Happy Reading <3
Tolong tandai typo, ya...
***
Benerkan langsung XD wkwkwk
Sok mangga, bismillah dulu. Ehe.
***
Hello Alin | Kabar
Ternyata waktu itu terlalu cepat berlalu. Hingga ujian semester juga sudah selesai dilakukan. Dan bahkan sampai hari itu Arlin belum juga menceritakan apapun pada Arbi. Mereka tetap melakukan aktivitas seperti biasa. Pulang pergi sekolah bersama, menghabiskan waktu bersama di rumah, dan sesekali pergi kencan untuk sekedar makan atau nonton di luar. Arlin tidak pernah berpikir untuk membohongi Arbi, tetapi Arlin merasa ia tidak ingin terbebani pikirannya dan hanya ingin menikmati kebersamaan yang tersisa saja tanpa memikirkan kedepannya seperti apa.
Dan rasanya Arlin tidak ingin jauh-jauh dari Arbi, bahkan saat motor laki-laki itu sudah sampai cukup lama diparkiran sekolah Arlin belum juga turun. Ia tetap duduk di boncengannya dengan menyandarkan kepalanya di punggung laki-laki itu. Tentu saja Arlin ingin sambil memeluknya, tapi ia belum segila itu karena masih di area sekolah.
"Gak mau turun, nih?"
"Enggak." Sahut Arlin.
Arlin merasakan punggung Arbi bergetar karena tawa. "Yaudah pulang lagi, yuk."
"Ayok."
"Tapi motornya simpen disini."
"Ko, gitu?"
"Emang bisa ya lewatin gerbang gandanya Pak Muhtar?"
Arlin bergumam, "Enggak juga si." Arlin mengangkat wajahnya, melihat Arbi yang kini menoleh ke belakang. "Kenapa si, lemes banget keliatannya?"
Tangan Arbi terulur, mengusap belakang kepala Arlin, "Sakit, ya?"
Arbi menggeleng, bibirnya mengerucut, "Males aja sekolah hari ini."
Arbi terkekeh, "Gak salah denger, ya? Seorang Radinda Sarlin bilang males sekolah?"
Arlin berdecak, sambil turun dari boncengan motor Arbi, "Yaaa manusiawi, kan? aku juga manusia loh."
"Bukan." Arbi turun dari motornya, melepas helm dan menggantungkannya di stang motor. Lalu beralih pada helm yang Arlin kenakan, ia melepaskannya juga lalu menyimpannya di stang satu lagi.
YOU ARE READING
Hello Alin | ✔
Teen FictionArbi dan Arlin bersahabat dari kecil, mereka sudah bergantung satu sama lain. Kedekatan yang sudah seperti bukan sahabat itu sering di salah artikan oleh orang lain. Tetapi mereka tetap pada keyakinan mereka, bahwa hubungan mereka tidak lebih dari "...