"Semua berhak sakit tapi gak semua berhak sembuh."
Bintang meregangkan otot-otot tubuhnya. Ia lalu bangun dan membuka gorden kamarnya. Duduk di balkon sambil meminum segelas susu putih.
Hari libur, dan ia ingin menghabiskan waktunya di apartemen seorang diri. Tapi dugaannya salah ia baru mendapatkan kabar bahwa sang mama akan datang ke apartemennya.
"Bintang!" panggil sang mama.
"Balkon."
Rina langsung masuk ke kamar anak semata wayangnya itu. Ia membawakan Bintang sarapan pagi.
"Ngapain ma?" tanya Bintang menatap Rina.
"Mama masakin sarapan buat kamu."
"Gak perlu repot repot Bintang bisa beli sendiri."
"Hari ini papa kamu pulang."
"Gimana kabar papa, baik?" tanya Bintang menatap Rina.
"Kabar papa kamu baik, sayang walaupun mama dan papa sudah bercerai tapi kami berdua masih menjalin komunikasi yang baik, karena kami gak ingin kamu kekurangan kasih sayang."
"Omong kosong."
"Mama minta maaf sama kamu, iya mama salah mama mengakuinya."
"Udah ma udah basi kata maaf itu, jam berapa papa pulang."
"Mungkin siang."
"Aku mau ketemu papa."
"Mama boleh ikut?" tanya Rina menatap Bintang.
"Tebal banget muka mama."
Rina diam, ucapan Bintang sangat memohok hatinya. Ia pikir puteranya sudah memaafkan kesalahannya ternyata belum.
"Mama pikir Bintang udah sepenuhnya maafin kesalahan mama, belum ma. Luka itu masih ada dan akan membekas di hidup Bintang."
"Apa yang harus mama lakukan untuk menebus semua dosa dan kesalahan mama waktu dulu."
"Balikin masa kecil aku, mama bisa?" tanya Bintang lagi dan lagi sangat memohok hati Rina.
"Gak bisa kan ma, andai dulu mama gak selingkuh mungkin keluarga kita masih utuh."
"Maafin mama."
"Terlambat ma."
"Bintang maafin mama."
KAMU SEDANG MEMBACA
NYCTOPHILE [END]
Teen Fiction"Gue lebih suka cewek penurut, gue gak suka cewek pembangkang." "Seharusnya kamu sadar, aku bukan siapa-siapa kamu." "Ingat! Gue gak suka lo dekat-dekat sama cowok lain selain gue." "Bintang itu kasar tapi aku sayang." "Rain itu polos tapi bikin gue...