19

4.2K 547 53
                                    

Langit nampak cerah dengan semilir angin berhembus tenang, beberapa helaian daun bergerak mengikuti arah angin yang menerbangkannya.

Cuaca indah berbanding terbalik dengan suasana hati (Name). Dia kesal setengah mati diajak ngeteh dibawah pohon rindang sama Claude, padahal kan dia maunya sarapan dulu ala di dunianya. Ngeteh mana bisa bikin kenyang.

"Kenapa kau memandangku seperti itu?" Tanya Claude tak merasa bersalah.

(Name) mendengus kesal tak mau menjawabnya, (Name) memilih mengalihkan pandangangannya ke kolam ikan yang tak jauh berada disana. Liat kolam ikan kok bikin dia inget pernah ceburin Penelope disana ya. (Name) meringis malu mengingat betapa jahilnya ia kala itu. Lagian Penelope pas itu ngeselin juga, jadi pantes buat diceburin dikolam ikan.

Tak kunjung mendapat jawaban, netra Claude bergerak mengikuti arah pandangan (Name) berada.

"Kau pernah menjatuhkan Penelope disana."

(Name) menatap Claude bingung, setahu dia saat itu dia berhasil mengelabui Claude sekaligus bapaknya. Lah kok ini dia tau gitu?

"Kau pikir aku tidak tau?" Claude memutar bola matanya jengah.

(Name) mengangguk meminta penjelasan lebih, bagaimana pria itu bisa tau kalau itu sebuah kesengajaan?

"Rahasia." Claude terkekeh melihat ekspresi wajah (Name) yang kentara sekali ingin tahu.

Perempatan imajiner muncul dipipi wanita itu. Dia kesal bukan main, tonjok Claude itu halal ga si?

"Akan kuberitahu jika kau menurut padaku." Tawarnya.

"Ga, itu ga setimpal tau." (Name) menggeleng, toh itu sudah lama. Lagian dia juga ga terlalu penasaran.

Kini giliral Claude yang kesal.
"Jadi kau akan membangkang gitu?"

(Name) menaikkan satu alisnya tak mengerti, mengapa pembahasan Claude ga nyambung gini? Padahal kan tadi lagi bahas Penelope yang pernah jatuh dikolam ikan.

"Ntahlah."

Jawaban (Name) makin membuat Claude kesal. Dia hanya butuh 'ya' atau 'tidak'. Bukan jawaban abstrak seperti itu.

Athy sedari tadi melihat keduanya dari kejauhan, dia dilema mau kesana apa ngga. Keduanya memang tak nampak bertengkar secara fisik. Namun, Athy tahu keduanya sedang bertengkar dalam diam.

Sudah ia putuskan untuk menyapa keduanya saja daripada berakhir pertengkaran fisik, dimana yang menang pasti Claude. Tapi gatau juga si, bisa jadi (Name) yang menang, soalnya kan hatinya Claude buta buat (Name). Kakinya melangkah sembari berlari kecil, diikuti oleh Gabriel penasihat baru papanya.

"Hati hati tuan putri nanti anda bisa jatuh jika berlari seperti itu!" Peringatnya.

Namanya bocil, kalo dikasih tau mana denger. Tunggu kejadian dulu baru dengernya.

"Selamat pagi papa! Selamat pagi mama!" Athy tersenyum manis dengan kilauan cahaya dibelakangnya.

'Anj mata gw kesilauan!' Batin (Name).

Keduanya menoleh pada Athy. Claude berdehem sebagai jawaban, sedangkan (Name), Wanita itu bingung mau berekspresi seperti apa.

"Mama?" Beonya.

"Dia anakku."

Singkat, padat dan jelas tapi mampu membuat perasaan sesak direlung dada. Andai (Name) bisa merasakannya. Terbiasa melihat sejak kecil membuatnya menganggap hal itu hal yang biasa terjadi.

(Name) mengangguk sebagai jawaban, Claude mengernyit heran. Tidakkah wanita itu merasa kecewa padanya? Dirinya telah mempunyai anak, dan itu bersama wanita lain dan bukan dia. Tapi mengapa (Name) tampak biasa saja?

𝐋𝐎𝐕𝐄 𝐖𝐈𝐓𝐇𝐎𝐔𝐓 𝐓𝐄𝐋𝐋𝐈𝐍𝐆 [𝐂𝐥𝐚𝐮𝐝𝐞𝐱𝐘𝐨𝐮]Where stories live. Discover now