keduanya berbaring.

"Kita beda 4 tahun bodoh, daripada mommy, aku lebih terlihat seperti kakakmu tau." Keduanya bersitatap, satu dengan raut kesal, satunya lagi tersenyum seolah tiada beban.

"Aku sudah punya kak Ria yang baik kok, aku mau mommy yang baik juga, boleh ku panggil kau mommy?"

(Name) mendelik tak suka. "Jangan panggil begitu dong, aku malu!" (Name) kecil merona hebat, bukan salting tapi dia beneran malu dipanggil gitu.

"Hahahahaha suatu saat kau pasti menerimanya kok, kau kan tsundere." Tawa ringan mengalun dari remaja laki laki itu.

5 bulan setelahnya...

"Kau jadi pergi lomba ke Inggris?"

(Name) mengangguk sebagai jawaban.

"Yah aku sendiri dong dirumahmu." Helaan nafas kecewa terdengar dari Riel.

𝐋𝐎𝐕𝐄 𝐖𝐈𝐓𝐇𝐎𝐔𝐓 𝐓𝐄𝐋𝐋𝐈𝐍𝐆 [𝐂𝐥𝐚𝐮𝐝𝐞𝐱𝐘𝐨𝐮]Where stories live. Discover now