Arbi dan Arlin bersahabat dari kecil, mereka sudah bergantung satu sama lain. Kedekatan yang sudah seperti bukan sahabat itu sering di salah artikan oleh orang lain. Tetapi mereka tetap pada keyakinan mereka, bahwa hubungan mereka tidak lebih dari "...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Halooooo
Happy Reading yaa❤❤❤
Masih berkeliaran typo. Harap maklum ya
*** Hello Alin | Telor Gulung
Arbi merasa sangat bodoh sekali, kenapa ia menjadi penurut sekali mengikuti keinginan Rea dengan mencoba menjauhi Arlin. tidak mendengar omelannya sehari saja rasanya hidupnya kurang lengkap. Apalagi lebih dari itu!
Secara tidak sadar, Arlin itu menjadi bagian terpenting dalam hidupnya setelah Bunda. Tapi Arbi selalu menampiknya saja, berdalih hanya karena mereka selalu bersama dalam waktu yang lama, lantas saling terbiasa. Tapi tidak ada hubungan atau perasaan yang lebih dari itu. itu adalah keyakinannya sampai detik ini.
Arbi tidak masuk ke parkiran, ia menunggunya di depan gerbang dekat gerobak telor gulung yang sering ia beli bersama Arlin. Arlin sangat suka telor gulung, apalagi telor gulung yang di depan sekolah ini. ia membeli 10 tusuk, tapi ia makan 1 jadi tersisa 9 untuk Arlin. Ia juga membawa teh kotak, karena selain suka es krim, Arlin juga suka teh kotak.
Tidak lama, segerombolan siswa berseragam biru dongker dengan syal hijau berlambang plus merah keluar, ada Arlin disana yang terlihat sedang tertawa bersama beberapa temannya. Rambutnya di kucir satu, dengan tas gendong kuning yang selalu Arlin pakai. Arlin suka warna kuning.
"Alin!" panggil Arbi, yang membuat gadis itu menoleh.
Arlin berjalan menghampirinya, "Ngapain lo disini?"
Arbi mengangkat plastik berisi telor gulung, "Beli ini!" jawabnya.
"Jauh-jauh ke sekolah cuma mau beli telor gulung?"
Arbi tidak menjawab, hanya meraih tangan Arlin dan meletakkan plastik itu di tangannya. "Buat lo!"
Arlin celingukan sendiri sambil mengambil satu telur gulung itu dari plastiknya.
"Wah, si amangnya kayanya salah ngitung deh, kurang satu nih!"
"Mang-"
"Gue makan satu!" potong Arbi.
Arlin berdecak, "yang katanya beli buat gue juga masih aja di korupsi!"
Arbi hanya nyengir, "Satu doang, yampun! Itungan banget!" ia mengambil helm kuning yang di kaitkan di tangan kanannya, lalu memakaikannya pada Arlin.
"Gak bakalan ada sejuta kalo gak ada satu!" Arlin mengacungkan satu telor gulungnya ke depan, tapi malah di makan oleh Arbi. "Ish! Tuh kan!"
Arbi meraih bahu Arlin, "Dahlah buruan, keburu ujan entar udah mendung gini!"Memang dari tadi awan hitam sudah menyelimuti langit, dan kemungkinan akan turun hujan. Tapi sebelum Arlin naik ke atas motor, Arbi menahan tangannya, "maafin gue ya.." ujarnya membuat Arlin mengangguk.
